Selasa, 14 November 2017

Black And White [Chap 8]




Black And White || Minji – Cho Kyuhyun - Lee Hyuk Jae – Tiffany || Hurt – Romance || PG17 || Chapter



Tata tertib: RC [Read and Comment]. kritik saran dan protes lainnya silahkan dilayangkan kepada saya karna tidak kesesuain pada yang kalian inginkan /? ||DILARANG PLAGIAT! semua author pasti tidak ingin karyanya ditiru oleh orang lain. oleh karna itu mohon perhatiannya ^^ || CERITA INI MILIK SAYA! jika ada kesamaan nama tokoh itu diwajarkan jika ada cerita yang persis seperti ini mohon bilang pada saya. cast milik tuhan.




***


Angin malam menerpa lembut wajah mungilnya, rambut yang digerai tertiup bebas mengikuti arah angin. Malam yang dingin di negara orang lain. Ia menghirup udara segar malam sambil sesekali menyesap coklat hangat yang baru saja ia buat. Ia memandangi sekeliling dari balkon kamar hotel yang memang letaknya strategis. Dari sini, ia bisa melihat menara Eiffel yang cukup jelas. Ia mengulum senyumnya kecil, saat kecil ia sangat ingin pergi kesini bersama orang tuanya namun naasnya penerbangan mereka harus terpaksa dicancel karna kecelakaan itu.

Mungkin memang sudah jalannya, ia memang tidak di takdirkan pergi ke Paris dengan orang tuanya, melainkan dengan suaminya. Yah, suami yang ia sayangi saat melihatnya pertama kali, Kyuhyun. Memikirkannya saja sudah membuatnya tersipu malu, semburat merah terlihat dipipinya. Namun, saat ia selesai mandi tadi, ia sudah tidak melihat Kyuhyun. Memikirkannya saja membuatnya sakit. Yah, memang mungkin hanya ia yang terlalu percaya diri bahwa Kyuhyun telah berubah.

Ia menghirup nafas panjang, dan menghembuskan nafasnya berharap beban pikirannya hilang bersama hembusan nafasnya. Ia menyesap coklat panasnya, rasa manis dan panas di cuaca yang dingin membuat tubuhnya relax. Lampu kerlap-kerlip, suara kendaraan lalu lalang, suara langkah kaki banyak orang kesana-kemari suasana ini lebih menyenangkan daripada tinggal di Seoul. Tentu saja, bagaimana tidak? Di Seoul ia hanya termenung dikamar besar dirumah Kyuhyun yang hanya ada pengawal dan pembantu rumah tangga, jarang sekali orang-orang berkunjung, Kyuhyun saja jarang melihat rumahnya sendiri. Memikirkan Seoul terlalu banyak kenangan yang tak bisa di hapuskan begitu saja. Sepahit-pahitnya kenangan bukan untuk dilupakan bukan? Itu adalah bumbu untuk cerita di masa yang akan  datang. Ntah sampai kapan cerita pahitnya berhenti atau bahkan sama sekali tidak berhenti.

Ia memandang langit hitam yang pekat, tak ada gemerlap bintang menyinari malam ini seakan langit pun tahu, bahwa ia sedang mengalami masa-masa cerita pahit. Cerita kehidupan adalah scenario Tuhan yang tidak satupun orang yang tahu bagaimana ceritanya akan berakhir.

Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamarnya, menutup pintu kaca yang menghubungkannya ke balkon tadi. Ia meletakan cangkir berisi coklat panas yang sudah hampir habis itu di meja samping kasurnya dan mengambil sebuah buku di meja itu. Buku novel sekitar tahun 1813-an, Pride and Prejudice. Buku yang menarik untuk dibaca. Buku dalam cetakan bahasa inggris itu mampu ia pahami. Yah, dulu ia sempat belajar bahasa Inggris jadi tak heran ia sedikit menguasai bahasa itu.

Ia larut dalam bacaannya, sudah sangat lama ia tak membaca buku novel seperti ini. Ia melirik kearah jam yang terpasang di dinding hotel. Sekarang menunjukan waktu pukul 12.00 dan Kyuhyun belum juga pulang, sedangkan gemericik hujan sudah turun dari langit. Khawatir, tentu saja. Ia meraih ponselnya, namun ia mengurungkan niatnya. Bisa-bisa nanti Kyuhyun akan memakinya.

Baru saat akan meletakan ponselnya, ponselnya berdering. Menampakan nama ‘Hyukjae’. Ia mengerutkan keningnya. Yah setelah kejadian mengejutkan bahwa Hyukjae adalah sepupunya, Hyukjae jadi lebih protektif kepadanya.

“ya?” ucapnya saat mengangkat telfon dari Hyukjae.

Terdengar helaan nafas lega dari Hyukjae, lalu tertawa pelan. Ia mengerutkan keningnya bingung, ada apa dengannya? Pikirnya.

kau tidak apa-apakan? Aku senang mendengar suaramu. Bagaimana dengan Kyuhyun? Dia ada bersa—“

“tidak.” Ucapnya singkat dan memotong ucapan Hyukjae.

tidak?” ulang Hyukjae. “kau tidak bersamanya?” ucap Hyukjae yang kelihatannya sangat serius sekarang. Diam, tidak ada jawaban lagi.

“Minji aku akan segara menelfon Kyuhyun. Aku tutup” setelah menutup panggilan itu, ia segera menutup buku yang ia baca dan meletakan buku serta ponselnya ke meja. Ia menghela nafasnya. Kemudian berbaring, menarik selimut hingga ke leher, dan menatap langit-langit kamarnya.

Mungkin hanya Hyukjaelah orang yang benar-benar mengerti perasaannya. Saat pertama kali mereka bertemu bahkan, hingga akhirnya sebuah kebeneran terungkap. Mendadak memang, namun ia hanya bisa bersyukur ketika mendapati bahwa ada seseorang yang masih berhubungan darah dengannya.

Bosan. Berkali-kali ia memejamkan matanya. Sudah hampir sejam dan Kyuhyun belum juga pulang. Jika dihitung, Kyuhyun sudah pergi sekitar 4jam lamanya. Berhasilkah Hyukjae menelfon Kyuhyun? Ia mengambil ponselnya dan mencoba melihat berita-berita terbaru. Matanya menyipit ketika melihat sebuah artikel berita yang membuatnya janggal. Dengan penasaran ia memencet artikel itu, dan matanya membulat terkejut.


Lagi, pengusaha ternama tumbang karna kelelahan

Seoul, Younghwa, Cho menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit pukul 6 sore..


Ia termenung. Apakah ini berita bohong? Ia menggeleng tak percaya dan menutup mulutnya menahan isakannya untuk keluar. Segera ia mengetikan pesan untuk Kyuhyun. Apakah Kyuhyun tahu? Apakah Kyuhyun kuat untuk menerima ini? Bagaimana kondisi Kyuhyun sekarang. Setelah mengirim pesan untuk Kyuhyun ia segera menelfon seseorang yang pasti tahu apa yang terjadi di Korea sana.

“Hyukjae!”



***


Dua orang pengawal dengan setelan jas rapi, alat pendengaran yang terpasang ditelinga mereka serta pistol yang tercantol di pinggang mereka itu berjalan dengan tergesa menembus keramaian banyak orang. Sepertinya ada berita gawat yang mereka terima. Ia berjalan mendekat kepada sang tuan karna kondisi saat itu sangat ramai dan juga dalam suasana haru.

“Hyukjae, beritanya sudah menyebar” ucap salah satu pengawal itu dengan berbisik. Hyukjae terbelalak. “sumbernya adalah ayahmu”

Hyukjae mengepalkan tangannya. Sudah ia tebak pasti kematiaan ini ada sangkut pautnya dengan ayahnya. Hyukjae menepuk pundak sang pengawal bermaksud supaya sang pengawal mendekatinya dan Hyukjae berbisik “jaga disini. Aku akan pergi menemuinya” sang pengawalpun mengangguk. Sebelum pergi meninggalkan tempat itu, Hyukjae memberikan penghormatan terakhirnya kepada seseorang, Cho Young Hwa. Ia membungkuk dan meneteskan air matanya. Merasa bersalah karna ia tak bisa menjaga ayah dari temannya itu. Hyukjae menegakan tubuhnya, dilihatnya foto tersenyum pria berumur itu dan ia membalas tersenyum “maafkan aku paman”

Hyukjae pergi dengan tergesa dengan muka marah yang sangat jelas terlihat, tangannya mengepal dan kepalannya itu siap bersarang diwajah siapa saja yang mengganggunya, tak terkecuali ayahnya. Jadi, beginikah sikap ayahnya selama ini. Apa yang dipikirkan ayahnya.

Hyukjae masuk ke mobilnya dan menyalakan mesin mobil itu, suara tegas mobil yang juga menandakan sang empunya sedang sangat marah. Dinaikannya kecepatan mobil yang ia kendarai. Bahkan, hampir saja ia dikejar oleh polisi karna kecepatan yang melebihi batas maksimal di jalan.

Mobil Hyukjae berhenti saat didepan gerbang pintu besar terdapat beberapa pengawal yang menghadangnya untuk masuk. Ia memicingkan matanya, dan mengerutkan dahinya. Apa-apaan ini, pikirnya. Ia membuka kaca jendelanya ketika salah satu pengawal mendekati mobilnya. Dengan pandangan tetap lurus ke depan dan dengan angkuhnya. Sungguh ia bisa saja membunuh 4 pengawal yang ada dihadapannya sekarang.

“maaf Hyukjae anda dilarang berada di kawasan ini” Hyukjae hanya tersenyum kecil. Menganggap ucapan itu hanya sebagai lelucon yang dilontarkan kepadanya. “silahkan pergi dari sini sebelum kami menggunakan kekerasan” mendengar hal itu Hyukjae menggertakan giginya dan mengepalkan tangannya pada stir.

“apakah aku tidak boleh mengunjungi a-yah-ku sendiri?” ucapnya dengan tenang namun penuh penakanan. Sungguh, ia sudah tidak tahan lagi dengan kelakukan yang ayahnya lakukan ini. mungkinkah ayahnya sudah mengetahui apa saja yang akan terjadi. Sungguh, masalah ini membuatnya semakin gila.

“maaf, anda dilarang dan tuan Lee sedang tidak ada dirumah” perkataan itu sukses membuat Hyukjae terbelalak.

“apa?”

“tuan Lee sedang ada perjalan bisnis. Silahkan kembali saat—“

“kemana dia pergi?” ucap Hyukjae memotong. Pengawal itu menggeleng. “kemana?!” ucap Hyukjae dengan intonasi nada yang tinggi. Ia sudah cukup sangat bersabar dengan orang-orang suruhan ayahnya ini, dan tiba-tiba ayahnya sedang pergi perjalan bisnis. Lelucon macam apa ini.

“kami tidak bisa membocorkannya. Terlebih, anda—“ ucapan pengawal itu terpotong ketika Hyukjae memutar haluan pada mobilnya. Tidak ada gunanya mendengar pernyataan dari orang suruhan itu, karna sekeras apapun meminta ia tetap akan bekerja samapai mati untuk ayahnya.

Hyukjae menginjak pedal gas dengan sangat kencang membuat kecepatan mobilnya berada pada batas maksimal. Malam sudah menunjukan pukul 10 waktu setempat, namun ibu kota tetap tidak akan mati. Hujan turun mengguyur malam kota Seoul, membuat pengguna jalan kesusahan untuk melanjutkan aktivitasnya untuk kembali ke rumah masing-masing.

Sekarang, ia berada ditempat dimana tak ada seorangpun yang akan melihatnya. Suara telfon yang berdering bersamaan dengan suara turunnya hujan membuat lamunan Hyukjae berhenti. Hyukjae mengangkat telfon yang berdering itu, menampilkan nama Minji. Ia menghembuskan nafasnya terlebih dahulu, membuat dirinya setenang mungkin.

Hyukjae!” pekik Minji dari sana, yang membuat Hyukjae yakin bahwa Minji pasti mendapatkan kabar sesuatu.

“hm?” ucap Hyukjae dengan tenang, namun masih tersirat bahwa ia sedang dalam masa yang sama dengan Minji.

apa yang—“ ucap Minji terhenti, ia tidak bisa melanjutkannya. Hyukjae menatap nanar sungai Han yang ada pada depannya. Yah, seperginya Hyukjae dari kawasan rumah ayahnya, ia memang tidak tahu ingin kemana.

—apa ini mimpi?” lanjut Minji. Hyukjae mengangguk yang dipastikan Minji tentu tidak bisa melihatnya. Air matanya mengalir tanpa sadar, segera ia menghapus air matanya itu. Dan menjawab ucapan Minji.

“ya. Bangunlah besok pagi, dan berharaplah hanya mimpi yang menghampiri dengan ketakutan” ucap Hyukjae menahan kesedihannya. Ah, bahkan Hyukjae lupa untuk menghubungi Kyuhyun sanking ia sangat kesalnya dengan ayahnya.

Suara sambungan telfon berbunyi. Itu artinya Minji sudah memutuskan panggilannya. Hyukjae menyenderkan kepalanya pada stir mobilnya dan air matanya mengalir mengikuti jatuhnya air hujan. Apakah dia gagal pada janji yang sudah ia buat yang akan menjaga mereka semua. Bagaimana bisa sesulit ini untuk mempertahankannya.

Hyukjae mengangkat kepalanya perlahan. Ia melupakan sesuatu. Ada kejadian yang janggal ketika pemeriksaan cctv rumah sakit. Pertama, kematian Younghwa yang seolah-olah dia meninggal karna gagal jantung akibat kelelahan. Namun, dokter jantung Younghwa berkata jika jantungnya baik-baik saja saat pagi tadi. Kedua, jantungnya menurun ketika seorang suster masuk dan menyuntikan sesuatu pada tubuhnya.

“selisih waktunya hanya setengah jam” Hyukjae yakin ini adalah kasus pembunuhan. Segera ia menelfon seseorang yang sudah ia kenal.

“bisakah aku meminta bantuan?” ucap Hyukjae pada seseorang disebrang sana.

Terdengar seseorang menguap dengan suara purau ia menjawab “kau gila? Ini sudah hampir tengah malam. Tidak bisa”

Hyukjae menepuk jidatnya “aku akan sampai setengah jam lagi. Maafkan aku”


APA! HEI HYUKJAE—“ belum sempat seseorang itu protes, Hyukjae sudah mematikan telfon itu, dan segera menancapkan gasnya pergi. Ia sangat yakin yang disuntikan kepada Younghwa ayah Kyuhyun, adalah zat beracun yang mempunyai dosis-dosis tertentu.



***


“Hyukjae sialan! Apa dia tidak tahu jam berapa ini” gerutunya. Ia berjalan menuju lemari pendingin miliknya dan mengambil sebotol air mineral dingin dan meneguknya. Rasa kantuknya hilang ketika ia mendapat telfon dari Hyukjae.

Yah, ia adalah Baekhyun, adik kelasnya. Ia sempat mengasuh Baekhyun saat tinggal di Amerika sana. Baekhyun adalah mantan pengedar obat-obatan yang handal, ia bahkan dapat mengelabui banyak polisi, tentu karna wajahnya yang masih kecil banyak orang yang akan mempercayainya. Namun, tidak dengan Hyukjae.

Pertemuannya dengan Hyukjae saat itu, mungkin bisa menyadarkannya dan kejadian yang tak pernah dilupakan oleh Baekhyun. Baekhyun yang saat itu masih belasan tahun menjadi bandar narkoba untuk orang-orang yang sedang ada dendam. Baekhyun akan dibayar besar untuk membawa obat-obatan dengan dosis tertentu yang sesuai dengan keinginan kliennya bagaimana ia akan membunuh.

Pengalaman yang menegangkan serta menguntungkan. Banyak orang-orang dengan kondisi jiwa terganggu, dari mulai orang yang tak dikenal bahkan hingga keluarga sendiri akan dibunuh. Sungguh, tak bisa dipikirkan bagaimana bisa seseorang sangat gampang untuk mencabut nyawa orang lain. Namun, itulah kehidupan, jika tidak ada orang yang seperti itu mungkin dulu Baekhyun sudah menjadi geladangan di Amerika.

Ia meletakan botol minum itu kembali pada tempatnya dan memperhatikan jam yang bertengger pada dindingnya. Ia menguap, dan menghitung mundur “tiga—dua—satu”

Terdengar suara mobil yang berhenti tepat didepan rumahnya, ia menaikan bahunya dan bergumam “kurasa ia sedang tidak mabuk”. Cepat-cepat ia berjalan kearah pintu rumahnya dan membukakan untuk Hyukjae. Dengan senyum lebar bak orang bodoh ia menyambut Hyukjae dengan sangat amat terpaksa. Namun, Hyukjae hanya melengos masuk tanpa melihat kearahnya dahulu. Baekhyun menggertakan giginya dan menghembuskan nafasnya gusar. Ditutupnya pintu dengan kasar dan berjalan mengikuti Hyukjae.

Hyukjae mengambil kaleng soda dan meminumnya lalu duduk pada sofa dan meluruskan kakinya. Ia menatap Baekhyun yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal. Baekhyun berjalan kearah dapur yang bersebrangan dengan ruang tamunya. Baekhyun tahu sepertinya ada yang ingin dibicarakan, namun sepertinya ini sangat penting. Kondisi seperti ini sama seperti saat Baekhyun tertangkap basah sedang bermain lotre.

Baekhyun memperhatikan Hyukjae yang sedang memperhatikan kaleng sodanya dengan tatapan nanar. Sambil menyiapkan makan untuk Hyukjae yang pastinya ia tahu bila Hyukjae belum makan, karna terakhir kali mereka bertemu Hyukjae berkata jika ia sedang melakukan pengamatan masa lalu yang melibatkan masa sekarang yang rumit. Baekhyun berdehem, mencairkan suasana.

“apa kau bermain judi dengan orang-orang itu lagi?” ucap Hyukjae yang membuat Baekhyun terkejut dan mengacungkan pisau pada Hyukjae dari meja pantry.

“Hei! Jangan menuduh orang sembarangan! Aku sudah tidak bermain dua minggu yang lalu!” ucap Baekhyun sembari menaikan intonasi, namun ia kemudian diam sambil menepuk-nepuk mulutnya. Menyumpahi dirinya sendiri karna keceplosan berbicara.

Hyukjae yang sedari tadi menatap kaleng sodanya melihat kearah Baekhyun, dengan tajam. Menyadari itu, Baekhyun menggeleng tidak bermaksud mengatakan itu. “kau! Anak nakal!” ucap Hyukjae sembari bersiap untuk menghajar Baekhyun.

“hei! Hei! Tenanglah jika kau ingin makan!” ucap Baekhyun sedikit takut. Ia kembali melanjutkan membuat makanan dan menyajikannya. “apa kau sangat sibuk hingga tidak bisa makan?” ucap Baekhyun sedikit kesal. Bagaimana tidak kesal, Hyukjae selalu memintanya membuatkan makan malam yang tidak tanggung-tanggung membuatkannya waktu tengah malam seperti ini.

Baekhyun menaruh makanannya di meja dan ia duduk di sebelah Hyukjae, “aku tidak meminta makan” ucap Hyukjae santai sembari meletakan sodanya di meja dan berganti mengambil sepiring makanan yang dibuatkan Baekhyun dan memakannya. Baekhyun melihatnya dengan perasaan sangat kesal, dengan tatapan –aku ingin membunuhmu-.

Hyukjae menghentikan kegiatan makannya, “mengapa kau masih bermain?” ucap Hyukjae serius. Baekhyun membuang nafasnya dan menyenderkan tubuhnya pada sofa.

“aku butuh uang” ucap Baekhyun enteng. Kemudian ia memejamkan matanya dan tersenyum kecil, “apalagi makanmu itu banyak sekali” ucap Baekhyun setengah meledek.

“sudah ku bilangkan tinggal dirumahku saja” ucap Hyukjae sambil menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya. Ya, memang sudah sangat sering Hyukjae menyuruh Baekhyun untuk tinggal dirumahnya, bahkan sudah sejak mereka memutuskan untuk kembali pada Negara asal.

Baekhyun adalah anak sebatang kara, Baekhyun dibuang oleh ibunya ke Amerika karna ibunya menikah lagi dengan pria kaya di Korea. Saat di Amerika, selama beberapa tahun ia memang dibiayai oleh ibunya namun setelah tahun-tahun berikutnya, ia sudah tidak dibiayai bahkan nomor telfon ibunya sudah tak lagi bisa dihubungi. Saat itulah, Baekhyun mendapatkan uang dari cari yang tidak baik.

“aku tak ingin merepotkanmu, seperti saat di Amerika dulu” ucap Baekhyun lembut. Jika dipikir-pikir, mereka terlihat seperti adik kakak yang berjuang melawan hidup mereka.

Hyukjae tertawa kecil, ia meletakan piring yang makanannya hampir habis itu ke meja. Kemudian, ia ingin membicarakan tujuannya kesini disaat-saat tidak tepat seperti ini. “Baekhyun” ucap Hyukjae serius, membuat Baekhyun membuka matanya kembali dan menatap Hyukjae dengan bingung.

Baekhyun mengedipkan matanya berkali-kali dan mundur perlahan sembari menyilangkan tangannya ke dadanya. Hyukjae mengerutkan keningnya karna bingung dengan reaksi Baekhyun yang menjauh darinya dan menyilangkan tangannya didadanya.

“Walaupun aku membenci ibu ku. Aku tetap menyukai wanita! Carilah wanita sana!” tegas Baekhyun. Hyukjae yang baru mengerti itu langsung melempar bantal kearah Baekhyun.

“aku normal!” ucap Hyukjae. “kau—apa kau masih menjual obat-obatan itu?” ucap Hyukjae dengan penuh selidik. Baekhyun segera menggeleng. Hyukjae memicingkan matanya tak percaya.

“jangan menuduhku lagi! Aku benar-benar tidak seperti itu!” ucap Baekhyun dengan menantang. Hyukjae mengangguk dan menghela nafasnya “ada apa?” Tanya Baekhyun dengan hati-hati.

“apa kau tahu obat-obatan yang paling sering orang gunakan untuk membunuh?” Tanya Hyukjae. Baekhyun mengangguk antusias. Namun, tiba-tiba Baekhyun memicingkan matanya aneh. Ada yang tidak beres dengan Hyukjae sehingga menanyakan obat-obatan itu.

“apa kau ingin bunuh diri?” ucap Baekhyun dengan penasaran. Hyukjae segera memukul kepala Baekhyun dengan keras, membuat sang pemilik kepala merintih kesakitan, “hei!”

“Cho Younghwa meninggal dengan kondisi yang aneh” gumam Hyukjae. Baekhyun mengerutkan keningnya tak mengerti. Cho Young Hwa?

“Cho Younghwa? Siapa itu?” ucap Baekhyun bingung. Hyukjae menatap Baekhyun tak percaya. “artis?” lanjut Baekhyun dengan polosnya. Hyukjae melayangkan pukulannya yang kedua kepada Baekhyun “hei!” gerutunya sambil mengelus kepalanya yang sakit

“kau tidak tahu? Apa saja pekerjaanmu di rumah! Cho Younghwa. Pemilik Cho corp. tempat kerjaku. Dia ayah Kyuhyun, dia meninggal yang menurutku ada hal yang aneh disini. Dia disuntik oleh suster sekitar setengah jam-an, lalu tiba-tiba detak jantungnya melemah. Bagaimana menurutmu?” ucap Hyukjae kepada Baekhyun.

Baekhyun mengerutkan keningnya, paham. Benar, ada yang aneh. Bagaimana bisa suster yang wajib memeriksa pasien tidak mengabarkan hal-hal kepada dokter yang bersangkutan. “bagaimana cara dia mati? Mual-mual? Berkeringat?”

Hyukjae mendesis, mengingat apa yang terjadi pada cctv. “aku sedikit tidak yakin, namun aku melihat dokter seperti menyeka keringat di dahi tuan Cho”

“Asa! Aku rasa ia diberi racun dosis tinggi. Biasanya racun-racun yang digunakan dari tanaman terlebih aconite, sulit untuk didiagnosa jika ia menggunakan racun itu. Pasti dosis yang diberikan sangat tinggi, karna racun itu biasanya akan membunuh orangnya dalam 2 jam. Aku juga tidak terlalu yakin, tapi kurasa racun yang digunakan sekelas itu. Bagaimana hasil otopsinya?”

Hyukjae mengangguk mengerti, “hasil akan keluar dua hari lagi”

Baekhyun berdesis, “sangat lama. Biasanya otopsi akan keluar satu hari setelah kematian. Apa kau tidak takut ada hal-hal yang diubah dari fakta?”

Hyukjae mengernyitkan keningnya, yang diucapkan Baekhyun ada benarnya. “kau tidak pernah mendapatkan kasus pembunuhan ya? Kau sangat payah. Sudah tidurlah disini. Astaga lihatlah sudah jam 2” ucap Baekhyun sembari membawa piring kotor sehabis Hyukjae makan ke dapur.

Hyukjae termenung memikirkan ucapan Baekhyun. Jangan-jangan ini semua permainan. Bagaimana jika memang nanti hasil yang keluar tidak sesuai dengan fakta kebenaran. Hyukjae menggertakan giginya kesal. Sungguh sangat bodoh. Mengapa ia tak bisa meminta lebih cepat hasil otopsinya keluar. Bodoh, sangat bodoh.


***


08.00 AM, Paris.

Sebuah tangan besar bertengger pada pinggang kecil Minji, merasa asing Minji berkali-kali mengedipkan matanya tak percaya apa yang sedang ia lihat sekarang. Sesosok pria yang ia tunggu semalaman. Kyuhyun. Minji tersenyum kecil melihatnya sekarang kembali padanya. Tangan kecil Minji meraih beberapa helaian rambut yang menutupi wajahnya.

Minji memperhatikan wajah itu dengan damai, wajah yang selalu ia takuti dan ia cintai pula setiap saat. Ia berharap waktu bisa berhenti saat itu juga. Ia tak berharap Kyuhyun juga melihatnya seperti ia melihat Kyuhyun. Yang ia inginkan hanya dapat melihat wajah sang pria dengan damai.

Minji berkali-kali mengedipkan matanya ketika melihat mata Kyuhyun terbuka dengan sayu, dan tersenyum kecil. Didekatnya lagi Minji dengan sekali tarik oleh Kyuhyun. Kyuhyun menenggelamkan kepalanya pada leher Minji. Kyuhyun sedikit terkejut dan kemudian tersenyum geli ketika mendengar detak jantung Minji yang sangat kencang, walaupun dapat Kyuhyun akui sekarang detak jantungnya sama seperti yang Minji rasakan.

“Kyu—”

Kyuhyun menarik nafasnya dileher Minji dan berhasil membuat semburat merah dipipi Minji. “biarkan aku tidur sayang” mendengar ucapan itu Minji mematung. Otaknya sedikit bermasalah ketika mendengar ucapan Kyuhyun dengan suara serak khas bangun tidur. Sungguh itu mampu melumpuhkan kinerja otaknya.

Tangan Minji mengelus-elus kepala Kyuhyun dengan lembut, membuat Kyuhyun lebih mengeratkan pelukannya. Senang memang, namun Minji tidak ingin dianggap jalang oleh Kyuhyun dan bagaimana dengan Tiffany. Banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Kyuhyun. Minji menghentikan kegiatan tangannya. Ia mengumpulkan keberaniannya.

“Kyu, apa kau masih menganggapku jalang? Aku bukan jalan, Kyu—” ucapnya sedikit bergetar menahan tangis. Mendengar itu Kyuhyun segera melihat wajah Minji dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Kyuhyun sadar ia sudah berlaku sangat tidak baik untuk Minji.

“jangan tinggalkan aku juga” potong Kyuhyun. Kyuhyun melepaskan pelukannya pada Minji dan mensejajarkan wajah mereka. “kumohon, tetaplah tinggal bersamaku” ucap Kyuhyun. Minji melihat kearah mata Kyuhyun yang sayu itu. Mabuk-kah?

Minji mengelus pelan rambut Kyuhyun dengan tangan mungil nan lembut itu. Disisirnya perlahan rambut Kyuhyun seakan-akan rambut itu mudah rapuh. Kyuhyun memperhatikan wajah Minji yang pucat. Ia menggengam tangan Minji, menghentikan gerak tangannya. Minji menatap Kyuhyun tersenyum, “aku akan tetap tinggal” selepas ucapan Minji itu Kyuhyun mencium kening Minji lama. Seakan ada kata perminta maaf dan rasa terimakasih yang sangat besar. Juga, mengisyaratkan bahwa Kyuhyun benar-benar mencintainya.

“bagaimana Tiffany? Akan tinggal dengan kitakah?” ucap Minji saat Kyuhyun menjauhkan dirinya. Kyuhyun mematung dengan pertanyaan polos yang dilontarkan Minji. Benar, tentu Minji akan bingung bila Kyuhyun memintanya untuk tetap tinggal sedangkan Minji tak tahu apa yang terjadi pada hubungannya dengan Tiffany, Minji akan berpikir dia adalah simpanan untuk Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum, mengelus pelan kepala Minji sembari tersenyum dan menggeleng. Ditariknya Minji kedalam dekapannya. Ia membuang nafasnya pelan. Sambil terus mengelus kepala Minhi pelan, ia berucap “tidak saying. Tidak akan pernah, ia datang lagi” mendengar itu Minji mendongak.


[Flashback] Paris, menara Eiffel 09.30 PM

“Tiffany, aku tidak tahu” ucap Kyuhyun sendu. Tiffany tersenyum dan menggenggam erat kedua tangan Kyuhyun.

“Kyu, aku mohon”

Kyuhyun menatap Tiffany. Menggenggam kembali tangan Tiffany dengan senyum hingga akhirnya Kyuhyun mengangguk “ayo kita mulai dari awal” ucapan dirinya sendiri itu bagai petir yang menyambar balik dirinya. Ia tahu jika ia salah. Tapi dirinya tak sanggup melihat Tiffany menangis lagi.

Tiffany tersenyum dan memeluk Kyuhyun dengan erat. Kyuhyun membalas pelukan Tiffany itu dengan sama eratnya. Pikiran Kyuhyun sangat kalut. Yang dipikirkannya sekarang adalah, bagaimana ia akan menghadapi Minji.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya. Tak mungkin jika ia mengkhianati ayahnya, Hyukjae, serta Minji. Ia bahkan sudah mengungkapkan bahwa ia mencintai Minji. Kyuhyun kalut dengan pikirannya sendiri. Mana yang akan ia pilih, melihat Tiffany yang menangis atau melihat semua orang didekatnya kecewa padanya.

Kyuhyun melepaskan pelukannya, terlihat Tiffany yang tersenyum lebar namun tidak dengan Kyuhyun yang menampakan wajah serius. Dengan ragu, Kyuhyun sudah memutuskan. “sebagai teman” ucap Kyuhyun yang membuat senyum lebar itu sedikit menghilang menjadi senyum canggung. Tiffany mengerutkan keningnya tak mengerti, membaca ekspresi yang ditunjukan Tiffany itu Kyuhyun segera menyambung kata-katanya “ayo kita mulai dari awal sebagai teman. Sebagai orang yang pertama kali bertemu, hingga akhirnya berteman”

Tiffany menatap Kyuhyun tak percaya, senyum itu menghilang dari wajahnya. Tiffany melangkah mundur, Kyuhyun tersenyum dengan sangat terpaksa dan mengulurkan tangannya “aku, Cho Kyuhyun. Kau?” Tiffany tersenyum tak percaya dengan apa yang dikatakan dan dilakukan Kyuhyun. Ia mengepalkan tangannya menahan kesal.

“apa kau sudah gila, hah?” ucap Tiffany dengan intonasi yang tinggi, beruntung suasana sekarang tidak seramai tadi. Kyuhyun masih tetap pada posisi tangan mengulur. Mata Tiffany mengarah pada tangan Kyuhyun yang mengulur kearahnya. Tersenyum sinis, “apa kau sangat mencintainya?” ucap Tiffany dengan lirih dan menatap Kyuhyun dengan tajam. Kyuhyun tak bergeming, ia hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

“apa yang membuatmu mencintainya Kyu? Apa?” ucap Tiffany dengan penuh emosi dan air matanya mengalir saat ucapan terakhirnya. Kyuhyun menurunkan tangannya dengan perlahan. Jujur, Kyuhyun sangat ingin menghapus air mata dipipi Tiffany itu.

Kyuhyun hanya bisa menatap nanar kearah Tiffany. Kakinya sangat sulit untuk bergerak, matanya hanya bisa menangkap satu objek didepannya dan waktu seperti berhenti baginya. Sungguh sangat sulit membuat pilihan yang seperti ini. ia sangat ingin memeluk dan menghentikan air mata Tiffany. Kyuhyun menunduk, tak sanggup untuk melihatnya lagi, “maafkan aku” lirih Kyuhyun yang ntah terdengar oleh Tiffany atau tidak.

Ia memutar tubuhnya berniat untuk meninggalkan Tiffany, saat beberapa langkah Kyuhyun mengehentikan langkahnya saat Tiffany membuka suaranya “aku masih dan akan terus mencintaimu. Aku akan selalu membuka diriku untukmu, Cho Kyuhyun.” Setelah mendengar ucapan itu Kyuhyun tersenyum kecil dan kembali berjalan meninggalkan Tiffany sendiri tanpa berbalik melihatnya.

Sepeninggalannya, Kyuhyun berjalan tanpa arah. Ia hanya ingin menikmati kota romantis ini sendirian, melepaskan penat di kepalanya setelah apa yang terjadi. Ia berkali-kali membuang nafasnya pelan. Saat di rasakan gemericik hujan turun, Kyuhyun terpaksa harus berteduh pada caffe yang menyediakan berbagai macam kopi. Jujur saja, ia ingin meminum alcohol namun di Negara orang ini sangat tidak lucu jika ia tersasar karna mabuk.

Kyuhyun menatap langit yang hanya menurunkan sedikit hujan itu, Kyuhyun menyesap kopi cappuccinonya yang hangat. Setelah selesai, ia melihat jam pada ponselnya. Ia sedikit terkejut dengan sebuah artikel yang beredar di internet, arwahnya bak terangkat oleh malaikat maut, tubuhnya lemas. Apakah ini benar? Pertanyaan-pertanyaan muncul di otaknya. Ia kehilangan orang tua, lagi.[end]



“jadi—kau dan Tiffany—“

Kyuhyun mengangguk dan tersenyum manis saat Minji mendongak melihat kearahnya, ia mencubit pelan hidung Minji yang mancung itu. Ia lega sekarang, mungkin pilihan yang ia lakukan tepat. Ia tak pernah merasa selega ini. Minji tersenyum kecil, namun ada sesuatu yang menggangu pikirannya.

“apa kau tidak apa-apa?” ucap Minji pelan. Kyuhyun mengelus kepala Minji sambil tesenyum dan mengangguk dan saat ingin membawa Minji kepelukannya, Minji menarik diri dan menatap mata Kyuhyun. “maksudku, ayahmu. Apa kau sungguh tidak apa-apa?”

“Minji—“

Mengerti kondisi Kyuhyun, giliran Minjilah yang menarik Kyuhyun kepelukannya dan mengelus punggung Kyuhyun. “menangislah” ucap Minji. Jujur, ia juga ingin menangis mendengar suara isak Kyuhyun yang tertahan. Ia mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang tua.


“tolong, jangan tinggalkan aku”



[TBC]

Olla olla!
Apa kabar kalian para reader yang aku sayangi. Tidak seperti biasanyakan aku ngepublish part ditahun yang sama ada 3 part!! Yeayyy😂 (padahal mah dikit wkwk)
Seperti biasa ide dadakan yang harus segera di curahkan, dan juga kedikitan cerita dan kerandoman cerita dan jugaa ketidak bagusan ff ini saya mohon maaf.
Tolong disupport terus ya gengss




Ohiya terakhir. Coment juseyo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar