Black And White || Minji – Cho Kyuhyun - Lee Hyuk Jae – Tiffany || Hurt – Romance || PG17 || Chapter
Tata tertib: RC [Read and
Comment]. kritik saran dan protes lainnya silahkan dilayangkan kepada
saya karna tidak kesesuain pada yang kalian inginkan /? ||DILARANG
PLAGIAT! semua author pasti tidak ingin karyanya ditiru oleh orang
lain. oleh karna itu mohon perhatiannya ^^ || CERITA INI
MILIK SAYA! jika ada kesamaan nama tokoh itu diwajarkan jika ada cerita yang
persis seperti ini mohon bilang pada saya. cast milik tuhan.
***
Angin malam menerpa lembut wajah
mungilnya, rambut yang digerai tertiup bebas mengikuti arah angin. Malam yang
dingin di negara orang lain. Ia menghirup udara segar malam sambil sesekali
menyesap coklat hangat yang baru saja ia buat. Ia memandangi sekeliling dari
balkon kamar hotel yang memang letaknya strategis. Dari sini, ia bisa melihat
menara Eiffel yang cukup jelas. Ia mengulum senyumnya kecil, saat kecil ia
sangat ingin pergi kesini bersama orang tuanya namun naasnya
penerbangan mereka harus terpaksa dicancel karna kecelakaan itu.
Mungkin memang sudah jalannya, ia memang
tidak di takdirkan pergi ke Paris dengan orang tuanya, melainkan dengan
suaminya. Yah, suami yang ia sayangi saat melihatnya pertama kali, Kyuhyun.
Memikirkannya saja sudah membuatnya tersipu malu, semburat merah terlihat
dipipinya. Namun, saat ia selesai mandi tadi, ia sudah tidak melihat Kyuhyun.
Memikirkannya saja membuatnya sakit. Yah, memang mungkin hanya ia yang terlalu
percaya diri bahwa Kyuhyun telah berubah.
Ia menghirup nafas panjang, dan
menghembuskan nafasnya berharap beban pikirannya hilang bersama hembusan
nafasnya. Ia menyesap coklat panasnya, rasa manis dan panas di cuaca yang
dingin membuat tubuhnya relax. Lampu kerlap-kerlip, suara kendaraan lalu
lalang, suara langkah kaki banyak orang kesana-kemari suasana ini lebih
menyenangkan daripada tinggal di Seoul. Tentu saja, bagaimana tidak? Di Seoul
ia hanya termenung dikamar besar dirumah Kyuhyun yang hanya ada pengawal dan
pembantu rumah tangga, jarang sekali orang-orang berkunjung, Kyuhyun saja
jarang melihat rumahnya sendiri. Memikirkan Seoul terlalu banyak kenangan yang
tak bisa di hapuskan begitu saja. Sepahit-pahitnya kenangan bukan untuk
dilupakan bukan? Itu adalah bumbu untuk cerita di masa yang akan datang. Ntah sampai
kapan cerita pahitnya berhenti atau bahkan sama sekali tidak berhenti.
Ia memandang langit hitam yang pekat,
tak ada gemerlap bintang menyinari malam ini seakan langit pun tahu, bahwa ia
sedang mengalami masa-masa cerita pahit. Cerita kehidupan adalah scenario Tuhan
yang tidak satupun orang yang tahu bagaimana ceritanya akan berakhir.
Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam
kamarnya, menutup pintu kaca yang menghubungkannya ke balkon tadi. Ia meletakan
cangkir berisi coklat panas yang sudah hampir habis itu di meja samping
kasurnya dan mengambil sebuah buku di meja itu. Buku novel sekitar tahun
1813-an, Pride and Prejudice. Buku yang menarik untuk dibaca. Buku dalam
cetakan bahasa inggris itu mampu ia pahami. Yah, dulu ia sempat belajar bahasa
Inggris jadi tak heran ia sedikit menguasai bahasa itu.
Ia larut dalam bacaannya, sudah sangat
lama ia tak membaca buku novel seperti ini. Ia melirik kearah jam yang
terpasang di dinding hotel. Sekarang menunjukan waktu pukul 12.00 dan Kyuhyun
belum juga pulang, sedangkan gemericik hujan sudah turun dari langit. Khawatir,
tentu saja. Ia meraih ponselnya, namun ia mengurungkan niatnya. Bisa-bisa nanti
Kyuhyun akan memakinya.
Baru saat akan meletakan ponselnya,
ponselnya berdering. Menampakan nama ‘Hyukjae’. Ia mengerutkan keningnya. Yah
setelah kejadian mengejutkan bahwa Hyukjae adalah sepupunya, Hyukjae jadi lebih
protektif kepadanya.
“ya?” ucapnya saat mengangkat telfon
dari Hyukjae.
Terdengar helaan nafas lega dari
Hyukjae, lalu tertawa pelan. Ia mengerutkan keningnya bingung, ada apa
dengannya? Pikirnya.
“kau tidak apa-apakan? Aku senang
mendengar suaramu. Bagaimana dengan Kyuhyun? Dia ada bersa—“
“tidak.” Ucapnya singkat dan memotong
ucapan Hyukjae.
“tidak?” ulang
Hyukjae. “kau tidak bersamanya?” ucap Hyukjae yang
kelihatannya sangat serius sekarang. Diam, tidak ada jawaban lagi.
“Minji aku akan segara menelfon
Kyuhyun. Aku tutup” setelah
menutup panggilan itu, ia segera menutup buku yang ia baca dan meletakan buku
serta ponselnya ke meja. Ia menghela nafasnya. Kemudian berbaring, menarik
selimut hingga ke leher, dan menatap langit-langit kamarnya.
Mungkin hanya Hyukjaelah orang yang
benar-benar mengerti perasaannya. Saat pertama kali mereka bertemu bahkan,
hingga akhirnya sebuah kebeneran terungkap. Mendadak memang, namun ia hanya
bisa bersyukur ketika mendapati bahwa ada seseorang yang masih berhubungan
darah dengannya.
Bosan. Berkali-kali ia memejamkan
matanya. Sudah hampir sejam dan Kyuhyun belum juga pulang. Jika dihitung,
Kyuhyun sudah pergi sekitar 4jam lamanya. Berhasilkah Hyukjae menelfon Kyuhyun?
Ia mengambil ponselnya dan mencoba melihat berita-berita terbaru. Matanya
menyipit ketika melihat sebuah artikel berita yang membuatnya janggal. Dengan
penasaran ia memencet artikel itu, dan matanya membulat terkejut.
Lagi, pengusaha ternama tumbang
karna kelelahan
Seoul, Younghwa, Cho
menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit pukul 6 sore..”
Ia termenung. Apakah ini berita bohong?
Ia menggeleng tak percaya dan menutup mulutnya menahan isakannya untuk keluar.
Segera ia mengetikan pesan untuk Kyuhyun. Apakah Kyuhyun tahu? Apakah Kyuhyun
kuat untuk menerima ini? Bagaimana kondisi Kyuhyun sekarang. Setelah mengirim
pesan untuk Kyuhyun ia segera menelfon seseorang yang pasti tahu apa yang
terjadi di Korea sana.
“Hyukjae!”
***
Dua orang pengawal dengan setelan jas
rapi, alat pendengaran yang terpasang ditelinga mereka serta pistol yang
tercantol di pinggang mereka itu berjalan dengan tergesa menembus keramaian
banyak orang. Sepertinya ada berita gawat yang mereka terima. Ia berjalan
mendekat kepada sang tuan karna kondisi saat itu sangat ramai dan juga dalam
suasana haru.
“Hyukjae, beritanya sudah menyebar” ucap
salah satu pengawal itu dengan berbisik. Hyukjae terbelalak. “sumbernya adalah
ayahmu”
Hyukjae mengepalkan tangannya. Sudah ia
tebak pasti kematiaan ini ada sangkut pautnya dengan ayahnya. Hyukjae menepuk
pundak sang pengawal bermaksud supaya sang pengawal mendekatinya dan Hyukjae
berbisik “jaga disini. Aku akan pergi menemuinya” sang pengawalpun mengangguk.
Sebelum pergi meninggalkan tempat itu, Hyukjae memberikan penghormatan
terakhirnya kepada seseorang, Cho Young Hwa. Ia membungkuk dan meneteskan air
matanya. Merasa bersalah karna ia tak bisa menjaga ayah dari temannya itu.
Hyukjae menegakan tubuhnya, dilihatnya foto tersenyum pria berumur itu dan ia
membalas tersenyum “maafkan aku paman”
Hyukjae pergi dengan tergesa dengan muka
marah yang sangat jelas terlihat, tangannya mengepal dan kepalannya itu siap
bersarang diwajah siapa saja yang mengganggunya, tak terkecuali ayahnya. Jadi,
beginikah sikap ayahnya selama ini. Apa yang dipikirkan ayahnya.
Hyukjae masuk ke mobilnya dan menyalakan
mesin mobil itu, suara tegas mobil yang juga menandakan sang empunya sedang
sangat marah. Dinaikannya kecepatan mobil yang ia kendarai. Bahkan, hampir saja
ia dikejar oleh polisi karna kecepatan yang melebihi batas maksimal di jalan.
Mobil Hyukjae berhenti saat didepan
gerbang pintu besar terdapat beberapa pengawal yang menghadangnya untuk masuk.
Ia memicingkan matanya, dan mengerutkan dahinya. Apa-apaan ini,
pikirnya. Ia membuka kaca jendelanya ketika salah satu pengawal mendekati
mobilnya. Dengan pandangan tetap lurus ke depan dan dengan angkuhnya. Sungguh
ia bisa saja membunuh 4 pengawal yang ada dihadapannya sekarang.
“maaf Hyukjae anda dilarang berada di
kawasan ini” Hyukjae hanya tersenyum kecil. Menganggap ucapan itu hanya sebagai
lelucon yang dilontarkan kepadanya. “silahkan pergi dari sini sebelum kami
menggunakan kekerasan” mendengar hal itu Hyukjae menggertakan giginya dan
mengepalkan tangannya pada stir.
“apakah aku tidak boleh mengunjungi
a-yah-ku sendiri?” ucapnya dengan tenang namun penuh penakanan. Sungguh, ia
sudah tidak tahan lagi dengan kelakukan yang ayahnya lakukan ini. mungkinkah
ayahnya sudah mengetahui apa saja yang akan terjadi. Sungguh, masalah ini
membuatnya semakin gila.
“maaf, anda dilarang dan tuan Lee sedang
tidak ada dirumah” perkataan itu sukses membuat Hyukjae terbelalak.
“apa?”
“tuan Lee sedang ada perjalan bisnis.
Silahkan kembali saat—“
“kemana dia pergi?” ucap Hyukjae
memotong. Pengawal itu menggeleng. “kemana?!” ucap Hyukjae dengan intonasi nada
yang tinggi. Ia sudah cukup sangat bersabar dengan orang-orang suruhan ayahnya
ini, dan tiba-tiba ayahnya sedang pergi perjalan bisnis. Lelucon macam apa ini.
“kami tidak bisa membocorkannya.
Terlebih, anda—“ ucapan pengawal itu terpotong ketika Hyukjae memutar haluan
pada mobilnya. Tidak ada gunanya mendengar pernyataan dari orang suruhan itu,
karna sekeras apapun meminta ia tetap akan bekerja samapai mati untuk ayahnya.
Hyukjae menginjak pedal gas dengan
sangat kencang membuat kecepatan mobilnya berada pada batas maksimal. Malam
sudah menunjukan pukul 10 waktu setempat, namun ibu kota tetap tidak akan mati.
Hujan turun mengguyur malam kota Seoul, membuat pengguna jalan kesusahan untuk
melanjutkan aktivitasnya untuk kembali ke rumah masing-masing.
Sekarang, ia berada ditempat dimana tak
ada seorangpun yang akan melihatnya. Suara telfon yang berdering bersamaan
dengan suara turunnya hujan membuat lamunan Hyukjae berhenti. Hyukjae
mengangkat telfon yang berdering itu, menampilkan nama Minji. Ia menghembuskan
nafasnya terlebih dahulu, membuat dirinya setenang mungkin.
“Hyukjae!” pekik Minji dari sana,
yang membuat Hyukjae yakin bahwa Minji pasti mendapatkan kabar sesuatu.
“hm?” ucap Hyukjae dengan tenang, namun
masih tersirat bahwa ia sedang dalam masa yang sama dengan Minji.
“apa yang—“ ucap Minji
terhenti, ia tidak bisa melanjutkannya. Hyukjae menatap nanar sungai Han yang
ada pada depannya. Yah, seperginya Hyukjae dari kawasan rumah ayahnya, ia
memang tidak tahu ingin kemana.
“—apa ini mimpi?” lanjut
Minji. Hyukjae mengangguk yang dipastikan Minji tentu tidak bisa melihatnya. Air
matanya mengalir tanpa sadar, segera ia menghapus air matanya itu. Dan menjawab
ucapan Minji.
“ya. Bangunlah besok pagi, dan
berharaplah hanya mimpi yang menghampiri dengan ketakutan” ucap Hyukjae menahan
kesedihannya. Ah, bahkan Hyukjae lupa untuk menghubungi Kyuhyun sanking ia
sangat kesalnya dengan ayahnya.
Suara sambungan telfon berbunyi. Itu
artinya Minji sudah memutuskan panggilannya. Hyukjae menyenderkan kepalanya
pada stir mobilnya dan air matanya mengalir mengikuti jatuhnya
air hujan. Apakah dia gagal pada janji yang sudah ia buat yang akan menjaga
mereka semua. Bagaimana bisa sesulit ini untuk mempertahankannya.
Hyukjae mengangkat kepalanya perlahan.
Ia melupakan sesuatu. Ada kejadian yang janggal ketika pemeriksaan cctv rumah
sakit. Pertama, kematian Younghwa yang seolah-olah dia meninggal karna gagal
jantung akibat kelelahan. Namun, dokter jantung Younghwa berkata jika
jantungnya baik-baik saja saat pagi tadi. Kedua, jantungnya menurun ketika
seorang suster masuk dan menyuntikan sesuatu pada tubuhnya.
“selisih waktunya hanya setengah jam”
Hyukjae yakin ini adalah kasus pembunuhan. Segera ia menelfon seseorang yang
sudah ia kenal.
“bisakah aku meminta bantuan?” ucap
Hyukjae pada seseorang disebrang sana.
Terdengar seseorang menguap dengan suara
purau ia menjawab “kau gila? Ini sudah hampir tengah malam. Tidak bisa”
Hyukjae menepuk jidatnya “aku akan
sampai setengah jam lagi. Maafkan aku”
“APA! HEI HYUKJAE—“ belum
sempat seseorang itu protes, Hyukjae sudah mematikan telfon itu, dan segera
menancapkan gasnya pergi. Ia sangat yakin yang disuntikan kepada Younghwa ayah
Kyuhyun, adalah zat beracun yang mempunyai dosis-dosis tertentu.
***
“Hyukjae sialan! Apa dia tidak tahu jam
berapa ini” gerutunya. Ia berjalan menuju lemari pendingin miliknya dan
mengambil sebotol air mineral dingin dan meneguknya. Rasa kantuknya hilang ketika
ia mendapat telfon dari Hyukjae.
Yah, ia adalah Baekhyun, adik kelasnya.
Ia sempat mengasuh Baekhyun saat tinggal di Amerika sana. Baekhyun adalah
mantan pengedar obat-obatan yang handal, ia bahkan dapat mengelabui banyak
polisi, tentu karna wajahnya yang masih kecil banyak orang yang akan
mempercayainya. Namun, tidak dengan Hyukjae.
Pertemuannya dengan Hyukjae saat itu,
mungkin bisa menyadarkannya dan kejadian yang tak pernah dilupakan oleh
Baekhyun. Baekhyun yang saat itu masih belasan tahun menjadi bandar narkoba
untuk orang-orang yang sedang ada dendam. Baekhyun akan dibayar besar untuk
membawa obat-obatan dengan dosis tertentu yang sesuai dengan keinginan kliennya
bagaimana ia akan membunuh.
Pengalaman yang menegangkan serta
menguntungkan. Banyak orang-orang dengan kondisi jiwa terganggu, dari mulai
orang yang tak dikenal bahkan hingga keluarga sendiri akan dibunuh. Sungguh,
tak bisa dipikirkan bagaimana bisa seseorang sangat gampang untuk mencabut
nyawa orang lain. Namun, itulah kehidupan, jika tidak ada orang yang seperti
itu mungkin dulu Baekhyun sudah menjadi geladangan di Amerika.
Ia meletakan botol minum itu kembali
pada tempatnya dan memperhatikan jam yang bertengger pada dindingnya. Ia
menguap, dan menghitung mundur “tiga—dua—satu”
Terdengar suara mobil yang berhenti
tepat didepan rumahnya, ia menaikan bahunya dan bergumam “kurasa ia sedang
tidak mabuk”. Cepat-cepat ia berjalan kearah pintu rumahnya dan membukakan
untuk Hyukjae. Dengan senyum lebar bak orang bodoh ia
menyambut Hyukjae dengan sangat amat terpaksa. Namun, Hyukjae hanya melengos
masuk tanpa melihat kearahnya dahulu. Baekhyun menggertakan giginya dan
menghembuskan nafasnya gusar. Ditutupnya pintu dengan kasar dan berjalan
mengikuti Hyukjae.
Hyukjae mengambil kaleng soda dan
meminumnya lalu duduk pada sofa dan meluruskan kakinya. Ia menatap Baekhyun
yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal. Baekhyun berjalan kearah dapur
yang bersebrangan dengan ruang tamunya. Baekhyun tahu sepertinya ada yang ingin
dibicarakan, namun sepertinya ini sangat penting. Kondisi seperti ini sama
seperti saat Baekhyun tertangkap basah sedang bermain lotre.
Baekhyun memperhatikan Hyukjae yang
sedang memperhatikan kaleng sodanya dengan tatapan nanar. Sambil menyiapkan
makan untuk Hyukjae yang pastinya ia tahu bila Hyukjae belum makan, karna
terakhir kali mereka bertemu Hyukjae berkata jika ia sedang melakukan
pengamatan masa lalu yang melibatkan masa sekarang yang rumit. Baekhyun
berdehem, mencairkan suasana.
“apa kau bermain judi dengan orang-orang
itu lagi?” ucap Hyukjae yang membuat Baekhyun terkejut dan mengacungkan pisau
pada Hyukjae dari meja pantry.
“Hei! Jangan menuduh orang sembarangan!
Aku sudah tidak bermain dua minggu yang lalu!” ucap Baekhyun sembari menaikan
intonasi, namun ia kemudian diam sambil menepuk-nepuk mulutnya. Menyumpahi
dirinya sendiri karna keceplosan berbicara.
Hyukjae yang sedari tadi menatap kaleng
sodanya melihat kearah Baekhyun, dengan tajam. Menyadari itu, Baekhyun
menggeleng tidak bermaksud mengatakan itu. “kau! Anak nakal!” ucap Hyukjae
sembari bersiap untuk menghajar Baekhyun.
“hei! Hei! Tenanglah jika kau ingin
makan!” ucap Baekhyun sedikit takut. Ia kembali melanjutkan membuat makanan dan
menyajikannya. “apa kau sangat sibuk hingga tidak bisa makan?” ucap Baekhyun
sedikit kesal. Bagaimana tidak kesal, Hyukjae selalu memintanya membuatkan
makan malam yang tidak tanggung-tanggung membuatkannya waktu tengah malam
seperti ini.
Baekhyun menaruh makanannya di meja dan
ia duduk di sebelah Hyukjae, “aku tidak meminta makan” ucap Hyukjae santai
sembari meletakan sodanya di meja dan berganti mengambil sepiring makanan yang
dibuatkan Baekhyun dan memakannya. Baekhyun melihatnya dengan perasaan sangat
kesal, dengan tatapan –aku ingin membunuhmu-.
Hyukjae menghentikan kegiatan makannya,
“mengapa kau masih bermain?” ucap Hyukjae serius. Baekhyun membuang nafasnya
dan menyenderkan tubuhnya pada sofa.
“aku butuh uang” ucap Baekhyun enteng.
Kemudian ia memejamkan matanya dan tersenyum kecil, “apalagi makanmu itu banyak
sekali” ucap Baekhyun setengah meledek.
“sudah ku bilangkan tinggal dirumahku
saja” ucap Hyukjae sambil menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya. Ya, memang
sudah sangat sering Hyukjae menyuruh Baekhyun untuk tinggal dirumahnya, bahkan
sudah sejak mereka memutuskan untuk kembali pada Negara asal.
Baekhyun adalah anak sebatang kara,
Baekhyun dibuang oleh ibunya ke Amerika karna ibunya menikah lagi dengan pria
kaya di Korea. Saat di Amerika, selama beberapa tahun ia memang dibiayai oleh
ibunya namun setelah tahun-tahun berikutnya, ia sudah tidak dibiayai bahkan
nomor telfon ibunya sudah tak lagi bisa dihubungi. Saat itulah, Baekhyun
mendapatkan uang dari cari yang tidak baik.
“aku tak ingin merepotkanmu, seperti
saat di Amerika dulu” ucap Baekhyun lembut. Jika dipikir-pikir, mereka terlihat
seperti adik kakak yang berjuang melawan hidup mereka.
Hyukjae tertawa kecil, ia meletakan
piring yang makanannya hampir habis itu ke meja. Kemudian, ia ingin
membicarakan tujuannya kesini disaat-saat tidak tepat seperti ini. “Baekhyun”
ucap Hyukjae serius, membuat Baekhyun membuka matanya kembali dan menatap
Hyukjae dengan bingung.
Baekhyun mengedipkan matanya
berkali-kali dan mundur perlahan sembari menyilangkan tangannya ke dadanya.
Hyukjae mengerutkan keningnya karna bingung dengan reaksi Baekhyun yang menjauh
darinya dan menyilangkan tangannya didadanya.
“Walaupun aku membenci ibu ku. Aku tetap
menyukai wanita! Carilah wanita sana!” tegas Baekhyun. Hyukjae yang baru
mengerti itu langsung melempar bantal kearah Baekhyun.
“aku normal!” ucap Hyukjae. “kau—apa kau
masih menjual obat-obatan itu?” ucap Hyukjae dengan penuh selidik. Baekhyun
segera menggeleng. Hyukjae memicingkan matanya tak percaya.
“jangan menuduhku lagi! Aku benar-benar
tidak seperti itu!” ucap Baekhyun dengan menantang. Hyukjae mengangguk dan
menghela nafasnya “ada apa?” Tanya Baekhyun dengan hati-hati.
“apa kau tahu obat-obatan yang paling
sering orang gunakan untuk membunuh?” Tanya Hyukjae. Baekhyun mengangguk
antusias. Namun, tiba-tiba Baekhyun memicingkan matanya aneh. Ada yang tidak
beres dengan Hyukjae sehingga menanyakan obat-obatan itu.
“apa kau ingin bunuh diri?” ucap
Baekhyun dengan penasaran. Hyukjae segera memukul kepala Baekhyun dengan keras,
membuat sang pemilik kepala merintih kesakitan, “hei!”
“Cho Younghwa meninggal dengan kondisi
yang aneh” gumam Hyukjae. Baekhyun mengerutkan keningnya tak mengerti. Cho
Young Hwa?
“Cho Younghwa? Siapa itu?” ucap Baekhyun
bingung. Hyukjae menatap Baekhyun tak percaya. “artis?” lanjut Baekhyun dengan
polosnya. Hyukjae melayangkan pukulannya yang kedua kepada Baekhyun “hei!”
gerutunya sambil mengelus kepalanya yang sakit
“kau tidak tahu? Apa saja pekerjaanmu di
rumah! Cho Younghwa. Pemilik Cho corp. tempat kerjaku. Dia ayah Kyuhyun, dia
meninggal yang menurutku ada hal yang aneh disini. Dia disuntik oleh suster
sekitar setengah jam-an, lalu tiba-tiba detak jantungnya melemah. Bagaimana
menurutmu?” ucap Hyukjae kepada Baekhyun.
Baekhyun mengerutkan keningnya, paham.
Benar, ada yang aneh. Bagaimana bisa suster yang wajib memeriksa pasien tidak
mengabarkan hal-hal kepada dokter yang bersangkutan. “bagaimana cara dia mati?
Mual-mual? Berkeringat?”
Hyukjae mendesis, mengingat apa yang
terjadi pada cctv. “aku sedikit tidak yakin, namun aku melihat dokter seperti
menyeka keringat di dahi tuan Cho”
“Asa! Aku rasa ia diberi racun dosis
tinggi. Biasanya racun-racun yang digunakan dari tanaman terlebih aconite,
sulit untuk didiagnosa jika ia menggunakan racun itu. Pasti dosis yang
diberikan sangat tinggi, karna racun itu biasanya akan membunuh orangnya dalam
2 jam. Aku juga tidak terlalu yakin, tapi kurasa racun yang digunakan sekelas
itu. Bagaimana hasil otopsinya?”
Hyukjae mengangguk mengerti, “hasil akan
keluar dua hari lagi”
Baekhyun berdesis, “sangat lama.
Biasanya otopsi akan keluar satu hari setelah kematian. Apa kau tidak takut ada
hal-hal yang diubah dari fakta?”
Hyukjae mengernyitkan keningnya, yang
diucapkan Baekhyun ada benarnya. “kau tidak pernah mendapatkan kasus pembunuhan
ya? Kau sangat payah. Sudah tidurlah disini. Astaga lihatlah sudah jam 2” ucap
Baekhyun sembari membawa piring kotor sehabis Hyukjae makan ke dapur.
Hyukjae termenung memikirkan ucapan
Baekhyun. Jangan-jangan ini semua permainan. Bagaimana jika memang nanti hasil
yang keluar tidak sesuai dengan fakta kebenaran. Hyukjae menggertakan giginya
kesal. Sungguh sangat bodoh. Mengapa ia tak bisa meminta lebih cepat hasil
otopsinya keluar. Bodoh, sangat bodoh.
***
08.00 AM, Paris.
Sebuah tangan besar bertengger pada
pinggang kecil Minji, merasa asing Minji berkali-kali mengedipkan matanya tak
percaya apa yang sedang ia lihat sekarang. Sesosok pria yang ia tunggu
semalaman. Kyuhyun. Minji tersenyum kecil melihatnya sekarang kembali padanya.
Tangan kecil Minji meraih beberapa helaian rambut yang menutupi wajahnya.
Minji memperhatikan wajah itu dengan
damai, wajah yang selalu ia takuti dan ia cintai pula setiap saat. Ia berharap
waktu bisa berhenti saat itu juga. Ia tak berharap Kyuhyun juga melihatnya
seperti ia melihat Kyuhyun. Yang ia inginkan hanya dapat melihat wajah sang
pria dengan damai.
Minji berkali-kali mengedipkan matanya
ketika melihat mata Kyuhyun terbuka dengan sayu, dan tersenyum kecil.
Didekatnya lagi Minji dengan sekali tarik oleh Kyuhyun. Kyuhyun menenggelamkan
kepalanya pada leher Minji. Kyuhyun sedikit terkejut dan kemudian tersenyum
geli ketika mendengar detak jantung Minji yang sangat kencang, walaupun dapat
Kyuhyun akui sekarang detak jantungnya sama seperti yang Minji rasakan.
“Kyu—”
Kyuhyun menarik nafasnya dileher Minji
dan berhasil membuat semburat merah dipipi Minji. “biarkan aku tidur sayang”
mendengar ucapan itu Minji mematung. Otaknya sedikit bermasalah ketika
mendengar ucapan Kyuhyun dengan suara serak khas bangun tidur. Sungguh itu
mampu melumpuhkan kinerja otaknya.
Tangan Minji mengelus-elus kepala
Kyuhyun dengan lembut, membuat Kyuhyun lebih mengeratkan pelukannya. Senang
memang, namun Minji tidak ingin dianggap jalang oleh Kyuhyun
dan bagaimana dengan Tiffany. Banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Kyuhyun.
Minji menghentikan kegiatan tangannya. Ia mengumpulkan keberaniannya.
“jangan tinggalkan aku juga” potong
Kyuhyun. Kyuhyun melepaskan pelukannya pada Minji dan mensejajarkan wajah
mereka. “kumohon, tetaplah tinggal bersamaku” ucap Kyuhyun. Minji melihat
kearah mata Kyuhyun yang sayu itu. Mabuk-kah?
Minji mengelus pelan rambut Kyuhyun
dengan tangan mungil nan lembut itu. Disisirnya perlahan rambut Kyuhyun
seakan-akan rambut itu mudah rapuh. Kyuhyun memperhatikan wajah Minji yang
pucat. Ia menggengam tangan Minji, menghentikan gerak tangannya. Minji menatap
Kyuhyun tersenyum, “aku akan tetap tinggal” selepas ucapan Minji itu Kyuhyun
mencium kening Minji lama. Seakan ada kata perminta maaf dan rasa terimakasih
yang sangat besar. Juga, mengisyaratkan bahwa Kyuhyun benar-benar mencintainya.
“bagaimana Tiffany? Akan tinggal dengan
kitakah?” ucap Minji saat Kyuhyun menjauhkan dirinya. Kyuhyun mematung dengan
pertanyaan polos yang dilontarkan Minji. Benar, tentu Minji akan bingung bila
Kyuhyun memintanya untuk tetap tinggal sedangkan Minji tak tahu apa yang
terjadi pada hubungannya dengan Tiffany, Minji akan berpikir dia adalah
simpanan untuk Kyuhyun.
Kyuhyun tersenyum, mengelus pelan kepala
Minji sembari tersenyum dan menggeleng. Ditariknya Minji kedalam dekapannya. Ia
membuang nafasnya pelan. Sambil terus mengelus kepala Minhi pelan, ia berucap “tidak
saying. Tidak akan pernah, ia datang lagi” mendengar itu Minji mendongak.
[Flashback]
Paris, menara Eiffel 09.30 PM
“Tiffany, aku tidak tahu” ucap Kyuhyun
sendu. Tiffany tersenyum dan menggenggam erat kedua tangan Kyuhyun.
“Kyu, aku mohon”
Kyuhyun menatap Tiffany. Menggenggam
kembali tangan Tiffany dengan senyum hingga akhirnya Kyuhyun mengangguk “ayo
kita mulai dari awal” ucapan dirinya sendiri itu bagai petir yang menyambar
balik dirinya. Ia tahu jika ia salah. Tapi dirinya tak sanggup melihat Tiffany
menangis lagi.
Tiffany tersenyum dan memeluk Kyuhyun
dengan erat. Kyuhyun membalas pelukan Tiffany itu dengan sama eratnya. Pikiran
Kyuhyun sangat kalut. Yang dipikirkannya sekarang adalah, bagaimana ia akan
menghadapi Minji.
Kyuhyun menggelengkan kepalanya. Tak mungkin
jika ia mengkhianati ayahnya, Hyukjae, serta Minji. Ia bahkan sudah mengungkapkan
bahwa ia mencintai Minji. Kyuhyun kalut dengan pikirannya sendiri. Mana yang
akan ia pilih, melihat Tiffany yang menangis atau melihat semua orang
didekatnya kecewa padanya.
Kyuhyun melepaskan pelukannya, terlihat
Tiffany yang tersenyum lebar namun tidak dengan Kyuhyun yang menampakan wajah
serius. Dengan ragu, Kyuhyun sudah memutuskan. “sebagai teman” ucap Kyuhyun
yang membuat senyum lebar itu sedikit menghilang menjadi senyum canggung. Tiffany
mengerutkan keningnya tak mengerti, membaca ekspresi yang ditunjukan Tiffany
itu Kyuhyun segera menyambung kata-katanya “ayo kita mulai dari awal sebagai
teman. Sebagai orang yang pertama kali bertemu, hingga akhirnya berteman”
Tiffany menatap Kyuhyun tak percaya,
senyum itu menghilang dari wajahnya. Tiffany melangkah mundur, Kyuhyun
tersenyum dengan sangat terpaksa dan mengulurkan tangannya “aku, Cho Kyuhyun. Kau?”
Tiffany tersenyum tak percaya dengan apa yang dikatakan dan dilakukan Kyuhyun. Ia
mengepalkan tangannya menahan kesal.
“apa kau sudah gila, hah?” ucap Tiffany
dengan intonasi yang tinggi, beruntung suasana sekarang tidak seramai tadi. Kyuhyun
masih tetap pada posisi tangan mengulur. Mata Tiffany mengarah pada tangan
Kyuhyun yang mengulur kearahnya. Tersenyum sinis, “apa kau sangat mencintainya?”
ucap Tiffany dengan lirih dan menatap Kyuhyun dengan tajam. Kyuhyun tak
bergeming, ia hanya menatapnya dengan tatapan kosong.
“apa yang membuatmu mencintainya Kyu?
Apa?” ucap Tiffany dengan penuh emosi dan air matanya mengalir saat ucapan
terakhirnya. Kyuhyun menurunkan tangannya dengan perlahan. Jujur, Kyuhyun
sangat ingin menghapus air mata dipipi Tiffany itu.
Kyuhyun hanya bisa menatap nanar kearah
Tiffany. Kakinya sangat sulit untuk bergerak, matanya hanya bisa menangkap satu
objek didepannya dan waktu seperti berhenti baginya. Sungguh sangat sulit
membuat pilihan yang seperti ini. ia sangat ingin memeluk dan menghentikan air
mata Tiffany. Kyuhyun menunduk, tak sanggup untuk melihatnya lagi, “maafkan aku”
lirih Kyuhyun yang ntah terdengar
oleh Tiffany atau tidak.
Ia memutar tubuhnya berniat untuk
meninggalkan Tiffany, saat beberapa langkah Kyuhyun mengehentikan langkahnya
saat Tiffany membuka suaranya “aku masih dan akan terus mencintaimu. Aku akan
selalu membuka diriku untukmu, Cho Kyuhyun.” Setelah mendengar ucapan itu
Kyuhyun tersenyum kecil dan kembali berjalan meninggalkan Tiffany sendiri tanpa
berbalik melihatnya.
Sepeninggalannya, Kyuhyun berjalan tanpa
arah. Ia hanya ingin menikmati kota romantis ini sendirian, melepaskan penat di
kepalanya setelah apa yang terjadi. Ia berkali-kali membuang nafasnya pelan. Saat
di rasakan gemericik hujan turun, Kyuhyun terpaksa harus berteduh pada caffe yang
menyediakan berbagai macam kopi. Jujur saja, ia ingin meminum alcohol namun di Negara
orang ini sangat tidak lucu jika ia tersasar karna mabuk.
Kyuhyun menatap langit yang hanya
menurunkan sedikit hujan itu, Kyuhyun menyesap kopi cappuccinonya yang hangat. Setelah
selesai, ia melihat jam pada ponselnya. Ia sedikit terkejut dengan sebuah artikel
yang beredar di internet, arwahnya bak
terangkat oleh malaikat maut, tubuhnya lemas. Apakah ini benar? Pertanyaan-pertanyaan
muncul di otaknya. Ia kehilangan orang tua, lagi.[end]
“jadi—kau dan Tiffany—“
Kyuhyun mengangguk dan tersenyum manis
saat Minji mendongak melihat kearahnya, ia mencubit pelan hidung Minji yang
mancung itu. Ia lega sekarang, mungkin pilihan yang ia lakukan tepat. Ia tak
pernah merasa selega ini. Minji tersenyum kecil, namun ada sesuatu yang menggangu
pikirannya.
“apa kau tidak apa-apa?” ucap Minji
pelan. Kyuhyun mengelus kepala Minji sambil tesenyum dan mengangguk dan saat
ingin membawa Minji kepelukannya, Minji menarik diri dan menatap mata Kyuhyun. “maksudku,
ayahmu. Apa kau sungguh tidak apa-apa?”
“Minji—“
Mengerti kondisi Kyuhyun, giliran
Minjilah yang menarik Kyuhyun kepelukannya dan mengelus punggung Kyuhyun. “menangislah”
ucap Minji. Jujur, ia juga ingin menangis mendengar suara isak Kyuhyun yang
tertahan. Ia mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang tua.
“tolong, jangan tinggalkan aku”
[TBC]
Olla olla!
Apa kabar kalian para reader yang aku sayangi. Tidak seperti biasanyakan
aku ngepublish part ditahun yang sama ada 3 part!! Yeayyy😂 (padahal mah dikit wkwk)
Seperti biasa ide dadakan yang harus segera di curahkan, dan juga
kedikitan cerita dan kerandoman cerita dan jugaa ketidak bagusan ff ini saya
mohon maaf.
Tolong disupport terus ya gengss
Ohiya terakhir. Coment juseyo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar