Black And
White || Minji – Cho Kyuhyun - Lee Hyuk Jae – Tiffany
|| Hurt – Romance || PG17 || Chapter
Tata tertib: RC [Read and Comment]. kritik saran dan protes lainnya silahkan dilayangkan kepada saya karna tidak kesesuain pada yang kalian inginkan /? ||DILARANG PLAGIAT! semua author pasti tidak ingin karyanya ditiru oleh orang lain. oleh karna itu mohon perhatiannya ^^ || CERITA INI MILIK SAYA! jika ada kesamaan nama tokoh itu diwajarkan jika ada cerita yang persis seperti ini mohon bilang pada saya. cast milik tuhan.
Paris.
Minji dan Kyuhyun melangkahkan kakinya
kepada bangunan bertingkat tinggi dengan interior mewah. Kyuhyun dan Minji akan
menginap dihotel yang sudah disiapkan, walaupun hotel itu memang tidak
satu-satunya hotel yang akan menjadi singgahan seterusnya. Mereka berhenti
tepat dikamar nomor 603.
Kyuhyun menempelkan kartu ke pintu
supaya pintu terbuka. Dan mereka melangkah masuk kedalamnya. Tak ada satupun
yang memulai berbicara satu sama lain. Kyuhyun sibuk dengan membuka koper sedangkan
Minji sibuk dengan pikirannya yang masih takut dengan keberadaan Kyuhyun.
Apalagi Kyuhyun yang sempat kesal akibat dirinya sudah tahu bahwa Minji lah
pemegang saham.
“ehem—“ dehem Minji sambil menundukan
kepalanya. “aku akan tidur disofa jadi kau—“
“tidurlah dikasur” ucap Kyuhyun sambil
membereskan bajunya kelemari. Minji mengangkat kepalanya, menoleh kearah
Kyuhyun. Merasa Minji bingung, Kyuhyun melihat kearah Minji yang sedang
menatapnya tak percaya. “tidurlah bersamaku.” Jelas Kyuhyun.
Minji mengerjapkan matanya berkali-kali.
Apa aku tidak
salah dengar? Minji menatap kearah Kyuhyun yang menatapnya dengan tatapan
serius. “aku benar-benar akan tidur disofa” ucap Minji sekali lagi sambil
berjalan kearah sofa.
“apa kau lupa?” ucap Kyuhyun seraya maju
beberapa langkah. Minji terhenti, “aku—tidak suka penolakan” ucap Kyuhyun
tegas.
“apa kau sedang bercanda?” lirik Minji.
Minji sama sekali tidak mempercayai Kyuhyun walaupun dilubuk hatinya, ia sangat
ingin mempercayai Kyuhyun. Apa yang selama ini ia dapatkan, dan apa yang
akhir-akhir ini ia lihat dari Kyuhyun. Itu benar-benar aneh.
“aku serius. Istirahatlah. Aku akan
mandi duluan” ucap Kyuhyun seraya berjalan kearah kamar mandi. Namun, ia
teringat sesuatu dan menghentikan langkahnya. Ia tersenyum kecil “aku selalu
serius dengan ucapan ku. Termasuk—“
Minji menatap punggung Kyuhyun dengan
penasaran. Kyuhyun melirik Minji yang sedang menatapnya “termasuk ucapan ku
saat aku memelukmu.” Ucap Kyuhyun lalu masuk kekamar mandi, meninggalkan Minji
yang dalam keadaan tak bias mengatur degup jantungnya yang berpacu dengan
cepat.
Aku rasa aku
mencintaimu
Minji menyentuh dadanya dan merasakan
degupan jantungnya sangat cepat. Diliriknya kamar mandi yang hanya terdengar
suara air mengucur dari dalam sana. Minji menggeleng membayangkan ucapan
Kyuhyun yang terngiang didalam pikirannya. Ditariknya nafas panjang lalu ia
membuangnya dengan perlahan. Yang ada dipikirannya sekarang bagaimana perasaan
Kyuhyun terhadap Tiffany dan dia sesungguhnya. Masihkah ada perasaan Kyuhyun
terhadap wanita yang selalu ia bela itu.
Minji menghela nafasnya dan membuka
kopernya. Membereskan baju-bajunya dan memasukannya kedalam lemari yang telah
disediakan hotel. Diliriknya handphone Kyuhyun
yang tergeletak di buffet samping tempat tidur. Kemudian, ia
melangkah pelan kearah buffet tersebut,
diambilnya handphone
tersebut dan ia membukanya. Terlihat wallpaper yang biasa dari handphonenya,
Minji hanya tersenyum kemudian meletakannya lagi.
Ting.
Minji melihat kearah handphone Kyuhyun
yang menyala. New
massage. Tiffany.
Minji membulatkan matanya. Kemudian ia mengambil handphone Kyuhyun. Dan melihat
notifikasi pesan tersebut. Tangannya bergetar membacanya.
Aku melihatnya
Kyuhyun.
krek.
Pintu kamar mandi terbuka. Kyuhyun telah
selesai mandi. Dengan terburu Minji kembali meletakan ponsel Kyuhyun dengan
cepat. Minji segera berpura-pura mengambil bajunya. Dia terlalu takut jika
ketahuan jika ia melihat ponsel Kyuhyun.
Kyuhyun mengeringkan rambutnya yang
basah dengan handuknya. Dan ia terhenti melihat Minji yang sedang berjalan
kearah kamar mandi dengan menunduk dan terburu-buru. Seketika pikiran untuk
mengerjainya terlintas.
“Minji” ucapan dingin Kyuhyun terdengar
di telinga Minji. Minji terdiam ditempat, menelan dengan susah payah salivanya.
Denyut jantungnya memburu cepat. Kyuhyun mendekat kearahnya dengan mata yang
sangat tajam.
Diam. Tak ada yang ingin Minji ucapkan. Tanpa
melihat Kyuhyunpun, Kyuhyun yakin bahwa Minji sedang ketakutan. Dalam hatinya
Kyuhyun sudah sangat tersenyum geli. Sebisa mungkin Kyuhyun menahan tawanya
karna melihat Minji yang ketakutan. “hei” ucap Kyuhyun karna sudah tidak tahan
melihatnya.
“aku—tidak sengaja Kyuhyun. Mohon maafkan
aku” ucap Minji begitu tiba-tiba sambil membungkuk dalam. Kyuhyun yang
melihatnya terkejut, mengedipkan matanya berkali-kali. Dia tidak mengira
efeknya bisa sampai membuat Minji membungkuk minta maaf padahalkan Kyuhyun
hanya ingin berniat mengerjainya. Merasa bersalah karna sudah mengerjai Minji,
Kyuhyun berniat meminta maaf. Namun yang didapat malah tambah membuatnya
terkejut ketika Minji membuka suaranya lagi.
“aku tak sengaja melihat pesan barumu
dari—Tiffany” seketika Kyuhyun terbelalak dan segera mengecek ponselnya. Ia meninggalkan
Minji yang sedang membungkuk dalam dan lebih mementingkan ponselnya. Benar, batin Kyuhyun. Kyuhyun menggertakan
giginya. Diliriknya Minji yang masih tetap dengan posisi yang sama.
Kyuhyun menghela nafasnya, berusaha
untuk tidak emosi. “pergilah. Aku ingin sendiri” dengan langkah gemetar Minji
melangkahkan kakinya pada kamar mandi. Dan seberapa keraspun Kyuhyun menahan emosinya,
namun bagi siapapun yang mendengar perkataan Kyuhyun pasti mengira bahwa saat
itu Kyuhyun sangat marah. Yah, memang Kyuhyun sedang marah. Ntah¸ marah pada Minji kah atau pada
Tiffany kah yang baru saat ini menghubunginya atau pada dirinya sendiri yang
masih tidak bisa memilih antara Minji ataukah Tiffany.
Kyuhyun mengepalkan tangannya geram. Dilihatnya
pesan masuk dari Tiffany yang sukses membuat keningnya mengerut. apa maksud
dari perkataan dipesan Tiffany itu. Kyuhyun bingung haruskah ia balas pesan
dari Tiffany itu. Ia membaringkan tubuhnya dan meletakkannya disamping
tubuhnya. Memandnag jauh atap hotel itu.
Kyuhyun menoleh kearah ponselnya yang
berbunyi. New message. Tiffany. Kyuhyun
membuka ponselnya dan begitu terkejutnya ketika ia melihat gambar yang dikirimi
Tiffany. Foto dirinya dan Minji saat dibandara. mungkinkah Tiffany selama ini..
New
message.
Tiffany.
Pukul
8. Menara Eiffel.
***
Kyuhyun berjalan menelusuri landmark
dari paris itu, hamparan orang-orang berlalulalang di sekeliling Kyuhyun. Kyuhyun
nampak sangat tampan dengan setelan kemeja hitam yang ia gulung dan celana
panjang yang senada dengan kemejanya. Tangan kirinya ia masukan kedalam saku
celana sedangkan tangan kanannya sibuk memencet ponsel touchscreennya itu.
“dimana?” Kyuhyun menelfon seseorang
dengan nada datar. “aku tunggu.” Ucapnya menutup pembicaraan. Ia memasukan
ponselnya kedalam saku celananya. Dan melanjutkan jalannya. Memasuki sebuah
menara.
Kyuhyun sedang berada di menara Eiffel
menyetujui ajakan Tiffany. Ia melangkahkan kakinya pada lift yang akan
membawanya keatas menara yang memperlihatkan keindahan kota Paris itu. Kyuhyun menatap
angka yang terus bertambah pada lift. Ia menghela nafasnya.
Ting.
Lift terbuka. Ia berada dilantai paling
atas, Kyuhyunpun bergegas melangkah keluar dari lift itu. Kyuhyun terpaku
melihat pemandangan lampu malam yang indah. Pemandang yang juga pernah ia lihat
pada namsan tower. Namun berbeda, kini ia di Paris dan dengan Minji. Yah benar,
Minji. Namun, saat ini Kyuhyun tidak membawa Minji karna masalah tadi. Sampai sekarang
Kyuhyun masih belum berbicara. Bahkan saat Minji selesai mandi Kyuhyun sudah
tidak ada dikamar mereka.
Kyuhyun menatap pemandangan itu dengan
sangat tenang. Pikirannya jauh melayang. Ia terpaku sampai kedatangan
Tiffanypun dia tidak menyadarinya. Tiffany menatap Kyuhyun dengan perasaan
senang. Sudah lama sejak ia memutuskan untuk memikirkan tawaran membantu
ayahnya. Merasa bersalah tentu. Namun, ayah tetaplah orangtua yang harus
dipatuhi bukan?
“cita-cita kita” ucap Tiffany sembari
menatap kearah luar. Kyuhyun langsung menoleh kearah Tiffany dengan tatapan sedikit
terkejut. Tiffany tersenyum dan lihat kearah Kyuhyun, mereka bertatapan dengan
pandangan masing-masing. “sudah sangat lama” gumam Tiffany sembari menatap
sendu kedalam kedua bola mata Kyuhyun.
“ya. Sehingga aku sampai lupa bagaimana
rasanya memikirkan yang lain.” Ucap Kyuhyun dingin. Kyuhyun menatap dengan
tatapan tajamnya. Kyuhyun tak tahu bagaimana perasaannya kini. Ia bingung. Ia kesal.
Dan ia.. senang.
“Kyu—“
“apa kau tahu bagaimana rasa sakitku
ketika kau menghilang?” ucap Kyuhyun memotong. Tiffany menggelengkan kepalanya,
ia rasa air matanya akan mengalir dari pelupuk matanya. Tangan Tiffany baru
saja akan menyentuh lengan Kyuhyun tapi detik kemudian Kyuhyun menepis tangan
Tiffany.
Tiffany menunduk, menyembunyikan air
matanya. Kyuhyun menghela nafasnya dan menarik Tiffany dalam pelukannya. Memeluknya
dengan erat. Berharap Tiffany tahu bagaimana rasa sakitnya selama ini ketika ia
menghilang dari hadapan Kyuhyun. Tiffany membalas pelukan Kyuhyun, berharap
Kyuhyun tahu bagaimana perasaannya selama ia menghilang, bingung dan takut.
“maaf” ucap Kyuhyun sambil mengelus
pelan kepala Tiffany. “aku sangat sakit.” Gumam Kyuhyun. Kyuhyun melepaskan
pelukannya. Menatap mata Tiffany dengan dalam. Melihat mata yang telah terurai
air mata itu. Dihapusnya sisa air mata itu, dan Kyuhyun tersenyum kecil. Dalam hati,
Kyuhyun juga meruntuki dirinya yang bodoh.
“aku sudah tidak apa.” Ucap Tiffany
sambil tersenyum untuk membuktikan kepada Kyuhyun bahwa dirinya sudah baik-baik
saja. Kyuhyun yang sempat ragu sekarang hanya mengangguk sembari mengecup
kening Tiffany.
Berlatar belakangi kerlap-kerlip lampu malam diatas menara Eiffel di kota yang terkenal dengan ikon romantisnya, Kyuhyun dan Tiffany berhasil mencapai cita-cita mereka dengan berada di Paris ini. Bagi siapapun yang hanya melihat sebelah mata saja tentang hubungan Kyuhyun dan Tiffany tentu saja akan menilainya bahwa itu semua adalah adegan yang romantis. Tapi, dalam adegan romantisnya itu tersimpan kisah lain yang menyedihkan bagi hubungan Kyuhyun itu.
Berlatar belakangi kerlap-kerlip lampu malam diatas menara Eiffel di kota yang terkenal dengan ikon romantisnya, Kyuhyun dan Tiffany berhasil mencapai cita-cita mereka dengan berada di Paris ini. Bagi siapapun yang hanya melihat sebelah mata saja tentang hubungan Kyuhyun dan Tiffany tentu saja akan menilainya bahwa itu semua adalah adegan yang romantis. Tapi, dalam adegan romantisnya itu tersimpan kisah lain yang menyedihkan bagi hubungan Kyuhyun itu.
Bukankah Kyuhyun masih saja bimbang dengan siapakah hatinya berlabuh? Bersama
Tiffany tidak diragukan lagi dia masih menyayangi gadis yang sudah bersamanya
lama itu. Tapi, bagaimana dengan Minji yang secara tidak sadar Kyuhyun juga
nyaman bersamanya.
Kyuhyun melepaskan kecupannya dan menatap Tiffany dalam sambil
tersenyum, dibalas dengan senyuman Tiffany. “indah” gumam Kyuhyun sembari
menyelipkan anak rambut Tiffany kebelakang telinganya.
“aku tidak pernah menyangka bahwa kita akan bertemu dikota impian kita
seperti ini” ucap Tiffany dalam. Kyuhyun balas mengangguk. “mungkinkah ini
jodoh?” gumam Tiffany sambil menatap dalam mata Kyuhyun.
Kyuhyun tersenyum kecil dan membalikan badannya menghadap pemandangan
kota. Menatap panjang dengan tatapan sendu. Menarik nafasnya dalam, “atau
hanyalah takdir yang membuat kita hanya bertemu saja” ucapan dalam Kyuhyun itu
membuat Tiffany terbelalak tak percaya.
Diam. Tak ada yang bersuara. Kyuhyun diliputi rasa bingung, mengapa bisa
dia mengucapkan ucapan seperti itu sedangkan ia tahu bahwa ia juga ingin
berjodoh dengan Tiffany. Namun, yang diucapkannya tadi itu tidak sepenuhnya
bersalah juga.
Tiffany masih dalam keadaan terguncang. Apa yang dimaksud dengan ucapan
Kyuhyun tadi. Tiffany menatap Kyuhyun dengan tatapan tak percaya. “Kyu” gumam
Tiffany. Kyuhyun melihat kearah Tiffany dengan tatapan sendu mengisyaratkan
perminta maaf atas ucapannya tadi.
“ayo kita makan” ucap Kyuhyun dengan pelan sambil berjalan meninggalkan
tempatnya berdiri itu. Namun langkahnya terhenti ketika Tiffany membuka
suaranya yang membuat Kyuhyun seperti tertusuk pisau.
“jika kau mencintainya, bukankah kau sudah memperlakukannya dengan buruk?”
gumam Tiffany. Tiffany memperhatikan Kyuhyun dan tersenyum melihat reaksi
Kyuhyun.
Kyuhyun mengepalkan tangannya, menghembuskan nafasnya berusaha bersabar.
Yah, yang ia hadapi adalah orang yang ia cintai. “bukankah hati seseorang bisa
berubah karna keadaan?” gumam Kyuhyun yang membuat jantung Tiffany berdetak
dengan pelan. Ucapan Kyuhyun seperti mencekiknya.
Kyuhyun berbalik dengan jarak yang tak terlalu jauh itu, Kyuhyun bisa
melihat tatapan Tiffany yang menatapnya dengan tatapan tak percaya. “kau—kemana
saja?” gumam Kyuhyun.
“bagaimana keadaanmu? Apakah kau terluka? Apakah kau hidup nyaman? Ada apa
denganmu. Aku bertanya-tanya tentangmu. Kau hanya meninggalkan jejak pertanyaan
untukku. Aku butuh dirimu namun kau tidak ada. Bagaimana bisa kau lakukan itu,
Tiffany Hwang!” emosi Kyuhyun sudah tidak bisa ditahan lagi. Orang-orang yang
berlalulalang terkejut dengan teriakan Kyuhyun dan sontak saja mereka jadi
bahan tontonan.
“Kyuhyun, aku—“
“dan sekarang, kau kembali. Aku sempat bingung, apakah aku sudah
melupakanmu ataukah aku masih ada rasa padamu. Jujur, ku rasa aku hampir melupakanmu,
dan aku sekarang bertindak bodoh dengan menemuimu. Aku senang kau baik-baik
saja” ucap Kyuhyun. Kyuhyun jatuh berlutut. Tiffany menunduk menyembunyikan air
matanya yang kini mengalir lagi.
“maafkan aku, Kyuhyun” ucap Tiffany yang berharap Kyuhyun mendengar. Sebuah
tangan menepuk pundak Tiffany. Tiffany mendongakan kepalanya. Terlihat Kyuhyun
yang tersenyum getir.
Kyuhyun berusaha untuk tegar, sangat
terlihat bahwa Kyuhyun sangat kesal dan juga sedikit lega melihat Tiffany yang
baik-baik saja. “aku kesal. Tapi aku bersyukur kau tak apa-apa” ucap Kyuhyun
berusaha meyakinkan. “maafkan aku”
Tiffany menggeleng sembari memegang
tangan Kyuhyun yang berada dipundaknya itu, “seharusnya kau tak perlu minta
maaf padaku” ucap Tiffany sembari tersenyum kecil. Tangan kiri Kyuhyun yang
sedari tadi mengepal berangsur melepaskan kepalannya itu dan beranjak pada pipi
Tiffany menghapus air mata Tiffany.
“Kyu, bisakah kita mulai dari awal?”
Kyuhyun diam. Otaknya bagai tak bekerja
lagi. Kata-kata yang sama saat Tiffany menghilang waktu itu. Kyuhyun berusaha
menemukan jawabannya pada otaknya sendiri. Ia menatap Tiffany lama. Berharap ia
bisa menemukan jawabannya dengan cepat. Tangan Kyuhyun terjatuh dari pipi
Tiffany dan pundaknya.
Melihat reaksi Kyuhyun yang seperti
terguncang itu, Tiffany segara meraih kedua tangan Kyuhyun berusaha
meyakinkannya. “Kyu, kita bisa bahagia. Ayo kita bahagia” Kyuhyun bimbang. Jauh
dilubuk hatinya ia masih memikirkan keadaan Minji dan bagaimana temannya –Hyukjae-
menitipkan Minji padanya. Yang terpenting bukankah ia akan sangat mengecewakan
temannya?
“Tiffany, aku tidak tahu” ucap Kyuhyun
sendu. Tiffany tersenyum dan menggenggam erat kedua tangan Kyuhyun.
“Kyu, aku mohon”
Kyuhyun menatap Tiffany. Menggenggam kembali
tangan Tiffany dengan senyum hingga akhirnya Kyuhyun mengangguk “ayo kita mulai
dari awal” ucapan dirinya sendiri itu bagai petir yang menyambar balik dirinya.
Ia tahu jika ia salah. Tapi dirinya tak sanggup melihat Tiffany menangis lagi.
Tiffany tersenyum dan memeluk Kyuhyun
dengan erat. Kyuhyun membalas pelukan Tiffany itu dengan sama eratnya. Pikiran Kyuhyun
sangat kalut. Yang dipikirkannya sekarang adalah, bagaimana ia akan menghadapi Minji.
***
Seoul.
“mudah sekali membuat Kyuhyun jatuh
ketangan anakku” ucap Yeolsik sembari menutup telfonnya. Yah sebenarnya, sedari
tadi percakapan Tiffany dan Kyuhyun didengar dengan Yeolsik dan juga Lee
Jangwon –ayah Hyukjae-.
Tiffany dan ayahnya, Yeolsik memang
sudah merencanakan ini saat Yeolsik mengetahui dari Tiffany bahwa Kyuhyun dan
Minji sedang berada di Paris. Tiffany tak menyangka saat dirinya ingin kembali
ke Seoul ia justru bertemu dengan Kyuhyun saat di bandara. Dan saat itu juga
Tiffany segera memberitahu ayahnya dan membatalkan penerbangannya ke Korea.
Hwang Yeolsik dan Lee Jangwon sekarang
bekerja sama menjatuhkan Cho Younghwa. Ntah
apa yang dipikirkan Lee Jangwon sehingga bekerjasama dengan seseorang yang ada
dibalik kecelakaan adiknya –Lee Jongsuk-.
“jadi, benarkah istri Kyuhyun adalah
ponakanmu?” ucap Yeolsik dengan pelan sembari menampilkan senyum miringnya.
Jangwon tersenyum miring dan menyesap teh
hangat yang disediakan. “jika kau melakukan tindakan yang melibatkan nyawa
ponakanku. Maka, target yang ku incar adalah dirimu.” Ucap Jangwon sembari
meletakan cangkir tehnya ke meja.
Yeolsik tertawa lebar. Yang hanya
mendapatkan tatapan sinis dari Jangwon. “dan berhati-hatilah dengan anakku,
Hyukjae.” Lanjut Jangwon.
“ah, ku dengar anakmu melakukan
penyelidikan, benar?” ucap Yeolsik. Jangwon hanya mengangguk dan berdiri. “sudah
selesai?”
“ya, lakukan yang seperti ku perintahkan”
ucap Jangwon dan berjalan pergi meninggalkan ruangan Yeolsik.
Jangwon melangkahkan kakinya pergi dari
rumah Yeolsik. Ia berjalan kearah mobil BMW serie 7 type 760Li berwarna hitam
dengan supir yang sudah siap di depan rumah Yeolsik. Ia memasuki mobil itu,
lalu melaju dengan cepat dan ia benar-benar meninggalkan rumah Yeolsik itu.
Kau
pikir, aku akan mempercayaimu Yeolsik. Ucap Jangwon dalam hati. Ia memejamkan
matanya dan menyenderkan tubuhnya. Tubuhnya sekarang sangat kaku. Hening. Suasana
mobil sangat hening.
Tit.
“maaf,
tuan Hyukjae sedang dirumah. Bagaimana?” Jangwon membuka matanya mendengar
sebuah suara dari alat penerima telfon dimobilnya. Ia berdecak.
“suruh saja dia pulang. Aku takkan
pulang” ucap Jangwon dengan datar. Ia sangat malas untuk melayani anaknya itu. Hyukjae
sangat pintar untuk dilawan. Sifat ibunya yang cerdas dan sifat ayahnya yang
keras, menjadikan Hyukjae seperti ini.
“maaf
tapi, dia akan tetap menunggu tuan. Kami sudah berusaha—”
“matikan telfonnya supir Jang” potong
Jangwon. Supir Jang terlihat bingung “kita kerumah. Dan temui anak keras kepala
itu”
“ah, ya” ucap supir Jang dan mematikan
sambungannya. Kemudian mobil itu melaju menuju rumah Jangwon yang sudah ada
tamu tak diundang menunggu dirumah itu.
Perjalanan sangat singkat. Jangwon sudah
sampai pada pekarangan rumahnya, terlihat mobil mercedez benz CLC 400AMG
dynamic berwarna putih yang sering dipakai Hyukjae terparkir indah di
pekarangan rumahnya. Jangwon menghela nafasnya melihat mobil itu. Itu artinya
Hyukjae memang benar-benar ada dirumahnya sekarang.
Para pengawalnya menghampirinya dengan
cepat. “maaf, kami tak berhasil menghentikannya” ucap pengawalnya itu. Jangwon menghela
nafasnya dan memasuki rumahnya.
Terlihat seorang lelaki mengenakan kaos
putih dengan celana jeans berdiri melihat foto keluarga yang besar pada ruang
tamu itu. Jangwon melihatnya tanpa ingin mengganggunya sama sekali. Jangwon hanya
memperhatikannya dari belakang tanpa bergeming.
“mereka bilang kau takkan kesini” ucap
Hyukjae sinis. Ia membalikan badannya dan melihat ayahnya yang sudah tua itu. Ia
tersenyum meremehkan dan tanpa disuruh ia langsung duduk di sofa. Melipat kedua
tangannya dan menyender pada sofa.
Jangwon hanya tersenyum sinis untuk
membalasnya. “kurasa aku harus menemui anakku” ucapnya sambil berjalan kearah
Hyukjae dan duduk berhadapan dengan anaknya itu.
“cih” balasnya. Hyukjae menegakkan
tubuhnya dan memperhatikan ayahnya yang sudah tua itu. Ia mengalihkan
pandangannya pada pajangan foto keluarga yang besar itu. Terlihat tiga orang
yang terlihat bahagia itu. Hyukjae tersenyum kecil. “mengapa kau masih
menyimpannya?”
Jangwon mengikuti arah mata Hyukjae. “formalitas”
ucapnya singkat. Ia memperhatikan perubahan wajah Hyukjae. Dan melihat tangan
Hyukjae yang mengepal.
“formalitas katamu? Bahkan kalian sudah berpisah. Aku rasa ibuku sudah tak tahan dengan kelakuanmu” ucap Hyukjae sinis. Membuat ayahnya yang bernama Jangwon itu tertawa kecil. “apa yang sedang kau rencanakan sekarang?” ucapan itu membuat tawa Jangwon berhenti.
“formalitas katamu? Bahkan kalian sudah berpisah. Aku rasa ibuku sudah tak tahan dengan kelakuanmu” ucap Hyukjae sinis. Membuat ayahnya yang bernama Jangwon itu tertawa kecil. “apa yang sedang kau rencanakan sekarang?” ucapan itu membuat tawa Jangwon berhenti.
Jangwon menatap tajam anaknya itu, “apa maksudmu?”
Hyukjae mengangkat bahunya acuh. “hanya bertanya. Siapa lagi yang akan
kau hancurkan setelah ibu Kyuhyun, bibi Oh dan anaknya. Siapa lagi?” menaikan sebelah
alisnya untuk menantang ayahnya itu. Terlihat Jangwon yang menahan amarahnya. Ia
ingin sekali memberi anaknya pelajaran.
Jangwon menghela nafasnya menahan emosinya, ia berdiri berniat
meninggalkan Hyukjae. Namun, ia berhenti ketika mendengar ucapan Hyukjae “tadi
aku melihat mobilmu didepan rumah Tiffany. Untuk apa?”
Jangwon mengerutkan keningnya tak mengerti ucapannya. Mengerti akan
kebingungan sang ayah ia cepat meralat perkataan, “ayahnya Tiffany. Hwang Yeolsik”
“ah, aku hanya menjalin hubungan bisnis. Ada apa?” ucap Jangwon dengan
santai. Hyukjae menggeleng, antara percaya dan tidak percaya. Tapi apapun itu
ia juga harus mencari tahu hubungan bisnis apa yang dijalani ayahnya itu dengan
Hwang Yeolsik.
“aku akan tetap mengawasimu.” Ucap Hyukjae tajam. Kemudian ia bangkit
dan berlalu dari hadapan Jangwon. Hyukjae segera meninggalkan rumah itu tanpa
pamit kepada sang ayah. Ah, mungkin sekarang Hyukjae sudah menganggap sang ayah
sebagai musuh. Namun, ia tetap tidak bisa melaporkan ayahnya karna kurangnya
bukti yang kuat dan kurangnya orang.
Hyukjae tahu bagaimana kejamnya orang-orang yang diutus ayahnya itu. Bahkan
ayahnya juga mampu memberikan uang kepada seluruh anggota kepolisian yang akan
membuatnya tetap bebas apapun yang terjadi juga. Ayahnya juga banyak mengenal
anggota mafia yang terkenal membuat ayahnya susah untuk dikalahkan.
Jangwon sedikit lega dengan kepergian Hyukjae yang mampu membuatnya
sedikit menaikan darahnya. Hyukjae saat kecil dengan sekarang sangat berbeda. Saat
kecil Hyukjae sangat penurut dan takut dengan sang ayahnya.
Jangwon duduk kembali dan memijat pelipisnya pelan. Akhir-akhir ini
kepalanya sangat sering berfikir sangat keras, bagai tak ada istirahat untuk
tidak berfikir. Seorang anak buahnya datang menghampirinya membawa sebuah
berita mengejutkan.
“Younghwa masuk rumah sakit”
***
Suara langkah kaki terdengar dengan
suara roda dan alat-alat kedokteran yang berdentingan melengkapi suara itu. Seseorang
itu menelusuri koridor rumah sakit yang sepi. Ia berhenti pada ruangan yang
bertulis VVIP, ruangan yang tidak terjaga membuatnya lebih mudah memasukinya. Ia
membuka dengan perlahan dan masuk keruangan itu diikuti tempat yang penuh
dengan alat kedokteran itu kedalam ruangannya.
Ia mendorong alat-alat itu mendekati
seorang pasien yang sedang tertidur pulas diranjangnya. Ia menyiapkan suntikan
dan memasukan sebuah cairan kedalam suntikannya. Saat hendak ingin menyuntikan ke
alat infusan sang pasien, mata pasien itu terbuka membuatnya sedikit terkejut.
“anda sedang apa suster?” ucapnya dengan
suara purau. Sang suster tersenyum dan sedikit menunjukan suntikan yang akan
siap disuntik.
“tidurlah lagi tuan Cho Younghwa” pasien
itu Younhwa. Younghwa mengangguk dan memejamkan matanya, sedangkan sang suster
kembali melanjutkan tugasnya. “sudah selesai, maaf mengganggu” ucap sang suster
lalu pergi meninggalkan kamar itu.
Nit..nit..
Suara alarm berbunyi dari kamar Younhwa,
para dokter yang menjaga malam berlari menuju kamar Younhwa. Detak jantung
Younghwa menurun, terpaksa harus ada penanganan lebih serius dari tim dokter. Namun
sayangnya, mereka harus menunggu hingga pagi jika memang harus ada penangan
serius, sebab dokter yang menangani Younghwa sedang tidak ada.
Para dokter berjuang semampunya, hanya
untuk membuat detak jantung Younghwa kembali dengan stabil. Namun, sangat
disayangkan detak jantung Younghwa perlahan menurun. Defibrillatorpun sudah
dipakai.
“naikan tekanannya cepat”
Suara nyaring terdengar keras menggema
diseluruh ruangan. Tangan seorang dokter melemas mendengar suara itu. Monitor pengukur
detak jantungpun sudah tak menunjukan pergerakan apa-apa, yang ada hanya garis
lurus yang membentang. Cho Young Hwa meninggal.
Seorang pengawal masuk saat melihat
kamar Younghwa terbuka, dan iapun terkejut melihat seorang dokter yang melepas
selang bantuan pernafasan Younghwa dicabut. Ia berjalan dengan cepat dan
melihat kearah monitor yang hanya memperlihatkan garis lurus.
“tuan Cho—“ ia terpaku melihat tubuh
kaku Younghwa itu. Ia segera mengambil walki talki dan mengabari kepada
pengawal yang lain dan segera meronggoh ponselnya mengetikan nama Hyukjae dan
menelfonnya.
“tuan Hyukjae, tuan Cho—meninggal” ucap
sang pengawal dan langsung ia matikan. Ia menghampiri tubuh kaku Younghwa yang
sebentar lagi akan ditutup wajahnya.
“haruskah saya menyampaikannya pada tuan
muda Kyuhyun” gumamnya, ntah pada
siapa ia berbicara. Ia menundukan kepalanya tak kuasa menahan kesedihannya. Ditariknya
kain putih hingga menutupi wajah Cho Younghwa. Kini, Younghwa sudah tidak akan
ada menemani Kyuhyun.
“haruskah saya otopsi?” ucap sang dokter
saat menyelesaikan membereskan alat-alat. Sang pengawal terlihat berpikir.
“ya” intruksi Hyukjae yang datang
tiba-tiba. Ia melangkah mendekat kearah sang dokter dan sang pengawal yang
memang sedang dekat dengan mayat Younghwa. Hyukjae membuka kain putih dan
terlihat Younghwa yang pucat. “ada yang janggal disini”
“otopsi akan keluar dua hari dari hari
otopsi. Kami permisih” ucap sang dokter seraya membungkuk pamit yang diikuti
oleh dua suster yang membawa mayat Younghwa.
Hyukjae mengacak rambutnya kesal. Membuang
nafasnya dengan kasar. Kepalanya seakan ingin pecah memikirkan bagaimana bisa
Younghwa bisa meninggal secepat itu sedangkan penyakitnya baru saja kambuh, dan
juga kata dokter ia harus istirahat saja bukankah itu artinya ia hanya
kelelahan. Separah itukah jika kelelahan?
“oh ya, jangan beri tahu Kyuhyun dan
Minji berita ini” ucap Hyukjae kepada sang pengawal. Pengawal itu mengangguk
paham atas apa yang dikatakan Hyukjae. “dan jangan sampai berita ini menyebar”
ucap Hyukjae.
Hyukjae kembali memikirkan bagaimana
Younghwa bisa meninggal. Mungkinkah ia dibunuh? Namun dengan siapa? Adakah kaitannya
dengan Yeolsik? Pertanyaan-pertanyaan muncul diotaknya. Namun, seketika ia
terbelalak. Mungkinkah.. ayahnya?
***
Halooo aku kembali loh, aku ngepost lagi
soalnya tahun lalu ga ngepost ya huehehe maafin yah.
Seperti biasa kalo ceritanya kalian agak
ga suka dari sebelumnya maaf ya, ide dadakan emang suka ga dipikirin dulu.
Jadi kalo kalian selesai baca, jangan
lupa tinggalin keterang dibawah muach
Terimakasih pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar