Senin, 28 Agustus 2017

Black And White [Chap 7]






Black And White || Minji – Cho Kyuhyun - Lee Hyuk Jae – Tiffany || Hurt – Romance || PG17 || Chapter


Tata tertib: RC [Read and Comment]. kritik saran dan protes lainnya silahkan dilayangkan kepada saya karna tidak kesesuain pada yang kalian inginkan /? ||DILARANG PLAGIAT! semua author pasti tidak ingin karyanya ditiru oleh orang lain. oleh karna itu mohon perhatiannya ^^ || CERITA INI MILIK SAYA! jika ada kesamaan nama tokoh itu diwajarkan jika ada cerita yang persis seperti ini mohon bilang pada saya. cast milik tuhan.








***



Paris.


Minji dan Kyuhyun melangkahkan kakinya kepada bangunan bertingkat tinggi dengan interior mewah. Kyuhyun dan Minji akan menginap dihotel yang sudah disiapkan, walaupun hotel itu memang tidak satu-satunya hotel yang akan menjadi singgahan seterusnya. Mereka berhenti tepat dikamar nomor 603.

Kyuhyun menempelkan kartu ke pintu supaya pintu terbuka. Dan mereka melangkah masuk kedalamnya. Tak ada satupun yang memulai berbicara satu sama lain. Kyuhyun sibuk dengan membuka koper sedangkan Minji sibuk dengan pikirannya yang masih takut dengan keberadaan Kyuhyun. Apalagi Kyuhyun yang sempat kesal akibat dirinya sudah tahu bahwa Minji lah pemegang saham.

“ehem—“ dehem Minji sambil menundukan kepalanya. “aku akan tidur disofa jadi kau—“

“tidurlah dikasur” ucap Kyuhyun sambil membereskan bajunya kelemari. Minji mengangkat kepalanya, menoleh kearah Kyuhyun. Merasa Minji bingung, Kyuhyun melihat kearah Minji yang sedang menatapnya tak percaya. “tidurlah bersamaku.” Jelas Kyuhyun.

Minji mengerjapkan matanya berkali-kali. Apa aku tidak salah dengar? Minji menatap kearah Kyuhyun yang menatapnya dengan tatapan serius. “aku benar-benar akan tidur disofa” ucap Minji sekali lagi sambil berjalan kearah sofa.

“apa kau lupa?” ucap Kyuhyun seraya maju beberapa langkah. Minji terhenti, “aku—tidak suka penolakan” ucap Kyuhyun tegas.

“apa kau sedang bercanda?” lirik Minji. Minji sama sekali tidak mempercayai Kyuhyun walaupun dilubuk hatinya, ia sangat ingin mempercayai Kyuhyun. Apa yang selama ini ia dapatkan, dan apa yang akhir-akhir ini ia lihat dari Kyuhyun. Itu benar-benar aneh.

“aku serius. Istirahatlah. Aku akan mandi duluan” ucap Kyuhyun seraya berjalan kearah kamar mandi. Namun, ia teringat sesuatu dan menghentikan langkahnya. Ia tersenyum kecil “aku selalu serius dengan ucapan ku. Termasuk—“

Minji menatap punggung Kyuhyun dengan penasaran. Kyuhyun melirik Minji yang sedang menatapnya “termasuk ucapan ku saat aku memelukmu.” Ucap Kyuhyun lalu masuk kekamar mandi, meninggalkan Minji yang dalam keadaan tak bias mengatur degup jantungnya yang berpacu dengan cepat.


Aku rasa aku mencintaimu


Minji menyentuh dadanya dan merasakan degupan jantungnya sangat cepat. Diliriknya kamar mandi yang hanya terdengar suara air mengucur dari dalam sana. Minji menggeleng membayangkan ucapan Kyuhyun yang terngiang didalam pikirannya. Ditariknya nafas panjang lalu ia membuangnya dengan perlahan. Yang ada dipikirannya sekarang bagaimana perasaan Kyuhyun terhadap Tiffany dan dia sesungguhnya. Masihkah ada perasaan Kyuhyun terhadap wanita yang selalu ia bela itu.

Minji menghela nafasnya dan membuka kopernya. Membereskan baju-bajunya dan memasukannya kedalam lemari yang telah disediakan hotel. Diliriknya handphone Kyuhyun yang tergeletak di buffet samping tempat tidur. Kemudian, ia melangkah pelan kearah buffet tersebut, diambilnya handphone tersebut dan ia membukanya. Terlihat wallpaper yang biasa dari handphonenya, Minji hanya tersenyum kemudian meletakannya lagi.


Ting.


Minji melihat kearah handphone Kyuhyun yang menyala. New massage. Tiffany. Minji membulatkan matanya. Kemudian ia mengambil handphone Kyuhyun. Dan melihat notifikasi pesan tersebut. Tangannya bergetar membacanya.


Aku melihatnya Kyuhyun.


krek.


Pintu kamar mandi terbuka. Kyuhyun telah selesai mandi. Dengan terburu Minji kembali meletakan ponsel Kyuhyun dengan cepat. Minji segera berpura-pura mengambil bajunya. Dia terlalu takut jika ketahuan jika ia melihat ponsel Kyuhyun.

Kyuhyun mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuknya. Dan ia terhenti melihat Minji yang sedang berjalan kearah kamar mandi dengan menunduk dan terburu-buru. Seketika pikiran untuk mengerjainya terlintas.

“Minji” ucapan dingin Kyuhyun terdengar di telinga Minji. Minji terdiam ditempat, menelan dengan susah payah salivanya. Denyut jantungnya memburu cepat. Kyuhyun mendekat kearahnya dengan mata yang sangat tajam.

Diam. Tak ada yang ingin Minji ucapkan. Tanpa melihat Kyuhyunpun, Kyuhyun yakin bahwa Minji sedang ketakutan. Dalam hatinya Kyuhyun sudah sangat tersenyum geli. Sebisa mungkin Kyuhyun menahan tawanya karna melihat Minji yang ketakutan. “hei” ucap Kyuhyun karna sudah tidak tahan melihatnya.

“aku—tidak sengaja Kyuhyun. Mohon maafkan aku” ucap Minji begitu tiba-tiba sambil membungkuk dalam. Kyuhyun yang melihatnya terkejut, mengedipkan matanya berkali-kali. Dia tidak mengira efeknya bisa sampai membuat Minji membungkuk minta maaf padahalkan Kyuhyun hanya ingin berniat mengerjainya. Merasa bersalah karna sudah mengerjai Minji, Kyuhyun berniat meminta maaf. Namun yang didapat malah tambah membuatnya terkejut ketika Minji membuka suaranya lagi.

“aku tak sengaja melihat pesan barumu dari—Tiffany” seketika Kyuhyun terbelalak dan segera mengecek ponselnya. Ia meninggalkan Minji yang sedang membungkuk dalam dan lebih mementingkan ponselnya. Benar, batin Kyuhyun. Kyuhyun menggertakan giginya. Diliriknya Minji yang masih tetap dengan posisi yang sama.

Kyuhyun menghela nafasnya, berusaha untuk tidak emosi. “pergilah. Aku ingin sendiri” dengan langkah gemetar Minji melangkahkan kakinya pada kamar mandi. Dan seberapa keraspun Kyuhyun menahan emosinya, namun bagi siapapun yang mendengar perkataan Kyuhyun pasti mengira bahwa saat itu Kyuhyun sangat marah. Yah, memang Kyuhyun sedang marah. Ntah¸ marah pada Minji kah atau pada Tiffany kah yang baru saat ini menghubunginya atau pada dirinya sendiri yang masih tidak bisa memilih antara Minji ataukah Tiffany.

Kyuhyun mengepalkan tangannya geram. Dilihatnya pesan masuk dari Tiffany yang sukses membuat keningnya mengerut. apa maksud dari perkataan dipesan Tiffany itu. Kyuhyun bingung haruskah ia balas pesan dari Tiffany itu. Ia membaringkan tubuhnya dan meletakkannya disamping tubuhnya. Memandnag jauh atap hotel itu.

Kyuhyun menoleh kearah ponselnya yang berbunyi. New message. Tiffany. Kyuhyun membuka ponselnya dan begitu terkejutnya ketika ia melihat gambar yang dikirimi Tiffany. Foto dirinya dan Minji saat dibandara. mungkinkah Tiffany selama ini..


New message.
Tiffany.
Pukul 8. Menara Eiffel.



***



Kyuhyun berjalan menelusuri landmark dari paris itu, hamparan orang-orang berlalulalang di sekeliling Kyuhyun. Kyuhyun nampak sangat tampan dengan setelan kemeja hitam yang ia gulung dan celana panjang yang senada dengan kemejanya. Tangan kirinya ia masukan kedalam saku celana sedangkan tangan kanannya sibuk memencet ponsel touchscreennya itu.

“dimana?” Kyuhyun menelfon seseorang dengan nada datar. “aku tunggu.” Ucapnya menutup pembicaraan. Ia memasukan ponselnya kedalam saku celananya. Dan melanjutkan jalannya. Memasuki sebuah menara.

Kyuhyun sedang berada di menara Eiffel menyetujui ajakan Tiffany. Ia melangkahkan kakinya pada lift yang akan membawanya keatas menara yang memperlihatkan keindahan kota Paris itu. Kyuhyun menatap angka yang terus bertambah pada lift. Ia menghela nafasnya.


Ting.


Lift terbuka. Ia berada dilantai paling atas, Kyuhyunpun bergegas melangkah keluar dari lift itu. Kyuhyun terpaku melihat pemandangan lampu malam yang indah. Pemandang yang juga pernah ia lihat pada namsan tower. Namun berbeda, kini ia di Paris dan dengan Minji. Yah benar, Minji. Namun, saat ini Kyuhyun tidak membawa Minji karna masalah tadi. Sampai sekarang Kyuhyun masih belum berbicara. Bahkan saat Minji selesai mandi Kyuhyun sudah tidak ada dikamar mereka.

Kyuhyun menatap pemandangan itu dengan sangat tenang. Pikirannya jauh melayang. Ia terpaku sampai kedatangan Tiffanypun dia tidak menyadarinya. Tiffany menatap Kyuhyun dengan perasaan senang. Sudah lama sejak ia memutuskan untuk memikirkan tawaran membantu ayahnya. Merasa bersalah tentu. Namun, ayah tetaplah orangtua yang harus dipatuhi bukan?

“cita-cita kita” ucap Tiffany sembari menatap kearah luar. Kyuhyun langsung menoleh kearah Tiffany dengan tatapan sedikit terkejut. Tiffany tersenyum dan lihat kearah Kyuhyun, mereka bertatapan dengan pandangan masing-masing. “sudah sangat lama” gumam Tiffany sembari menatap sendu kedalam kedua bola mata Kyuhyun.

“ya. Sehingga aku sampai lupa bagaimana rasanya memikirkan yang lain.” Ucap Kyuhyun dingin. Kyuhyun menatap dengan tatapan tajamnya. Kyuhyun tak tahu bagaimana perasaannya kini. Ia bingung. Ia kesal. Dan ia.. senang.

“Kyu—“

“apa kau tahu bagaimana rasa sakitku ketika kau menghilang?” ucap Kyuhyun memotong. Tiffany menggelengkan kepalanya, ia rasa air matanya akan mengalir dari pelupuk matanya. Tangan Tiffany baru saja akan menyentuh lengan Kyuhyun tapi detik kemudian Kyuhyun menepis tangan Tiffany.

Tiffany menunduk, menyembunyikan air matanya. Kyuhyun menghela nafasnya dan menarik Tiffany dalam pelukannya. Memeluknya dengan erat. Berharap Tiffany tahu bagaimana rasa sakitnya selama ini ketika ia menghilang dari hadapan Kyuhyun. Tiffany membalas pelukan Kyuhyun, berharap Kyuhyun tahu bagaimana perasaannya selama ia menghilang, bingung dan takut.

“maaf” ucap Kyuhyun sambil mengelus pelan kepala Tiffany. “aku sangat sakit.” Gumam Kyuhyun. Kyuhyun melepaskan pelukannya. Menatap mata Tiffany dengan dalam. Melihat mata yang telah terurai air mata itu. Dihapusnya sisa air mata itu, dan Kyuhyun tersenyum kecil. Dalam hati, Kyuhyun juga meruntuki dirinya yang bodoh.

“aku sudah tidak apa.” Ucap Tiffany sambil tersenyum untuk membuktikan kepada Kyuhyun bahwa dirinya sudah baik-baik saja. Kyuhyun yang sempat ragu sekarang hanya mengangguk sembari mengecup kening Tiffany. 

Berlatar belakangi kerlap-kerlip lampu malam diatas menara Eiffel di kota yang terkenal dengan ikon romantisnya, Kyuhyun dan Tiffany berhasil mencapai cita-cita mereka dengan berada di Paris ini. Bagi siapapun yang hanya melihat sebelah mata saja tentang hubungan Kyuhyun dan Tiffany tentu saja akan menilainya bahwa itu semua adalah adegan yang romantis. Tapi, dalam adegan romantisnya itu tersimpan kisah lain yang menyedihkan bagi hubungan Kyuhyun itu.

Bukankah Kyuhyun masih saja bimbang dengan siapakah hatinya berlabuh? Bersama Tiffany tidak diragukan lagi dia masih menyayangi gadis yang sudah bersamanya lama itu. Tapi, bagaimana dengan Minji yang secara tidak sadar Kyuhyun juga nyaman bersamanya.

Kyuhyun melepaskan kecupannya dan menatap Tiffany dalam sambil tersenyum, dibalas dengan senyuman Tiffany. “indah” gumam Kyuhyun sembari menyelipkan anak rambut Tiffany kebelakang telinganya.

“aku tidak pernah menyangka bahwa kita akan bertemu dikota impian kita seperti ini” ucap Tiffany dalam. Kyuhyun balas mengangguk. “mungkinkah ini jodoh?” gumam Tiffany sambil menatap dalam mata Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum kecil dan membalikan badannya menghadap pemandangan kota. Menatap panjang dengan tatapan sendu. Menarik nafasnya dalam, “atau hanyalah takdir yang membuat kita hanya bertemu saja” ucapan dalam Kyuhyun itu membuat Tiffany terbelalak tak percaya.

Diam. Tak ada yang bersuara. Kyuhyun diliputi rasa bingung, mengapa bisa dia mengucapkan ucapan seperti itu sedangkan ia tahu bahwa ia juga ingin berjodoh dengan Tiffany. Namun, yang diucapkannya tadi itu tidak sepenuhnya bersalah juga.

Tiffany masih dalam keadaan terguncang. Apa yang dimaksud dengan ucapan Kyuhyun tadi. Tiffany menatap Kyuhyun dengan tatapan tak percaya. “Kyu” gumam Tiffany. Kyuhyun melihat kearah Tiffany dengan tatapan sendu mengisyaratkan perminta maaf atas ucapannya tadi.

“ayo kita makan” ucap Kyuhyun dengan pelan sambil berjalan meninggalkan tempatnya berdiri itu. Namun langkahnya terhenti ketika Tiffany membuka suaranya yang membuat Kyuhyun seperti tertusuk pisau.

“jika kau mencintainya, bukankah kau sudah memperlakukannya dengan buruk?” gumam Tiffany. Tiffany memperhatikan Kyuhyun dan tersenyum melihat reaksi Kyuhyun.

Kyuhyun mengepalkan tangannya, menghembuskan nafasnya berusaha bersabar. Yah, yang ia hadapi adalah orang yang ia cintai. “bukankah hati seseorang bisa berubah karna keadaan?” gumam Kyuhyun yang membuat jantung Tiffany berdetak dengan pelan. Ucapan Kyuhyun seperti mencekiknya.

Kyuhyun berbalik dengan jarak yang tak terlalu jauh itu, Kyuhyun bisa melihat tatapan Tiffany yang menatapnya dengan tatapan tak percaya. “kau—kemana saja?” gumam Kyuhyun.

“bagaimana keadaanmu? Apakah kau terluka? Apakah kau hidup nyaman? Ada apa denganmu. Aku bertanya-tanya tentangmu. Kau hanya meninggalkan jejak pertanyaan untukku. Aku butuh dirimu namun kau tidak ada. Bagaimana bisa kau lakukan itu, Tiffany Hwang!” emosi Kyuhyun sudah tidak bisa ditahan lagi. Orang-orang yang berlalulalang terkejut dengan teriakan Kyuhyun dan sontak saja mereka jadi bahan tontonan.

“Kyuhyun, aku—“

“dan sekarang, kau kembali. Aku sempat bingung, apakah aku sudah melupakanmu ataukah aku masih ada rasa padamu. Jujur, ku rasa aku hampir melupakanmu, dan aku sekarang bertindak bodoh dengan menemuimu. Aku senang kau baik-baik saja” ucap Kyuhyun. Kyuhyun jatuh berlutut. Tiffany menunduk menyembunyikan air matanya yang kini mengalir lagi.

“maafkan aku, Kyuhyun” ucap Tiffany yang berharap Kyuhyun mendengar. Sebuah tangan menepuk pundak Tiffany. Tiffany mendongakan kepalanya. Terlihat Kyuhyun yang tersenyum getir.

Kyuhyun berusaha untuk tegar, sangat terlihat bahwa Kyuhyun sangat kesal dan juga sedikit lega melihat Tiffany yang baik-baik saja. “aku kesal. Tapi aku bersyukur kau tak apa-apa” ucap Kyuhyun berusaha meyakinkan. “maafkan aku”

Tiffany menggeleng sembari memegang tangan Kyuhyun yang berada dipundaknya itu, “seharusnya kau tak perlu minta maaf padaku” ucap Tiffany sembari tersenyum kecil. Tangan kiri Kyuhyun yang sedari tadi mengepal berangsur melepaskan kepalannya itu dan beranjak pada pipi Tiffany menghapus air mata Tiffany.

“Kyu, bisakah kita mulai dari awal?”

Kyuhyun diam. Otaknya bagai tak bekerja lagi. Kata-kata yang sama saat Tiffany menghilang waktu itu. Kyuhyun berusaha menemukan jawabannya pada otaknya sendiri. Ia menatap Tiffany lama. Berharap ia bisa menemukan jawabannya dengan cepat. Tangan Kyuhyun terjatuh dari pipi Tiffany dan pundaknya.

Melihat reaksi Kyuhyun yang seperti terguncang itu, Tiffany segara meraih kedua tangan Kyuhyun berusaha meyakinkannya. “Kyu, kita bisa bahagia. Ayo kita bahagia” Kyuhyun bimbang. Jauh dilubuk hatinya ia masih memikirkan keadaan Minji dan bagaimana temannya –Hyukjae- menitipkan Minji padanya. Yang terpenting bukankah ia akan sangat mengecewakan temannya?

“Tiffany, aku tidak tahu” ucap Kyuhyun sendu. Tiffany tersenyum dan menggenggam erat kedua tangan Kyuhyun.

“Kyu, aku mohon”

Kyuhyun menatap Tiffany. Menggenggam kembali tangan Tiffany dengan senyum hingga akhirnya Kyuhyun mengangguk “ayo kita mulai dari awal” ucapan dirinya sendiri itu bagai petir yang menyambar balik dirinya. Ia tahu jika ia salah. Tapi dirinya tak sanggup melihat Tiffany menangis lagi.

Tiffany tersenyum dan memeluk Kyuhyun dengan erat. Kyuhyun membalas pelukan Tiffany itu dengan sama eratnya. Pikiran Kyuhyun sangat kalut. Yang dipikirkannya sekarang adalah, bagaimana ia akan menghadapi Minji.



***


Seoul.


“mudah sekali membuat Kyuhyun jatuh ketangan anakku” ucap Yeolsik sembari menutup telfonnya. Yah sebenarnya, sedari tadi percakapan Tiffany dan Kyuhyun didengar dengan Yeolsik dan juga Lee Jangwon –ayah Hyukjae-.

Tiffany dan ayahnya, Yeolsik memang sudah merencanakan ini saat Yeolsik mengetahui dari Tiffany bahwa Kyuhyun dan Minji sedang berada di Paris. Tiffany tak menyangka saat dirinya ingin kembali ke Seoul ia justru bertemu dengan Kyuhyun saat di bandara. Dan saat itu juga Tiffany segera memberitahu ayahnya dan membatalkan penerbangannya ke Korea.

Hwang Yeolsik dan Lee Jangwon sekarang bekerja sama menjatuhkan Cho Younghwa. Ntah apa yang dipikirkan Lee Jangwon sehingga bekerjasama dengan seseorang yang ada dibalik kecelakaan adiknya –Lee Jongsuk-.

“jadi, benarkah istri Kyuhyun adalah ponakanmu?” ucap Yeolsik dengan pelan sembari menampilkan senyum miringnya.

Jangwon tersenyum miring dan menyesap teh hangat yang disediakan. “jika kau melakukan tindakan yang melibatkan nyawa ponakanku. Maka, target yang ku incar adalah dirimu.” Ucap Jangwon sembari meletakan cangkir tehnya ke meja.

Yeolsik tertawa lebar. Yang hanya mendapatkan tatapan sinis dari Jangwon. “dan berhati-hatilah dengan anakku, Hyukjae.” Lanjut Jangwon.

“ah, ku dengar anakmu melakukan penyelidikan, benar?” ucap Yeolsik. Jangwon hanya mengangguk dan berdiri. “sudah selesai?”

“ya, lakukan yang seperti ku perintahkan” ucap Jangwon dan berjalan pergi meninggalkan ruangan Yeolsik.

Jangwon melangkahkan kakinya pergi dari rumah Yeolsik. Ia berjalan kearah mobil BMW serie 7 type 760Li berwarna hitam dengan supir yang sudah siap di depan rumah Yeolsik. Ia memasuki mobil itu, lalu melaju dengan cepat dan ia benar-benar meninggalkan rumah Yeolsik itu.

Kau pikir, aku akan mempercayaimu Yeolsik. Ucap Jangwon dalam hati. Ia memejamkan matanya dan menyenderkan tubuhnya. Tubuhnya sekarang sangat kaku. Hening. Suasana mobil sangat hening.


Tit.


maaf, tuan Hyukjae sedang dirumah. Bagaimana?” Jangwon membuka matanya mendengar sebuah suara dari alat penerima telfon dimobilnya. Ia berdecak.

“suruh saja dia pulang. Aku takkan pulang” ucap Jangwon dengan datar. Ia sangat malas untuk melayani anaknya itu. Hyukjae sangat pintar untuk dilawan. Sifat ibunya yang cerdas dan sifat ayahnya yang keras, menjadikan Hyukjae seperti ini.

“maaf tapi, dia akan tetap menunggu tuan. Kami sudah berusaha—

“matikan telfonnya supir Jang” potong Jangwon. Supir Jang terlihat bingung “kita kerumah. Dan temui anak keras kepala itu”

“ah, ya” ucap supir Jang dan mematikan sambungannya. Kemudian mobil itu melaju menuju rumah Jangwon yang sudah ada tamu tak diundang menunggu dirumah itu.

Perjalanan sangat singkat. Jangwon sudah sampai pada pekarangan rumahnya, terlihat mobil mercedez benz CLC 400AMG dynamic berwarna putih yang sering dipakai Hyukjae terparkir indah di pekarangan rumahnya. Jangwon menghela nafasnya melihat mobil itu. Itu artinya Hyukjae memang benar-benar ada dirumahnya sekarang.

Para pengawalnya menghampirinya dengan cepat. “maaf, kami tak berhasil menghentikannya” ucap pengawalnya itu. Jangwon menghela nafasnya dan memasuki rumahnya.

Terlihat seorang lelaki mengenakan kaos putih dengan celana jeans berdiri melihat foto keluarga yang besar pada ruang tamu itu. Jangwon melihatnya tanpa ingin mengganggunya sama sekali. Jangwon hanya memperhatikannya dari belakang tanpa bergeming.

“mereka bilang kau takkan kesini” ucap Hyukjae sinis. Ia membalikan badannya dan melihat ayahnya yang sudah tua itu. Ia tersenyum meremehkan dan tanpa disuruh ia langsung duduk di sofa. Melipat kedua tangannya dan menyender pada sofa.

Jangwon hanya tersenyum sinis untuk membalasnya. “kurasa aku harus menemui anakku” ucapnya sambil berjalan kearah Hyukjae dan duduk berhadapan dengan anaknya itu.

“cih” balasnya. Hyukjae menegakkan tubuhnya dan memperhatikan ayahnya yang sudah tua itu. Ia mengalihkan pandangannya pada pajangan foto keluarga yang besar itu. Terlihat tiga orang yang terlihat bahagia itu. Hyukjae tersenyum kecil. “mengapa kau masih menyimpannya?”

Jangwon mengikuti arah mata Hyukjae. “formalitas” ucapnya singkat. Ia memperhatikan perubahan wajah Hyukjae. Dan melihat tangan Hyukjae yang mengepal.

“formalitas katamu? Bahkan kalian sudah berpisah. Aku rasa ibuku sudah tak tahan dengan kelakuanmu” ucap Hyukjae sinis. Membuat ayahnya yang bernama Jangwon itu tertawa kecil. “apa yang sedang kau rencanakan sekarang?” ucapan itu membuat tawa Jangwon berhenti.

Jangwon menatap tajam anaknya itu, “apa maksudmu?”

Hyukjae mengangkat bahunya acuh. “hanya bertanya. Siapa lagi yang akan kau hancurkan setelah ibu Kyuhyun, bibi Oh dan anaknya. Siapa lagi?” menaikan sebelah alisnya untuk menantang ayahnya itu. Terlihat Jangwon yang menahan amarahnya. Ia ingin sekali memberi anaknya pelajaran.

Jangwon menghela nafasnya menahan emosinya, ia berdiri berniat meninggalkan Hyukjae. Namun, ia berhenti ketika mendengar ucapan Hyukjae “tadi aku melihat mobilmu didepan rumah Tiffany. Untuk apa?”

Jangwon mengerutkan keningnya tak mengerti ucapannya. Mengerti akan kebingungan sang ayah ia cepat meralat perkataan, “ayahnya Tiffany. Hwang Yeolsik”

“ah, aku hanya menjalin hubungan bisnis. Ada apa?” ucap Jangwon dengan santai. Hyukjae menggeleng, antara percaya dan tidak percaya. Tapi apapun itu ia juga harus mencari tahu hubungan bisnis apa yang dijalani ayahnya itu dengan Hwang Yeolsik.

“aku akan tetap mengawasimu.” Ucap Hyukjae tajam. Kemudian ia bangkit dan berlalu dari hadapan Jangwon. Hyukjae segera meninggalkan rumah itu tanpa pamit kepada sang ayah. Ah, mungkin sekarang Hyukjae sudah menganggap sang ayah sebagai musuh. Namun, ia tetap tidak bisa melaporkan ayahnya karna kurangnya bukti yang kuat dan kurangnya orang.

Hyukjae tahu bagaimana kejamnya orang-orang yang diutus ayahnya itu. Bahkan ayahnya juga mampu memberikan uang kepada seluruh anggota kepolisian yang akan membuatnya tetap bebas apapun yang terjadi juga. Ayahnya juga banyak mengenal anggota mafia yang terkenal membuat ayahnya susah untuk dikalahkan.

Jangwon sedikit lega dengan kepergian Hyukjae yang mampu membuatnya sedikit menaikan darahnya. Hyukjae saat kecil dengan sekarang sangat berbeda. Saat kecil Hyukjae sangat penurut dan takut dengan sang ayahnya.

Jangwon duduk kembali dan memijat pelipisnya pelan. Akhir-akhir ini kepalanya sangat sering berfikir sangat keras, bagai tak ada istirahat untuk tidak berfikir. Seorang anak buahnya datang menghampirinya membawa sebuah berita mengejutkan.

“Younghwa masuk rumah sakit”


***




Suara langkah kaki terdengar dengan suara roda dan alat-alat kedokteran yang berdentingan melengkapi suara itu. Seseorang itu menelusuri koridor rumah sakit yang sepi. Ia berhenti pada ruangan yang bertulis VVIP, ruangan yang tidak terjaga membuatnya lebih mudah memasukinya. Ia membuka dengan perlahan dan masuk keruangan itu diikuti tempat yang penuh dengan alat kedokteran itu kedalam ruangannya.

Ia mendorong alat-alat itu mendekati seorang pasien yang sedang tertidur pulas diranjangnya. Ia menyiapkan suntikan dan memasukan sebuah cairan kedalam suntikannya. Saat hendak ingin menyuntikan ke alat infusan sang pasien, mata pasien itu terbuka membuatnya sedikit terkejut.

“anda sedang apa suster?” ucapnya dengan suara purau. Sang suster tersenyum dan sedikit menunjukan suntikan yang akan siap disuntik.

“tidurlah lagi tuan Cho Younghwa” pasien itu Younhwa. Younghwa mengangguk dan memejamkan matanya, sedangkan sang suster kembali melanjutkan tugasnya. “sudah selesai, maaf mengganggu” ucap sang suster lalu pergi meninggalkan kamar itu.


Nit..nit..


Suara alarm berbunyi dari kamar Younhwa, para dokter yang menjaga malam berlari menuju kamar Younhwa. Detak jantung Younghwa menurun, terpaksa harus ada penanganan lebih serius dari tim dokter. Namun sayangnya, mereka harus menunggu hingga pagi jika memang harus ada penangan serius, sebab dokter yang menangani Younghwa sedang tidak ada.

Para dokter berjuang semampunya, hanya untuk membuat detak jantung Younghwa kembali dengan stabil. Namun, sangat disayangkan detak jantung Younghwa perlahan menurun. Defibrillatorpun sudah dipakai.

“naikan tekanannya cepat”

Suara nyaring terdengar keras menggema diseluruh ruangan. Tangan seorang dokter melemas mendengar suara itu. Monitor pengukur detak jantungpun sudah tak menunjukan pergerakan apa-apa, yang ada hanya garis lurus yang membentang. Cho Young Hwa meninggal.

Seorang pengawal masuk saat melihat kamar Younghwa terbuka, dan iapun terkejut melihat seorang dokter yang melepas selang bantuan pernafasan Younghwa dicabut. Ia berjalan dengan cepat dan melihat kearah monitor yang hanya memperlihatkan garis lurus.

“tuan Cho—“ ia terpaku melihat tubuh kaku Younghwa itu. Ia segera mengambil walki talki dan mengabari kepada pengawal yang lain dan segera meronggoh ponselnya mengetikan nama Hyukjae dan menelfonnya.

“tuan Hyukjae, tuan Cho—meninggal” ucap sang pengawal dan langsung ia matikan. Ia menghampiri tubuh kaku Younghwa yang sebentar lagi akan ditutup wajahnya.

“haruskah saya menyampaikannya pada tuan muda Kyuhyun” gumamnya, ntah pada siapa ia berbicara. Ia menundukan kepalanya tak kuasa menahan kesedihannya. Ditariknya kain putih hingga menutupi wajah Cho Younghwa. Kini, Younghwa sudah tidak akan ada menemani Kyuhyun.

“haruskah saya otopsi?” ucap sang dokter saat menyelesaikan membereskan alat-alat. Sang pengawal terlihat berpikir.

“ya” intruksi Hyukjae yang datang tiba-tiba. Ia melangkah mendekat kearah sang dokter dan sang pengawal yang memang sedang dekat dengan mayat Younghwa. Hyukjae membuka kain putih dan terlihat Younghwa yang pucat. “ada yang janggal disini”

“otopsi akan keluar dua hari dari hari otopsi. Kami permisih” ucap sang dokter seraya membungkuk pamit yang diikuti oleh dua suster yang membawa mayat Younghwa.

Hyukjae mengacak rambutnya kesal. Membuang nafasnya dengan kasar. Kepalanya seakan ingin pecah memikirkan bagaimana bisa Younghwa bisa meninggal secepat itu sedangkan penyakitnya baru saja kambuh, dan juga kata dokter ia harus istirahat saja bukankah itu artinya ia hanya kelelahan. Separah itukah jika kelelahan?

“oh ya, jangan beri tahu Kyuhyun dan Minji berita ini” ucap Hyukjae kepada sang pengawal. Pengawal itu mengangguk paham atas apa yang dikatakan Hyukjae. “dan jangan sampai berita ini menyebar” ucap Hyukjae.

Hyukjae kembali memikirkan bagaimana Younghwa bisa meninggal. Mungkinkah ia dibunuh? Namun dengan siapa? Adakah kaitannya dengan Yeolsik? Pertanyaan-pertanyaan muncul diotaknya. Namun, seketika ia terbelalak. Mungkinkah.. ayahnya?



***



Halooo aku kembali loh, aku ngepost lagi soalnya tahun lalu ga ngepost ya huehehe maafin yah.
Seperti biasa kalo ceritanya kalian agak ga suka dari sebelumnya maaf ya, ide dadakan emang suka ga dipikirin dulu.
Jadi kalo kalian selesai baca, jangan lupa tinggalin keterang dibawah muach
Terimakasih pembaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar