@SarDhia || Goodbye Summer || Rae Hoon
–OC- – Luhan || PG-14 || Drama || Oneshoot || Song Fic
Warning! TYPO anywhere and plagiators go away to hell! Gue sumpahin
yang plagiat mukanya mirip Sooman/?
Disclamer: tau lagu f(x) feat. D.o
goodbye summer? Aku dapat ide dari lagu itu u-u dan ff ini juga bisa buat temen
gue yang waktu itu mintanya sama Siwon, tapi karna kalo sama Siwon guenya
bingung ya udah deh jadi sama Luhan aja x_x
Sorry kalo ceritanya pasaran, alot
garing dan terserahlah -_- gue buat seadannya soalnya.
ALUR
CERITA MILIK GUE! CAST MILIK TUHAN TAPI LUHAN MILIK GUE DAN TUHAN/?
F(x) feat. D.O – Goodbye Summer
=== ===
Rae
Hoon
Aku mendengar seseorang memanggilku.
Memanggil namaku, entah siapa. Aku berbalik, dia berlari kearahku. Oh baiklah,
tuhan masih baik denganku. Dia mengirimkan seseorang yang terlambat sepertiku.
Dia Luhan, sahabatku dan aku cukup terkejut ketika mengetahui bahwa ia
terlambat!
Aku kembali menghadap kepada satpam
penjaga pintu dan guru piket yang sangat ku benci. Oh baiklah tuhan hanya
memberiku satu bantuan, kurang dua lagi. Aku memandang guru piket dengan
tatapan memohon. Oh ayolah, aku hanya terlambat dua menit apakah aku harus
menunggu selamat lima belas menit?
Sedangkan lelaki yang notebanenya
sahabatku ini hanya diam dengan santai. Oh ayolah, seharusnya aku yang bersikap
santai seperti itu bukannya dia. Secara, namaku sudah berpuluhan kali tercatat
sebagai murid yang sering terlambat.
“kalian ingin masuk namun dihukum, atau
pulang tidak ada hukuman dipanggil orang tua kalian?” pilihan yang akhirnya
keluar dari guru piket menyebalkan ini.
“masuk namun dihukum”
“pulang tak dihukum panggil orangtua”
Aku menoleh kearahnya. Apa dia gila? Aku
mendekat kearahnya. Membisikan kata-kata, ‘apa kau gila?’
“aku tidak gila, pulang dan tak dapat
hukuman. Itu hal terindah” ucapnya. Oh sejak kapan ia menjadi gila.
“Luhan!”
“sudah ayo kita pulang” ajaknya.
“dihukum!”
“pulang!”
“hukum!”
“pulang!”
“hukum!”
“pu—“
“stop!!”
Teriakan guru piket membuat kami
terhenti dan tentu saja membuat telinga kami bermasalah. Kami menatap guru
piket. Guru piket itu mendengus dan menatap kami dengan sengit, namun ia
mengeluarkan senyumnya.
“kalian masuklah, dan berdiri di depan
kelas kalian masing-masing sampai jam istirahat, mengerti?!” ucap guru piket
itu dan kami hanya mengangguk dan berlari ke dalam.
Ini sungguh salah seseorang yang berada
di sebalahku. Kenapa dia hanya bertikah santai? Oh aku rasa ia mulai terganggu
otaknya. Lihat dia sekarang, ia hanya bersiul-siul ringan. Membuatnya sedikit..
err, cool? Ah, tidak-tidak!
“kau kenapa?” tegurnya. Oh, bodoh.
Mungkin ia melihatku menggelengkan kepalaku. Aku hanya menggeleng. “oh,” dan
dia hanya ber’oh’ riah.
Aku menghembuskan nafasku pelan.
Sekarang sudah sampai pada kelas, atau tepatnya diluar kelas. Aku mulai menaruh
tanganku ditelinga dan menaikan kakiku yang satu. Baiklah, aku merasa malu!
Hey, kenapa aku harus malu sedangkan dari kemarin aku melakukan ini?
Aku menolehkan kepalaku padanya, dan aku
terbelalak melihatnya hanya bersandar, menutup matanya dan headset yang
bertengger pada telinganya. Oke baik, ku akui dia cool bahkan sangat cool.
Tapi, kenapa baru ku sadari sekarang?
“kenapa?” dia membuka mata dan menoleh
ke arahku. Apa? Kearahku? Oh bodoh! Kau adalah orang yang bodoh Rae Hoon! Aku mengalihkan
pandanganku, aku tak bisa mengatur debaran jantung ku sendiri jika aku
melihatnya sekali lagi.
Aku merasa ada sesuatu yang masuk
kedalam telingaku dan terdengar lagu mengalun pada telingaku. Aku menoleh, dan
mendapati Luhan sangat dekat denganku. Dan aku tahu apa yang ada ditelingaku,
headsetnya. Aku memperhatikannya, memperhatikan wajahnya. Kenapa denganku? Oh
ayolah, Luhan sahabatmu bukan? Sedari dulu!
“aku pikir kau ingin mendengarkan lagu.
Jadi ku pasangkan headsetku, turunkan kaki dan tanganmu itu” ujarnya. Dan apa
yang ada dipikiranku dan gerak tubuhku itu berbeda. Dikepalaku berkata jangan
dengar omongan Luhan, namun tubuhku mengatakan aku harus mengikuti ucapan
Luhan.
Aku mennyandarkan tubuhku pada dinding.
Mulai menikmati lagu yang ku, ah bukan yang kami dengarkan. Aku menatap hampa
kearah lantai.
Lagu ini, mungkin lagu yang akan
menghantar kisahku dengannya? Ah, apa yang kupikirkan? Tenang, tenang, dan
tenang. Ingat! Mungkin kau merasakan hal ini karna baru kali ini lagi sedekat
ini dengan Luhan. Apalagi akhir-akhir ini Luhan jarang bersamaku. Yah, mungkin
aku perlu penyesuaian lagi.
Aku merasa Luhan tertawa kecil. Dan
tentu saja aku menoleh. Dia semakin tertawa melihatku. Dan hey, aku juga
tertawa sepertinya. Apakah dia tidak sadar jika di mulutnya banyak cokelat?
“kenapa kau tertawa? Harusnya aku yang
tertawa!” gumamnya heran. Aku menghentikan tawaku, lalu apa yang dia tertawakan
dariku?
“tentu saja aku yang harus tertawa!
Lihat wajah mu, penuh cokelat.. haha, oh Luhan! Umurmu berapa eo? Dan apa yang
kau tertawakan dariku, eo?” ucapku. Dia segera menghapus cokelat dan.. dia memberiku
cokelat yang ada diselai rotiya. Dan dia kembal tertawa!
“Ya! Luhan!” pekikku, ia berlari
meninggalkanku dari kejauhan ku lihat ia mejulurkan lidahnya meledekku.
“Luhan, kau! Ya!” pekikku. Aku
mengejarnya, oh aku mrindukan saat bercanda bersamanya. Luhan, aku
merindukanmu..
“Rae Hoon, kau jelek!” dan lagi, ia
menjulurkan lidahnya. Aku berhenti dan mengambil nafasku, aku hanya tersenyum
melihatnya yang terus-terusan berlari sambil memanggil namaku, meledekku.
Kuhapus cokelat yang kurasa masih berada di wajahku.
I remember when we
were yelled
at for talking in
the halls
I don’t know why it
was so fun
even when we were
being punished
=== ===
Musim panas
tiba, dan hari kelulusan didepan mata. Aku tak yakin, ini benar-benar terjadi.
Bukankah hidup sekarang menjadi lebih singkat? Apakah sebentar lagi akan
kiamat? Oh ayolah, aku belum menjadi anak yang baik, dan belum menjadi milik
Luhan. Ah! Kenapa akhir-akhir ini aku berfikir seperti ini. Rae Hoon sadarlah!
Aku berdiri
di bawah pohon, menunggu seseorang. Yah, seseorang yang sering aku
impikan, Luhan. Entah mengapa dia
mengajakku datang ke festival. Ini sangat aneh mengingat ia sangat sibuk dengan
tim sepak bolanya dan bandnya. Ada perasaan sakit ketika aku harus mendengar
kata-katanya.
Aku hanya ingin berjalan-jalan dengan
sahabatku, bisakan?
Aku tahu aku
terlalu banyak berharap, aku juga tahu Luhan tidak menyukai perempuan sepertiku
yang brandalan ini. Kau mengerti? Yah, dia menyukai perempuan yang feminim
namun tak terlalu feminim. Kau mengerti? Ah, jika tidak kau fikir saja sendiri
karna aku juga bingung untuk menjabarkannya.
Terpaan angin
menampar kecil wajahku. Baiklah, ini sudah lima belas menit aku menunggu. Apakah
ia lupa janjinya sendiri? Apakah ia lupa aku tak suka menunggu lebih dari lima
belas menit? Aku menundukkan kepalaku. Baik sudah lima belas menit lebih 55
detik, lima detik lagi tak datang, aku pergi.
3..
2..
Rae Hoon!
Aku menghela
nafas, ku kira ia tak akan datang. Aku melihatnya berjalan, ah bukan, sedikit
berlari kecil. Dia tampan, dan tunggu.. kenapa baju kami sama? Padahal tak ada
kesepakatan memakai baju yang kembar.
“maaf
membuatmu menunggu” ucapnya penuh rasa bersalah. Baik, dia menmapilkan rasa bersalahnya,
padahal aku akan menghajarnya jika ia mengeluarkan wajah tak berdosanya itu.
aku membalas dengan anggukan.
“ku kira kau
tak akan datang. Sekarang kita mau apa?” ucapku dengan cuek. Dia menggaruk
kepalanya. segera ia menarik tanganku. Debaran ini lagi, oh Luhan, tolong
jangan melakukan ini. Aku benar-benar akan melambung jika seperti ini.
“kita berjalan-jalan
dulu, puncaknya pukul 7, ini masih setengah 6” ucapnya, namun sungguh aku tak
konsen. Aku hanya melihat wajahnya dari belakang. Aku rasa oksigen disekitarku
mulai menipis. Tuhan bantu aku.
“permisi, apa
kalian mau diramal? Sepertinya kalian pasangan yang—“
“ne?” ucapku dan
Luhan berbarengan membuat seseorang yang sedang berpromosi itu terkejut. Hey,
baiklah ku akui kami, maksudku aku dan Luhan memang terlihat seperti sepasang
kekasih. Bergandengan memakai baju yang sama. Apakah itu tidak membuat kami
terlihat seperti sepasang kekasih? Jadi jangan salahkan aku!
“eo? Maaf apakah
kalian bukan—“
“eo, bukan! Kami
ini teman, kami ini sikembar astro.. kami bukan pasangan, permisi. Dan terima
kasih atas tawarannya” ucap Luhan, dan
kami pergi dari hadapan orang itu.
“lucu sekali,
kitakan sikembar astro kenapa dianggap pasangan?” gumam Luhan. Aku hanya
tersenyum miris. Yah, lucu sekali, sangat lucu.
After that day (yeah yeah)
we always (yeah yeah)
Stuck together like the Astro twins,
you were me and I was you
Aku melihat kearahnya, dia bernyanyi. Dia
melihat kearahku sambil tersenyum. Si kembar astro, ya, itu lebih baik. Aku merasa
ada cairan yang mengalir pada pipiku. Aku tau, aku pasti menangis, entah
mengapa, ini menyakitkan.
“kau kenapa?” tanyanya khawatir. Aku merindukan
wajah itu, wajah yang tak pernah tampak lagi selama setahun ini. Aku hanya
menggeleng, dan tersenyum padanya. Yah, si kembar astro.
Setelah hari dimana kami dihukum, hari
dimana kami mulai bersama, memperbaiki hubungan kami. Kami bersama lagi,
kembali bersama setelah satu tahun kami sibuk dengan urusan masing-masing,
terlebih Luhan. Astro, sikembar astro..
=== ===
Kelulusan.
Upacara kelulusan, sekarang detik ini,
dan saat ini juga. Aku menangis, menangis saat mendapati bahwa aku harus
berpisah. Berpisah dengan segala yang terjadi pada jenjang sekolah menengah
atas ini. Aneh memang, dulu saat sekolah menengah pertama aku tak seperti ini. Mengapa
sekarang seperti ini?
Aku melihat kearah Luhan yang
menggenggam tanganku. Dia menunduk dan ku lihat setetes air jatuh. Dia menangis,
aku tersenyum melihatnya. Pertama kalinya aku melihatnya menangis. Dia,
menghapus air matanya. Melihat kearahku sambil tersenyum tenang. Dia pembohong.
Aku mengalihkan pandanganku.
Minggu terakhir dari musim panas,
mungkin sebentar lagi kita akan mengucapkan selamat tinggal. Dan, juga selamat
tinggal untuk Luhan. Bisa kah aku meminta permintaanku padanya untuk terakhir
kali, mungkin. Aku takut tak akan bisa bertemu lagi dengannya.
Aku ingin ia tahu aku menyukainya saat
hari hukuman itu, aku tahu tak sempatasnya perempuan yang berbicara seperti
itu. Tapi, bukankah Luhan tak menyukaiku? Entah kenapa, mulut ini seperti bisu
saat akan membuka mulut.
“ini akan menjadi terakhir kalinya”
gumamnya. Kurasakan ia mengeratkan genggamannya pada tanganku. Seperti lelaki
lain yang menguatkan perempuannya, namun aku? aku hanya sahabatnya. Aku hanya
sesuatu yang tidak hinggap dihatinya.
“yah, terakhir kalinya”
You cried so much on the day
before graduation
You held it in firmly since
you’re a guy
We couldn’t say what we wanted,
Just like that hot summer, goodbye
=== ===
Sudah setahun setelah upacara kelulusan.
Dan berarti sudah setahun Luhan pergi meninggalkanku. Yah, Luhan pergi ke
Amerika untuk bersekolah disana. Lucu memang, aku masih saja mengharapkan Luhan
yang jelas-jelasnya hanya menganggapku sebagai teman.
Teman..
Status teman membuatku membenci
semuanya. Apakah aku salah? Jika salah tolong buat aku sadar bahwa aku salah. Aku
hanya bisa menertawakan kisahku dulu saat bersamanya. Hanya teman.
Mengingat perasaaanku lebih dari seorang
teman padanya, membuatku kembali pada masa lalu. Foto-foto yang dulu sering
kita ambil, membuat kenangan pahit ketika melihat foto-foto itu. musim panas. Selalu
musim panas, dan kini hanya tinggal kenangan.
Apa yang harus kulakukan sekarang? Bukankah
menghentikan perasaanku padanya? Jangan salah, aku pernah melakukannya dan
alhasil.. aku hanya melukai diriku. Seharusnya aku berbicara padanya tentang
perasaanku. Memintanya untuk tetap disini, ada disampingku, menjadi sikembar
astro yang kemana-mana bersama.
Aku berjalan kearah lemari, mengambil
sebuah kotak yang berdebu. Berapa lama aku tak membuka kotak ini? Aku membersihkan
debu terlebih dahulu sebelum membukanya. Dan perasaan masa lalu yang hampir ku
kubur mencuat kembali.
Ku buka foto-foto saat festival, membuat
memoriku terjatuh pada saat kami dikira pasangan kekasih. Menggelikan. Dan disaat
itu juga Luhan berkata bahwa kami adalah si kembar astro. Aku terrsenyum kecil.
Ku perhatikan lagi foto-foto ini, foto saat Luhan bernyanyi.
What
do I say,
we didn’t have to play no games
I should’ve took that chance,
I should’ve asked for you to stay
And it gets me down
the unsaid words that still remain
The story ended without even starting
we didn’t have to play no games
I should’ve took that chance,
I should’ve asked for you to stay
And it gets me down
the unsaid words that still remain
The story ended without even starting
Aku merasa suara Luhan mengalun, ada apa
ini? Aku sangat merindukannya, merindukan suaranya. Lagu ini, seperti naskah
drama antara aku dan Luhan. Ini lucu. Aku hanya bisa menghapus air mataku yang
jatuh. Aku hanya dapat mengingat masa-masa kilau kebersamaan. Aku membereskan
kembali foto-fotonya dan ku susun didalam kardus.
Maafkan aku, maaf atas perasaanku. Tidak
seharusnya aku menyukai sahabatku sendiri bukan? Aku mengecewakannya. Bagaimana
jika aku mengungkapkan rahasiaku ini padanya? Apakah dia akan kecewa seperti di
bayanganku?
Aku menyukai Luhan, dan sekarang malah
mencintainya. Ini sungguh membuat rasa bersalah pada diriku perlahan mencuat. Rasa
ingin memeluk dan ingin berada disisinya. Maafkan aku, aku harus bisa melupakan
Luhan, melupakan musim panasku.
=== ===
Aku berjalan di pekarangan rumah sambil
membawa kardus. Kau tahu kardus apa? Kardus yang berisi foto-foto kenangan masa
lalu yang memilukan. Aku berhenti tepat di bawah pohon pinus yang sedang
mengugurkan daunnya.
Aku meletakkan kardus yang kubawa dan
mulai menyalakan api. Sejenak kupandang api yang sedikit demi sedikit berkobar
itu. apakah aku yakin? Apakah aku bisa? Seketika air mataku jatuh. Air mata
yang tak ku inginkan untuk jatuh.
Aku mengangkat kardus yang ku bawa tadi
dan menumpahkan isinya. Api mulai bertambah besar, dan aku tersenyum kecil. Api
mulai membakar foto-foto masa lalu, dan mulai menjadikannya abu. Sejenak aku
terdiam saat melihat sebuah foto yang sedikit utuh. Fotoku dengan Luhan, yang
terdapat tulisan tangan.
We
always
Aku jatuh terduduk didepan api, perlahan
foto itu memudar. Dan tangisku pecah. Aku membenci ini, status teman yang
membuatku benci semuanya. Luhan, kaulah yang berkata kita teman dan aku yang
membencinya. Maaf, maafkan aku. dan Selamat Tinggal Musim Panas..
The friend label
is a label that I got to hate
A heartbreaking story,
I’m sorry, summer,
now goodbye,
=== Goodbye Summer ===
Lucky Club Casino site review - Lucky Club
BalasHapusLucky Club Casino has more than 150 online slots and casino games and has a great welcome bonus and a variety of table games. You luckyclub.live can also enjoy casino games on mobile or