Sabtu, 11 Januari 2014

[Song Fic] Goodbye Summer




@SarDhia || Goodbye Summer || Rae Hoon –OC- – Luhan || PG-14 || Drama || Oneshoot || Song Fic


Warning! TYPO anywhere and plagiators go away to hell! Gue sumpahin yang plagiat mukanya mirip Sooman/?


Disclamer: tau lagu f(x) feat. D.o goodbye summer? Aku dapat ide dari lagu itu u-u dan ff ini juga bisa buat temen gue yang waktu itu mintanya sama Siwon, tapi karna kalo sama Siwon guenya bingung ya udah deh jadi sama Luhan aja x_x
Sorry kalo ceritanya pasaran, alot garing dan terserahlah -_- gue buat seadannya soalnya.

ALUR CERITA MILIK GUE! CAST MILIK TUHAN TAPI LUHAN MILIK GUE DAN TUHAN/?



F(x) feat. D.O – Goodbye Summer



=== ===



Rae Hoon


Aku mendengar seseorang memanggilku. Memanggil namaku, entah siapa. Aku berbalik, dia berlari kearahku. Oh baiklah, tuhan masih baik denganku. Dia mengirimkan seseorang yang terlambat sepertiku. Dia Luhan, sahabatku dan aku cukup terkejut ketika mengetahui bahwa ia terlambat!

Aku kembali menghadap kepada satpam penjaga pintu dan guru piket yang sangat ku benci. Oh baiklah tuhan hanya memberiku satu bantuan, kurang dua lagi. Aku memandang guru piket dengan tatapan memohon. Oh ayolah, aku hanya terlambat dua menit apakah aku harus menunggu selamat lima belas menit?

Sedangkan lelaki yang notebanenya sahabatku ini hanya diam dengan santai. Oh ayolah, seharusnya aku yang bersikap santai seperti itu bukannya dia. Secara, namaku sudah berpuluhan kali tercatat sebagai murid yang sering terlambat.

“kalian ingin masuk namun dihukum, atau pulang tidak ada hukuman dipanggil orang tua kalian?” pilihan yang akhirnya keluar dari guru piket menyebalkan ini.

“masuk namun dihukum”

“pulang tak dihukum panggil orangtua”

Aku menoleh kearahnya. Apa dia gila? Aku mendekat kearahnya. Membisikan kata-kata, ‘apa kau gila?’

“aku tidak gila, pulang dan tak dapat hukuman. Itu hal terindah” ucapnya. Oh sejak kapan ia menjadi gila.

“Luhan!”

“sudah ayo kita pulang” ajaknya.

“dihukum!”

“pulang!”

“hukum!”

“pulang!”

“hukum!”

“pu—“


“stop!!”

Teriakan guru piket membuat kami terhenti dan tentu saja membuat telinga kami bermasalah. Kami menatap guru piket. Guru piket itu mendengus dan menatap kami dengan sengit, namun ia mengeluarkan senyumnya.

“kalian masuklah, dan berdiri di depan kelas kalian masing-masing sampai jam istirahat, mengerti?!” ucap guru piket itu dan kami hanya mengangguk dan berlari ke dalam.

Ini sungguh salah seseorang yang berada di sebalahku. Kenapa dia hanya bertikah santai? Oh aku rasa ia mulai terganggu otaknya. Lihat dia sekarang, ia hanya bersiul-siul ringan. Membuatnya sedikit.. err, cool? Ah, tidak-tidak!

“kau kenapa?” tegurnya. Oh, bodoh. Mungkin ia melihatku menggelengkan kepalaku. Aku hanya menggeleng. “oh,” dan dia hanya ber’oh’ riah.

Aku menghembuskan nafasku pelan. Sekarang sudah sampai pada kelas, atau tepatnya diluar kelas. Aku mulai menaruh tanganku ditelinga dan menaikan kakiku yang satu. Baiklah, aku merasa malu! Hey, kenapa aku harus malu sedangkan dari kemarin aku melakukan ini?

Aku menolehkan kepalaku padanya, dan aku terbelalak melihatnya hanya bersandar, menutup matanya dan headset yang bertengger pada telinganya. Oke baik, ku akui dia cool bahkan sangat cool. Tapi, kenapa baru ku sadari sekarang?

“kenapa?” dia membuka mata dan menoleh ke arahku. Apa? Kearahku? Oh bodoh! Kau adalah orang  yang bodoh Rae Hoon! Aku mengalihkan pandanganku, aku tak bisa mengatur debaran jantung ku sendiri jika aku melihatnya sekali lagi.

Aku merasa ada sesuatu yang masuk kedalam telingaku dan terdengar lagu mengalun pada telingaku. Aku menoleh, dan mendapati Luhan sangat dekat denganku. Dan aku tahu apa yang ada ditelingaku, headsetnya. Aku memperhatikannya, memperhatikan wajahnya. Kenapa denganku? Oh ayolah, Luhan sahabatmu bukan? Sedari dulu!

“aku pikir kau ingin mendengarkan lagu. Jadi ku pasangkan headsetku, turunkan kaki dan tanganmu itu” ujarnya. Dan apa yang ada dipikiranku dan gerak tubuhku itu berbeda. Dikepalaku berkata jangan dengar omongan Luhan, namun tubuhku mengatakan aku harus mengikuti ucapan Luhan.

Aku mennyandarkan tubuhku pada dinding. Mulai menikmati lagu yang ku, ah bukan yang kami dengarkan. Aku menatap hampa kearah lantai.

Lagu ini, mungkin lagu yang akan menghantar kisahku dengannya? Ah, apa yang kupikirkan? Tenang, tenang, dan tenang. Ingat! Mungkin kau merasakan hal ini karna baru kali ini lagi sedekat ini dengan Luhan. Apalagi akhir-akhir ini Luhan jarang bersamaku. Yah, mungkin aku perlu penyesuaian lagi.

Aku merasa Luhan tertawa kecil. Dan tentu saja aku menoleh. Dia semakin tertawa melihatku. Dan hey, aku juga tertawa sepertinya. Apakah dia tidak sadar jika di mulutnya banyak cokelat?

“kenapa kau tertawa? Harusnya aku yang tertawa!” gumamnya heran. Aku menghentikan tawaku, lalu apa yang dia tertawakan dariku?

“tentu saja aku yang harus tertawa! Lihat wajah mu, penuh cokelat.. haha, oh Luhan! Umurmu berapa eo? Dan apa yang kau tertawakan dariku, eo?” ucapku. Dia segera menghapus cokelat dan.. dia memberiku cokelat yang ada diselai rotiya. Dan dia kembal tertawa!

“Ya! Luhan!” pekikku, ia berlari meninggalkanku dari kejauhan ku lihat ia mejulurkan lidahnya meledekku.

“Luhan, kau! Ya!” pekikku. Aku mengejarnya, oh aku mrindukan saat bercanda bersamanya. Luhan, aku merindukanmu..

“Rae Hoon, kau jelek!” dan lagi, ia menjulurkan lidahnya. Aku berhenti dan mengambil nafasku, aku hanya tersenyum melihatnya yang terus-terusan berlari sambil memanggil namaku, meledekku. Kuhapus cokelat yang kurasa masih berada di wajahku.



I remember when we were yelled
at for talking in the halls
I don’t know why it was so fun
even when we were being punished


=== ===


Musim panas tiba, dan hari kelulusan didepan mata. Aku tak yakin, ini benar-benar terjadi. Bukankah hidup sekarang menjadi lebih singkat? Apakah sebentar lagi akan kiamat? Oh ayolah, aku belum menjadi anak yang baik, dan belum menjadi milik Luhan. Ah! Kenapa akhir-akhir ini aku berfikir seperti ini. Rae Hoon sadarlah!

Aku berdiri di bawah pohon, menunggu seseorang. Yah, seseorang yang sering aku impikan,  Luhan. Entah mengapa dia mengajakku datang ke festival. Ini sangat aneh mengingat ia sangat sibuk dengan tim sepak bolanya dan bandnya. Ada perasaan sakit ketika aku harus mendengar kata-katanya.


Aku hanya ingin berjalan-jalan dengan sahabatku, bisakan?


Aku tahu aku terlalu banyak berharap, aku juga tahu Luhan tidak menyukai perempuan sepertiku yang brandalan ini. Kau mengerti? Yah, dia menyukai perempuan yang feminim namun tak terlalu feminim. Kau mengerti? Ah, jika tidak kau fikir saja sendiri karna aku juga bingung untuk menjabarkannya.

Terpaan angin menampar kecil wajahku. Baiklah, ini sudah lima belas menit aku menunggu. Apakah ia lupa janjinya sendiri? Apakah ia lupa aku tak suka menunggu lebih dari lima belas menit? Aku menundukkan kepalaku. Baik sudah lima belas menit lebih 55 detik, lima detik lagi tak datang, aku pergi.

3..

2..


Rae Hoon!


Aku menghela nafas, ku kira ia tak akan datang. Aku melihatnya berjalan, ah bukan, sedikit berlari kecil. Dia tampan, dan tunggu.. kenapa baju kami sama? Padahal tak ada kesepakatan memakai baju yang kembar.

“maaf membuatmu menunggu” ucapnya penuh rasa bersalah. Baik, dia menmapilkan rasa bersalahnya, padahal aku akan menghajarnya jika ia mengeluarkan wajah tak berdosanya itu. aku membalas dengan anggukan.

“ku kira kau tak akan datang. Sekarang kita mau apa?” ucapku dengan cuek. Dia menggaruk kepalanya. segera ia menarik tanganku. Debaran ini lagi, oh Luhan, tolong jangan melakukan ini. Aku benar-benar akan melambung jika seperti ini.

“kita berjalan-jalan dulu, puncaknya pukul 7, ini masih setengah 6” ucapnya, namun sungguh aku tak konsen. Aku hanya melihat wajahnya dari belakang. Aku rasa oksigen disekitarku mulai menipis. Tuhan bantu aku.

“permisi, apa kalian mau diramal? Sepertinya kalian pasangan yang—“

“ne?” ucapku dan Luhan berbarengan membuat seseorang yang sedang berpromosi itu terkejut. Hey, baiklah ku akui kami, maksudku aku dan Luhan memang terlihat seperti sepasang kekasih. Bergandengan memakai baju yang sama. Apakah itu tidak membuat kami terlihat seperti sepasang kekasih? Jadi jangan salahkan aku!

“eo? Maaf apakah kalian bukan—“

“eo, bukan! Kami ini teman, kami ini sikembar astro.. kami bukan pasangan, permisi. Dan terima kasih atas tawarannya”  ucap Luhan, dan kami pergi dari hadapan orang itu.

“lucu sekali, kitakan sikembar astro kenapa dianggap pasangan?” gumam Luhan. Aku hanya tersenyum miris. Yah, lucu sekali, sangat lucu.


After that day (yeah yeah)
we always (yeah yeah)
Stuck together like the Astro twins,
you were me and I was you


Aku melihat kearahnya, dia bernyanyi. Dia melihat kearahku sambil tersenyum. Si kembar astro, ya, itu lebih baik. Aku merasa ada cairan yang mengalir pada pipiku. Aku tau, aku pasti menangis, entah mengapa, ini menyakitkan.

“kau kenapa?” tanyanya khawatir. Aku merindukan wajah itu, wajah yang tak pernah tampak lagi selama setahun ini. Aku hanya menggeleng, dan tersenyum padanya. Yah, si kembar astro.

Setelah hari dimana kami dihukum, hari dimana kami mulai bersama, memperbaiki hubungan kami. Kami bersama lagi, kembali bersama setelah satu tahun kami sibuk dengan urusan masing-masing, terlebih Luhan. Astro, sikembar astro..


=== ===


Kelulusan.

Upacara kelulusan, sekarang detik ini, dan saat ini juga. Aku menangis, menangis saat mendapati bahwa aku harus berpisah. Berpisah dengan segala yang terjadi pada jenjang sekolah menengah atas ini. Aneh memang, dulu saat sekolah menengah pertama aku tak seperti ini. Mengapa sekarang seperti ini?

Aku melihat kearah Luhan yang menggenggam tanganku. Dia menunduk dan ku lihat setetes air jatuh. Dia menangis, aku tersenyum melihatnya. Pertama kalinya aku melihatnya menangis. Dia, menghapus air matanya. Melihat kearahku sambil tersenyum tenang. Dia pembohong. Aku mengalihkan pandanganku.

Minggu terakhir dari musim panas, mungkin sebentar lagi kita akan mengucapkan selamat tinggal. Dan, juga selamat tinggal untuk Luhan. Bisa kah aku meminta permintaanku padanya untuk terakhir kali, mungkin. Aku takut tak akan bisa bertemu lagi dengannya.

Aku ingin ia tahu aku menyukainya saat hari hukuman itu, aku tahu tak sempatasnya perempuan yang berbicara seperti itu. Tapi, bukankah Luhan tak menyukaiku? Entah kenapa, mulut ini seperti bisu saat akan membuka mulut.

“ini akan menjadi terakhir kalinya” gumamnya. Kurasakan ia mengeratkan genggamannya pada tanganku. Seperti lelaki lain yang menguatkan perempuannya, namun aku? aku hanya sahabatnya. Aku hanya sesuatu yang tidak hinggap dihatinya.

“yah, terakhir kalinya”

You cried so much on the day before graduation
You held it in firmly since you’re a guy
We couldn’t say what we wanted,
Just like that hot summer, goodbye


=== ===


Sudah setahun setelah upacara kelulusan. Dan berarti sudah setahun Luhan pergi meninggalkanku. Yah, Luhan pergi ke Amerika untuk bersekolah disana. Lucu memang, aku masih saja mengharapkan Luhan yang jelas-jelasnya hanya menganggapku sebagai teman.

Teman..

Status teman membuatku membenci semuanya. Apakah aku salah? Jika salah tolong buat aku sadar bahwa aku salah. Aku hanya bisa menertawakan kisahku dulu saat bersamanya. Hanya teman.

Mengingat perasaaanku lebih dari seorang teman padanya, membuatku kembali pada masa lalu. Foto-foto yang dulu sering kita ambil, membuat kenangan pahit ketika melihat foto-foto itu. musim panas. Selalu musim panas, dan kini hanya tinggal kenangan.

Apa yang harus kulakukan sekarang? Bukankah menghentikan perasaanku padanya? Jangan salah, aku pernah melakukannya dan alhasil.. aku hanya melukai diriku. Seharusnya aku berbicara padanya tentang perasaanku. Memintanya untuk tetap disini, ada disampingku, menjadi sikembar astro yang kemana-mana bersama.

Aku berjalan kearah lemari, mengambil sebuah kotak yang berdebu. Berapa lama aku tak membuka kotak ini? Aku membersihkan debu terlebih dahulu sebelum membukanya. Dan perasaan masa lalu yang hampir ku kubur mencuat kembali.

Ku buka foto-foto saat festival, membuat memoriku terjatuh pada saat kami dikira pasangan kekasih. Menggelikan. Dan disaat itu juga Luhan berkata bahwa kami adalah si kembar astro. Aku terrsenyum kecil. Ku perhatikan lagi foto-foto ini, foto saat Luhan bernyanyi.


What do I say,
we didn’t have to play no games
I should’ve took that chance,
I should’ve asked for you to stay
And it gets me down
the unsaid words that still remain
The story ended without even starting


Aku merasa suara Luhan mengalun, ada apa ini? Aku sangat merindukannya, merindukan suaranya. Lagu ini, seperti naskah drama antara aku dan Luhan. Ini lucu. Aku hanya bisa menghapus air mataku yang jatuh. Aku hanya dapat mengingat masa-masa kilau kebersamaan. Aku membereskan kembali foto-fotonya dan ku susun didalam kardus.


Maafkan aku, maaf atas perasaanku. Tidak seharusnya aku menyukai sahabatku sendiri bukan? Aku mengecewakannya. Bagaimana jika aku mengungkapkan rahasiaku ini padanya? Apakah dia akan kecewa seperti di bayanganku?

Aku menyukai Luhan, dan sekarang malah mencintainya. Ini sungguh membuat rasa bersalah pada diriku perlahan mencuat. Rasa ingin memeluk dan ingin berada disisinya. Maafkan aku, aku harus bisa melupakan Luhan, melupakan musim panasku.


=== ===


Aku berjalan di pekarangan rumah sambil membawa kardus. Kau tahu kardus apa? Kardus yang berisi foto-foto kenangan masa lalu yang memilukan. Aku berhenti tepat di bawah pohon pinus yang sedang mengugurkan daunnya.

Aku meletakkan kardus yang kubawa dan mulai menyalakan api. Sejenak kupandang api yang sedikit demi sedikit berkobar itu. apakah aku yakin? Apakah aku bisa? Seketika air mataku jatuh. Air mata yang tak ku inginkan untuk jatuh.

Aku mengangkat kardus yang ku bawa tadi dan menumpahkan isinya. Api mulai bertambah besar, dan aku tersenyum kecil. Api mulai membakar foto-foto masa lalu, dan mulai menjadikannya abu. Sejenak aku terdiam saat melihat sebuah foto yang sedikit utuh. Fotoku dengan Luhan, yang terdapat tulisan tangan.


We always


Aku jatuh terduduk didepan api, perlahan foto itu memudar. Dan tangisku pecah. Aku membenci ini, status teman yang membuatku benci semuanya. Luhan, kaulah yang berkata kita teman dan aku yang membencinya. Maaf, maafkan aku. dan Selamat Tinggal Musim Panas..



The friend label
is a label that I got to hate
A heartbreaking story,
I’m sorry, summer,
now goodbye,




=== Goodbye Summer ===

1 komentar:

  1. Lucky Club Casino site review - Lucky Club
    Lucky Club Casino has more than 150 online slots and casino games and has a great welcome bonus and a variety of table games. You luckyclub.live can also enjoy casino games on mobile or

    BalasHapus