Kamis, 02 Januari 2014

Dad, I'm Sick



@SarDhiA || Dad, I’m Sick || Lee Sung Min –SJ- – Lee Hyo Min || Family – Drama || PG-14 || Ficlet


TATA TERTIB: R-C-L! DON’T BE PLAGIATORS  GUYS J


WARNING!! TYPO ANYWHERE AND KLEENIX WARNING!!


Cuap-Cuap: ini ayah versi Sungmin, dan ini dikit banget dari yang Kibum dan Eunhyuk. Tapi, ceritanya juga nggak kalah kok u-u walau sedikit ancur T.T.

Happy Reading Guys J



=== ===


DIA titipan tuhan yang ku abaikan..


=== ===



Seorang anak perempuan menatap hamparan taman di depannya dalam diam. Melihat kupu-kupu yang berterbangan di depannya dengan acuh tanpa memperdulikannya, tak seperti anak-anak kecil yang akan berlari mengejar sang binatang rapuh.

Lee Hyo Min..

Sontak ia menoleh. Menoleh pada seseorang yang mengerti tentangnya. Mengerti dengan kondisinya melebihi orang tuanya sekalipun.

“Jung ahjumma..” lirihnya. Bibi Jung adalah orang yang sudah merawatnya dari kecil. Merawatnya seperti merawat anak sendiri.

“kemari sayang..” ucap bibi Jung. Hyo Min berjalan menghampiri bibi Jung. Dengan tatapan kasihan bibi Jung memperhatikan Hyo Min. Oh tuhan apa salah malaikat kecil ini?

“sekali ini saja.. tidak usah meminum obat..” pintanya. Bibi Jung harus apa? Sedangkan nyawa Hyo Min sedang terancam.


Leukimia.. kami segera berusaha mendapat pendonornya..


“bibi Jung?” panggil Hyo Min. Bibi Jung tersadar. “hanya kali ini.. aku benar-benar tidak ingin menyentuh obat..” pinta Hyo Min. Tak sadar bibi Jung mengangguk dan Hyo Min bahagia bukan main. Hyo Min berlari ketengah taman.

“apa salahmu sayang?” gumam bibi Jung yang memperhatikan Hyo Min yang sedang memetik bunga taman.


=== ===


“kapan ayah pulang?” tegur Hyo Min pada bibi Jung yang tengah mengupas buah. Bibi Jung menghentikan aktivitasnya. Ia menatap lekat Hyo Min.

“tidak tahu..” ucap bibi Jung dengan lesu.

“kapan aku bersekolah seperti biasa?” tegur Hyo Min lagi. Bibi Jung hanya menatap Hyo Min yang tengah jengah itu.

“tidak tahu..” ucap bibi Jung. Hyo Min mendengus, tak puas dengan jawaban yang di berikan bibi Jung.

“aku ingin besok aku sekolah!”

Bibi Jung menatap dalam Hyo Min. Hyo Min memalingkan wajahnya, tak suka dengan tatapan lesu yang dimiliki bibi Jung. Tangan bibi Jung terangkat ingin menyentuh wajah Hyo Min, namun Hyo Min lebih dulu menepis tangan bibi Jung.

Hyo Min memandang bibi Jung dengan air mata yang berada dipelupuk matanya. “aku hanya ingin sekolah!” teriak Hyo Min. Nafasnya tersengal, dadanya naik turun. Air matanya jatuh.

“Hyo Min..”

ahjumma! Hanya bersekolah, tidak lebih. Aku tidak akan lagi menunggu ayah pulang jika aku bersekolah seperti biasa~”

“akan ahjumma pertimbangkan, selamat tidur”


=== ===


Suara pintu terbuka terdengar menggema. Saat ia masuk ruangan di rumahnya gelap. Yah, dia berfikir jika seluruh penghuni rumah sudah tidur, termasuk anaknya. Ia melangkah dengan santai dan menyalakan lampu.

Betapa terkejutnya ia ketika melihat seseorang wanita paruh baya di depannya. Ia mendengus, malas bertemu dengan orang yang ada di hadapannya. Berdebat, itu pasti.


Sungmin.

Yah saat Sungmin ingin berjalan pergi, suara wanita paruh baya itu terdengar. Memanggil namanya. Sungmin berhenti, ia menunggu ucapan selanjutnya. Bagaimanapun juga Sungmin menghormati wanita paruh baya itu sebagai orang yang menyelamatkan hidupnya.

“kembalikan Hyo Min pada ibunya” ucapnya purau. Sungmin berbalik dengan wajah yang menggambarkan ia tak suka dengan kalimat yang baru saja terlontarkan itu.

Dia menggeleng tegas. “tidak!”

“kau tidak bisa menjaganya!”

“aku bisa!”

“kau menjadikannya sebagai barang taruhan”

“tidak!”

“aku tahu itu Sungmin!”

Nafas mereka beradu, mereka berlomba menghirup udara yang banyak. Sungmin memijat pelipisnya, berupaya untuk menenangkan dirinya kembali. Dia sering membantah bahwa ia menelantarkan anaknya, namun kenyataanya? Bukankah begitu?

Sungmin dan istrinya, -Hyo Bin- bercerai dua tahun lalu. Mengapa? Tentu karna keras kepala sang istri dan keegoisan sang suami –Sungmin-. Hyo Min sering kali menangis ketika ia terbangun tengah malam karna suara orang tuanya yang meninggi.

Sungmin dan istrinya bekerja, sehingga mereka bertemu dimalam hari. Namun, istrinya akan pulang pada pukul 5 dan dapat mengurus Hyo Min. Sedangkan Sungmin? Pewaris tunggal dari perusahaan ayahnya, yang jadwalnya tak tentu. Bukan hanya itu, dia juga tidak pernah menghubungi istri maupun anak ketika Sungmin bekerja! Sehingga Hyo Min juga tidak terlalu mengenal ayahnya.

Mungkin Sungmin tak peka akan hal itu, sehingga itu juga sebabnya ia dan istrinya berpisah. Pernah istrinya sudah berbicara baik padanya, namun Sungmin membantahnya. Dengan berkata ‘aku bekerja bukan karna aku cinta uang! Aku juga bekerja untuk kalian!’. Karna sudah tidak kuat akhirlah mereka berpisah.

Namun, itu belum berakhir ketika dipersidangan. Perebutan hak anak! Tentu saja mereka kembali berdebat hebat. Istrinya –Hyo Bin- sudah bicara baik-baik untuk mengambil dan merawat Hyo Min. Tak masalah jika Sungmin merawat Hyo Min, namun istrinya kembali berfikir bahwa jabatan Sungmin tidak main-main.

Tentu saja Sungmin tidak terima. Dengan segala ucapan pembelaan diri, Sungmin membantah. Dan yah, Sungmin memang selalu menang. Hyo Min diambil alih olehnya karna Sungmin dinilai lebih mampu menghidupkan Hyo Min, ketimbang bersama dengan istrinya.

“Hyo Bin memang lebih baik darimu”

“berhenti menyebut namanya!”

“lalu bisakah kau berhenti sejenak dari pekerjaanmu dan mengurus Hyo Min?”

Mata Sungmin membulat sempurna kata-kata itu sama seperti ia dan istrinya bertengkar. Sungmin memutar otaknya, berfikir. Apa yang salah dengan pekerjaanku? Bukankah pekerjaanku baik?

Sungmin berjalan meninggalkan wanita paruh baya itu yang tak lain adalah bibi Jung. Tak peduli dengan panggilan dari bibi Jung, Sungmin tetap berjalan kearah kamarnya dilantai dua, bersebelahan dengan kamar anaknya.

Saat ia melewati kamar anaknya, ia mendengar rintihan  kecil. Ia berhenti dan mengernyit, kemudian ia berjalan acuh. Mungkin hanya mengigau.  Sungmin membuka pintu kamarnya dan membanting dirinya di kasur king sizenya dan ia mulai melayang ke alam mimpinya..


=== ===


Ayah.. aku sakit.. ayah~


Mata Sungmin terbelalak dan nafasnya memburu, keringat bercucur dari keningnya. Ia baru saja mendengar suara Hyo Min yang merintih kesakitan. Ia memijat pelipisnya, dan menengok jam dinding. Pukul 7!

“oh astaga!”

Sungmin segera menyingkapkan selimutnya dan terkejut melihatnya yang tidur dengan menggunakan setelan kerjanya kemarin. Segera ia berlari kecil ke kamar mandi yang berada di kamar mandi.  Ia mandi ala kadarnya dan segera melesat mengambil keperluannya.

Dengan langkah terburu, ia keluar dari rumahnya dan membiarkan gerbang terbuka ketika ia meneluarkan mobilnya. Karna dalam pikirannya ‘Jung ahjumma pasti akan menutupnya’. Namun, kenyataannya adalah dalam rumahnya tak ada orang.

Bibi Jung membawa Hyo Min kerumah sakit pada pukul 12 malam tepat saat Sungmin memasuki kamarnya. Saat bibi Jung memasuki kamarnya, lampu merah yang berada disamping kasurnya menyala yang menandakan bahwa Hyo Min ada sesuatu. Yah, itu karrna lampu ittu tersetting dengan kondisi kamar Hyo Min.

Segera bibi Jung masuk ke kamar Hyo Min, dan memang benar Hyo Min merintih kesakitan dan suhu badannya sangat tinggi. Tanpa pikir panjang bibi Jung segera menggedong Hyo Min membawanya ke rumah sakit tanpa sepengetahuan Sungmin.

“bagaimana kondisinya?”

“kritis, dia sedang kritis” ucapan dokter itu membuat bibi Jung lemas. Bibi Jung bersandar pada dinding. “apakah ia tidak meminum obatnya?”

Obat!

Bibi Jung mengutuk dirinya sendiri, yah kemarin sore ia menuruti Hyo Min untuk tidak meminum obat. “ya” ucap bibi Jung dengan lesu.

“kita hanya dapat berdoa”


=== ===


Ayah, tolong aku.. aku sakit, sungguh.. ayah.. hiks

Sungmin! Hyo Min! Dia sakit.. tolong dia..

Sungmin!


“Sajangnim!”

“oh!”

Sungmin terkejut ketika secara bersamaan banyak suara yang masuk dalam pendengarannya. Sungmin menegakkan tubuhnya, ia tertidur. Hee Chul. Sahabat serta sekretarisnya itu menatap aneh pada Sungmin yang seperti orang kebingungan. Wajah Sungmin juga pucat.

“kau sakit?”

“tidak”

“pulanglah”

“aku sungguh tidak apa-apa”

“sigh~ aku mengizinkan kau cuti.. pulanglah”

Sungmin melirik Heechul sekilas, kemudiaan tangannya terulur pada dokumen yang ingin ia tanda tangani. “pekerjaanmu biar aku yang tangani..” ucap Heechul. Sungmin berhenti. Ia melihat Heechul bingung..

“hey hey! jangan menatapaku seperti itu! aku hanya ingin kau istirahat. Hanya itu” Sungmin menghela nafasnya. Mungkin memang ia harus beristirahat. Sungmin mengangguk dan membereskan barang-barangnya.

“aku mempercayaimu”

Sungmin melangkah meninggalkan ruangannya, dan tesisalah Heechul sendiri. Heechul tersenyum teduh, “aku melakukannya juga karna ingin melihatmu dengan anakmu”


=== ===


Sungmin mengernyitkan dahinya ketika melihat mobil sport merah terpakir pada garasi rumahnya. Ia memasukan mobil SUV hitamnya kegarasi dan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil sport itu. sungmin sedikit mendapat gambaran dari pemilik mobil. Istrinya. Yah, mobil yang sangat diidamkan istrinya, namun banyak yang memiliki mobil seperti ini.

Segera Sungmin melangkah memasuki rumahnya, dan ia terkejut mendapati seorang perempuan sedang duduk menyesap teh. Tidak sopan! Baru saja Sungmin  ingin mengeluarkan suaranya. Perempuan itu sudah lebih dulu.

“dia sakit, apakah kau tahu?” yah suara itu, suara seseorang yang tak pernah lagi ia dengar setelah dua tahun. Istrinya, dia Hyo Bin. Sungmin terperanjat kehadirannya dan ucapannya. Hyo Bin bangkit, dan menghadap ke arah Sungmin yang jaraknya kurang lebih sepuluh langkah darinya.

“apa maksudmu?”

“sudah ku duga. Kapan kau akan perduli pada anakmu?”

“aku sudah perduli!”

“lalu bagaimana bisa kau tidak tahu bahwa dia sakit?” air mataa jatuh dari pelupuk mata Hyo Bin. Sungmin menatapnya dengan bingung. Ia  mengalihkan pandangannya. “Leukimia”

“apa?”

“Leukimia ada ditubuhnya Sungmin! Stadium akhir!”

“apa? Kau bilang apa?”

“Sungmin dia membutuhkanmu..” ucap Hyo Bin. Ia berlutut di depan Sungmin dan menangis. Sungmin berteriak frustasi.

“bodoh! Kenapa kau ada disini?! Kenapa kau memberitahuku? Aku tak pantas! Bukankah kau sama saja denganku yang tak peduli pada Hyo Min jika kau disini! Kenapa kau tak menemaninya? Kenapa kau bodoh Lee Hyo Bin!”

“dia membutuhkanmu! Dia mencari ayahnya Lee SungMin!”

Mendengar hal itu Sungmin segera pergi melesat ke rumah sakit. Matanya sembab dan pucat. Ia mengendarai mobil dengan sangat kencang sehingga membuat keributan di jalan. Namun, ia tak peduli dengan keadaan itu, yang ia pikir hanyalah Hyo Min, anaknya..


=== ===


Sungmin melangkah memasuki ruangan tempat  Hyo Min terbaring.  Sungmin mengelus kepala Hyo Min dengan pelan. Tiba-tiba mata Hyo Min terbuka pelan membuat Sungmin beerhenti mengusap. Hyo Min menoleh dan mendapati sang ayah.

“ayah” ucapnya lesu. Air mata Sungmin jatuh, ia jarang dipanggil ayah karna mereka jarang bertemu. “uljimma..” ucap Hyo Min sembari menghapus air mata Sungmin yang mengalir. Hati Sungmin berkedut.

“maafkan ayah sayang.. maaf karna tak ada disamping Hyo Min.. maaf” ucap Sungmin. Hyo Min tersenyum dan mengangguk pelan. Ia bahagia karna bisa melihat ayahnya secara dekat.

“ayah berjanjilah, untuk selalu disampingku, tidak pulang terlalu malam setidaknya beri kabar? Yaksok?” ucap Hyo Min seemari menyodorkan jari kelingking kecilnya. Sungmin mengangguk, dan menautkan kelingkingnya di kelingking Hyo Min.

“Hyo Min juga haarus berjanji, jangan tinggalkan ayah?”

“eum, yaksok!”

Sungmin tersenyum melihat Hyo Min yang tersenyum kearahnya. “ayah.. aku lapar..”

“benarkah?”

“eum, tapi tidak mau makanan rumah sakit.. aku ingin roti”

“oke! Tunggu sebentar sayang”


Sungmin berjalan keluar meninggalkan Hyo Min. Namun, entah mengapa perasaannya tak mau meninggalkan Hyo Min. Ia takut, sangat takut kehilangan Hyo Min. Namun, ia juga harus membeli makanan untuk Hyo Min.

Di satu sisi, Hyo Min  melihat sekelilingnya bingung, karna semua yang ia lihat buram. Nafasnya juga mulai tersengal, ia juga merasa pusing. Perlahan matanya menutup begitu  pula dengan denyut jantung yang berangsur-angsur pelan.


TIITTT


Bunyi nyaring dari alat pengukur detak jantung itu terdengar dan menunjukan angka nol pada monitor. Suara bunyi septu dan suara-suara terdengar ramai memasuki kamar Hyo Min, dan mulai memeriksa Hyo Min. Dan mulai melepasi alat-alat yang terpasang pada tubuh Hyo Min.

Di sisi lain Sungmin membawa roti pesanan Hyo Min dengan riang walau hatinya terasa aneh. Hatinya berat. Ia berhenti melangah ketika melihat dokter-dokter dengan cepat memasuki kamar Hyo Min. Ia juga melihat istrinya, terduduk didepan ruangan  Hyo Min sambil menangis histeris sambil dipegangi oleh bibi Jung.

Sungmin menjatuhkan rotinya dan berlari ke arah ruangan Hyo Min. Ia berteriak, ia marah, ia kecewa. Dokter mencegah Sungmin untuk mendekati Hyo Min.

ANDWAE! DIA ANAKKU! JANGAN LEPAS ALAT-ALATNYA! DIA SAKIT! JANGAN!! Hyo Min!!!! Bangun sayang.. bangun!!”


Ayah..  aku sudah tidak sakit.. maaf aku tak menepati janji..

Sungmin tersentak. “Hyo Min?”


=== ===


Tuhan memang tak mengizinkanku memiliki anak yang sepertimu, sehingga ia membawamu kembali kesisinya karna kegagalanku sebagai ayah..



=== END ===




Tidak ada komentar:

Posting Komentar