@SarDhiA || Dad, I’m Sick || Lee Sung Min
–SJ- – Lee Hyo Min || Family – Drama || PG-14 || Ficlet
TATA
TERTIB: R-C-L! DON’T BE PLAGIATORS GUYS J
WARNING!! TYPO
ANYWHERE AND KLEENIX WARNING!!
Cuap-Cuap: ini ayah versi Sungmin, dan
ini dikit banget dari yang Kibum dan Eunhyuk. Tapi, ceritanya juga nggak kalah
kok u-u walau sedikit ancur T.T.
Happy Reading Guys J
=== ===
DIA
titipan tuhan yang ku abaikan..
=== ===
Seorang anak perempuan menatap hamparan
taman di depannya dalam diam. Melihat kupu-kupu yang berterbangan di depannya
dengan acuh tanpa memperdulikannya, tak seperti anak-anak kecil yang akan
berlari mengejar sang binatang rapuh.
Lee Hyo Min..
Sontak ia menoleh. Menoleh pada
seseorang yang mengerti tentangnya. Mengerti dengan kondisinya melebihi orang
tuanya sekalipun.
“Jung ahjumma..” lirihnya. Bibi Jung
adalah orang yang sudah merawatnya dari kecil. Merawatnya seperti merawat
anak sendiri.
“kemari sayang..” ucap bibi Jung. Hyo Min berjalan menghampiri bibi
Jung. Dengan tatapan kasihan bibi Jung memperhatikan
Hyo Min. Oh tuhan apa salah malaikat
kecil ini?
“sekali ini saja.. tidak usah meminum
obat..” pintanya. Bibi Jung harus apa? Sedangkan nyawa Hyo Min sedang terancam.
Leukimia.. kami
segera berusaha mendapat pendonornya..
“bibi Jung?” panggil Hyo Min. Bibi Jung
tersadar. “hanya kali ini.. aku benar-benar tidak ingin menyentuh obat..” pinta
Hyo Min. Tak sadar bibi Jung mengangguk dan Hyo Min bahagia bukan main. Hyo Min
berlari ketengah taman.
“apa salahmu sayang?” gumam bibi Jung
yang memperhatikan Hyo Min yang sedang memetik bunga taman.
=== ===
“kapan ayah pulang?” tegur Hyo Min pada
bibi Jung yang tengah mengupas buah. Bibi Jung menghentikan aktivitasnya. Ia
menatap lekat Hyo Min.
“tidak tahu..” ucap bibi Jung dengan
lesu.
“kapan aku bersekolah seperti biasa?”
tegur Hyo Min lagi. Bibi Jung hanya menatap Hyo Min yang tengah jengah itu.
“tidak tahu..” ucap bibi Jung. Hyo Min
mendengus, tak puas dengan jawaban yang di berikan bibi Jung.
“aku ingin besok aku sekolah!”
Bibi Jung menatap dalam Hyo Min. Hyo Min
memalingkan wajahnya, tak suka dengan tatapan lesu yang dimiliki bibi Jung.
Tangan bibi Jung terangkat ingin menyentuh wajah Hyo Min, namun Hyo Min lebih
dulu menepis tangan bibi Jung.
Hyo Min memandang bibi Jung dengan air
mata yang berada dipelupuk matanya. “aku hanya ingin sekolah!” teriak Hyo Min.
Nafasnya tersengal, dadanya naik turun. Air matanya jatuh.
“Hyo Min..”
“ahjumma!
Hanya bersekolah, tidak lebih. Aku tidak akan lagi menunggu ayah pulang
jika aku bersekolah seperti biasa~”
“akan ahjumma pertimbangkan, selamat tidur”
=== ===
Suara pintu terbuka terdengar menggema.
Saat ia masuk ruangan di rumahnya gelap. Yah, dia berfikir jika seluruh
penghuni rumah sudah tidur, termasuk anaknya. Ia melangkah dengan santai dan
menyalakan lampu.
Betapa terkejutnya ia ketika melihat
seseorang wanita paruh baya di depannya. Ia mendengus, malas bertemu dengan
orang yang ada di hadapannya. Berdebat, itu pasti.
Sungmin.
Yah saat Sungmin ingin berjalan pergi,
suara wanita paruh baya itu terdengar. Memanggil namanya. Sungmin berhenti, ia
menunggu ucapan selanjutnya. Bagaimanapun juga Sungmin menghormati wanita paruh
baya itu sebagai orang yang menyelamatkan hidupnya.
“kembalikan Hyo Min pada ibunya” ucapnya
purau. Sungmin berbalik dengan wajah yang menggambarkan ia tak suka dengan
kalimat yang baru saja terlontarkan itu.
Dia menggeleng tegas. “tidak!”
“kau tidak bisa menjaganya!”
“aku bisa!”
“kau menjadikannya sebagai barang
taruhan”
“tidak!”
“aku tahu itu Sungmin!”
Nafas mereka beradu, mereka berlomba
menghirup udara yang banyak. Sungmin memijat pelipisnya, berupaya untuk
menenangkan dirinya kembali. Dia sering membantah bahwa ia menelantarkan
anaknya, namun kenyataanya? Bukankah begitu?
Sungmin dan istrinya, -Hyo Bin- bercerai
dua tahun lalu. Mengapa? Tentu karna keras kepala sang istri dan keegoisan sang
suami –Sungmin-. Hyo Min sering kali menangis ketika ia terbangun tengah malam
karna suara orang tuanya yang meninggi.
Sungmin dan istrinya bekerja, sehingga
mereka bertemu dimalam hari. Namun, istrinya akan pulang pada pukul 5 dan dapat
mengurus Hyo Min. Sedangkan Sungmin? Pewaris tunggal dari perusahaan ayahnya,
yang jadwalnya tak tentu. Bukan hanya itu, dia juga tidak pernah menghubungi
istri maupun anak ketika Sungmin bekerja! Sehingga Hyo Min juga tidak terlalu
mengenal ayahnya.
Mungkin Sungmin tak peka akan hal itu,
sehingga itu juga sebabnya ia dan istrinya berpisah. Pernah istrinya sudah
berbicara baik padanya, namun Sungmin membantahnya. Dengan berkata ‘aku bekerja
bukan karna aku cinta uang! Aku juga bekerja untuk kalian!’. Karna sudah tidak
kuat akhirlah mereka berpisah.
Namun, itu belum berakhir ketika
dipersidangan. Perebutan hak anak! Tentu saja mereka kembali berdebat hebat.
Istrinya –Hyo Bin- sudah bicara baik-baik untuk mengambil dan merawat Hyo Min.
Tak masalah jika Sungmin merawat Hyo Min, namun istrinya kembali berfikir bahwa
jabatan Sungmin tidak main-main.
Tentu saja Sungmin tidak terima. Dengan
segala ucapan pembelaan diri, Sungmin membantah. Dan yah, Sungmin memang selalu
menang. Hyo Min diambil alih olehnya karna Sungmin dinilai lebih mampu
menghidupkan Hyo Min, ketimbang bersama dengan istrinya.
“Hyo Bin memang lebih baik darimu”
“berhenti menyebut namanya!”
“lalu bisakah kau berhenti sejenak dari
pekerjaanmu dan mengurus Hyo Min?”
Mata Sungmin membulat sempurna kata-kata
itu sama seperti ia dan istrinya bertengkar. Sungmin memutar otaknya, berfikir.
Apa yang salah dengan pekerjaanku? Bukankah pekerjaanku baik?
Sungmin berjalan meninggalkan wanita
paruh baya itu yang tak lain adalah bibi Jung. Tak peduli dengan panggilan dari
bibi Jung, Sungmin tetap berjalan kearah kamarnya dilantai dua, bersebelahan
dengan kamar anaknya.
Saat ia melewati kamar anaknya, ia
mendengar rintihan kecil. Ia berhenti
dan mengernyit, kemudian ia berjalan acuh. Mungkin
hanya mengigau. Sungmin membuka
pintu kamarnya dan membanting dirinya di kasur king sizenya dan ia mulai
melayang ke alam mimpinya..
=== ===
Ayah..
aku sakit.. ayah~
Mata Sungmin terbelalak dan nafasnya
memburu, keringat bercucur dari keningnya. Ia baru saja mendengar suara Hyo Min
yang merintih kesakitan. Ia memijat pelipisnya, dan menengok jam dinding. Pukul
7!
“oh astaga!”
Sungmin segera menyingkapkan selimutnya
dan terkejut melihatnya yang tidur dengan menggunakan setelan kerjanya kemarin.
Segera ia berlari kecil ke kamar mandi yang berada di kamar mandi. Ia mandi ala kadarnya dan segera melesat
mengambil keperluannya.
Dengan langkah terburu, ia keluar dari
rumahnya dan membiarkan gerbang terbuka ketika ia meneluarkan mobilnya. Karna
dalam pikirannya ‘Jung ahjumma pasti
akan menutupnya’. Namun, kenyataannya adalah dalam rumahnya tak ada orang.
Bibi Jung membawa Hyo Min kerumah sakit
pada pukul 12 malam tepat saat Sungmin memasuki kamarnya. Saat bibi Jung
memasuki kamarnya, lampu merah yang berada disamping kasurnya menyala yang
menandakan bahwa Hyo Min ada sesuatu. Yah, itu karrna lampu ittu tersetting
dengan kondisi kamar Hyo Min.
Segera bibi Jung masuk ke kamar Hyo Min,
dan memang benar Hyo Min merintih kesakitan dan suhu badannya sangat tinggi.
Tanpa pikir panjang bibi Jung segera menggedong Hyo Min membawanya ke rumah
sakit tanpa sepengetahuan Sungmin.
“bagaimana kondisinya?”
“kritis, dia sedang kritis” ucapan
dokter itu membuat bibi Jung lemas. Bibi Jung bersandar pada dinding. “apakah
ia tidak meminum obatnya?”
Obat!
Bibi Jung mengutuk dirinya sendiri, yah
kemarin sore ia menuruti Hyo Min untuk tidak meminum obat. “ya” ucap bibi Jung
dengan lesu.
“kita hanya dapat berdoa”
=== ===
Ayah,
tolong aku.. aku sakit, sungguh.. ayah.. hiks
Sungmin!
Hyo Min! Dia sakit.. tolong dia..
Sungmin!
“Sajangnim!”
“oh!”
Sungmin terkejut ketika secara bersamaan
banyak suara yang masuk dalam pendengarannya. Sungmin menegakkan tubuhnya, ia
tertidur. Hee Chul. Sahabat serta sekretarisnya itu menatap aneh pada Sungmin
yang seperti orang kebingungan. Wajah Sungmin juga pucat.
“kau sakit?”
“tidak”
“pulanglah”
“aku sungguh tidak apa-apa”
“sigh~ aku mengizinkan kau cuti..
pulanglah”
Sungmin melirik Heechul sekilas,
kemudiaan tangannya terulur pada dokumen yang ingin ia tanda tangani.
“pekerjaanmu biar aku yang tangani..” ucap Heechul. Sungmin berhenti. Ia
melihat Heechul bingung..
“hey hey! jangan menatapaku seperti itu!
aku hanya ingin kau istirahat. Hanya itu” Sungmin menghela nafasnya. Mungkin
memang ia harus beristirahat. Sungmin mengangguk dan membereskan
barang-barangnya.
“aku mempercayaimu”
Sungmin melangkah meninggalkan
ruangannya, dan tesisalah Heechul sendiri. Heechul tersenyum teduh, “aku
melakukannya juga karna ingin melihatmu dengan anakmu”
=== ===
Sungmin mengernyitkan dahinya ketika
melihat mobil sport merah terpakir pada garasi rumahnya. Ia memasukan mobil SUV
hitamnya kegarasi dan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil sport itu. sungmin
sedikit mendapat gambaran dari pemilik mobil. Istrinya. Yah, mobil yang sangat
diidamkan istrinya, namun banyak yang memiliki mobil seperti ini.
Segera Sungmin melangkah memasuki
rumahnya, dan ia terkejut mendapati seorang perempuan sedang duduk menyesap
teh. Tidak sopan! Baru saja Sungmin
ingin mengeluarkan suaranya. Perempuan itu sudah lebih dulu.
“dia sakit, apakah kau tahu?” yah suara
itu, suara seseorang yang tak pernah lagi ia dengar setelah dua tahun.
Istrinya, dia Hyo Bin. Sungmin terperanjat kehadirannya dan ucapannya. Hyo Bin
bangkit, dan menghadap ke arah Sungmin yang jaraknya kurang lebih sepuluh
langkah darinya.
“apa maksudmu?”
“sudah ku duga. Kapan kau akan perduli
pada anakmu?”
“aku sudah perduli!”
“lalu bagaimana bisa kau tidak tahu
bahwa dia sakit?” air mataa jatuh dari pelupuk mata Hyo Bin. Sungmin menatapnya
dengan bingung. Ia mengalihkan
pandangannya. “Leukimia”
“apa?”
“Leukimia ada ditubuhnya Sungmin!
Stadium akhir!”
“apa? Kau bilang apa?”
“Sungmin dia membutuhkanmu..” ucap Hyo
Bin. Ia berlutut di depan Sungmin dan menangis. Sungmin berteriak frustasi.
“bodoh! Kenapa kau ada disini?! Kenapa
kau memberitahuku? Aku tak pantas! Bukankah kau sama saja denganku yang tak
peduli pada Hyo Min jika kau disini! Kenapa kau tak menemaninya? Kenapa kau
bodoh Lee Hyo Bin!”
“dia membutuhkanmu! Dia mencari ayahnya
Lee SungMin!”
Mendengar hal itu Sungmin segera pergi
melesat ke rumah sakit. Matanya sembab dan pucat. Ia mengendarai mobil dengan
sangat kencang sehingga membuat keributan di jalan. Namun, ia tak peduli dengan
keadaan itu, yang ia pikir hanyalah Hyo Min, anaknya..
=== ===
Sungmin melangkah memasuki ruangan
tempat Hyo Min terbaring. Sungmin mengelus kepala Hyo Min dengan pelan.
Tiba-tiba mata Hyo Min terbuka pelan membuat Sungmin beerhenti mengusap. Hyo
Min menoleh dan mendapati sang ayah.
“ayah” ucapnya lesu. Air mata Sungmin
jatuh, ia jarang dipanggil ayah karna mereka jarang bertemu. “uljimma..” ucap Hyo Min sembari
menghapus air mata Sungmin yang mengalir. Hati Sungmin berkedut.
“maafkan ayah sayang.. maaf karna tak
ada disamping Hyo Min.. maaf” ucap Sungmin. Hyo Min tersenyum dan mengangguk
pelan. Ia bahagia karna bisa melihat ayahnya secara dekat.
“ayah berjanjilah, untuk selalu
disampingku, tidak pulang terlalu malam setidaknya beri kabar? Yaksok?” ucap
Hyo Min seemari menyodorkan jari kelingking kecilnya. Sungmin mengangguk, dan
menautkan kelingkingnya di kelingking Hyo Min.
“Hyo Min juga haarus berjanji, jangan
tinggalkan ayah?”
“eum, yaksok!”
Sungmin tersenyum melihat Hyo Min yang
tersenyum kearahnya. “ayah.. aku lapar..”
“benarkah?”
“eum, tapi tidak mau makanan rumah
sakit.. aku ingin roti”
“oke! Tunggu sebentar sayang”
Sungmin berjalan keluar meninggalkan Hyo
Min. Namun, entah mengapa perasaannya tak mau meninggalkan Hyo Min. Ia takut,
sangat takut kehilangan Hyo Min. Namun, ia juga harus membeli makanan untuk Hyo
Min.
Di satu sisi, Hyo Min melihat sekelilingnya bingung, karna semua
yang ia lihat buram. Nafasnya juga mulai tersengal, ia juga merasa pusing.
Perlahan matanya menutup begitu pula
dengan denyut jantung yang berangsur-angsur pelan.
TIITTT
Bunyi nyaring dari alat pengukur detak
jantung itu terdengar dan menunjukan angka nol pada monitor. Suara bunyi septu
dan suara-suara terdengar ramai memasuki kamar Hyo Min, dan mulai memeriksa Hyo
Min. Dan mulai melepasi alat-alat yang terpasang pada tubuh Hyo Min.
Di sisi lain Sungmin membawa roti
pesanan Hyo Min dengan riang walau hatinya terasa aneh. Hatinya berat. Ia
berhenti melangah ketika melihat dokter-dokter dengan cepat memasuki kamar Hyo
Min. Ia juga melihat istrinya, terduduk didepan ruangan Hyo Min sambil menangis histeris sambil
dipegangi oleh bibi Jung.
Sungmin menjatuhkan rotinya dan berlari
ke arah ruangan Hyo Min. Ia berteriak, ia marah, ia kecewa. Dokter mencegah
Sungmin untuk mendekati Hyo Min.
“ANDWAE!
DIA ANAKKU! JANGAN LEPAS ALAT-ALATNYA! DIA SAKIT! JANGAN!! Hyo Min!!!! Bangun
sayang.. bangun!!”
Ayah.. aku sudah tidak sakit.. maaf aku tak menepati
janji..
Sungmin tersentak. “Hyo Min?”
===
===
Tuhan
memang tak mengizinkanku memiliki anak yang sepertimu, sehingga ia membawamu
kembali kesisinya karna kegagalanku sebagai ayah..
=== END ===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar