Sabtu, 16 November 2013

Real Life




@SarDhiA || Real Life || OC - Sehun – Luhan || PG || Drama – Angst – Romance || Slash || Oneshoot

TATA TERTIB: R-C-L AND DON’T BE PLAGIATORS!!

WARNING TYPO ANYWHERE!!


Disclamer:

Kisah ini, tak pernah ku temui sebelumnya.. namun, ini nyata pada kehidupanku..

=== ===



Seorang lelaki melangkahkan kakinya dengan riang. Angin yang menerpanya membuat helaian rambutnya berterbangan kecil. Wajah putih, tinggi, dan diidolakan, itulah dia Oh Sehun. Dia mengangkat sebelah tangannya melambai pada sosok seorang lelaki, Xi Luhan. Pria berdarah China yang selalu dekat dengan Oh Sehun selama kurang lebih 1 tahun.

Sehun melangkah dengan cepat, menghampiri Luhan yang duduk di bangku taman. Sehun memeluk Luhan. “maafkan aku, lama menunggu?” ujar Sehun saat mereka melepas pelukan mereka.

“tidak, aku baru datang.. sekitar lima menit yang lalu mungkin..” ungkap Luhan sambil mengukir senyum pada wajahnya. Sehun mengangguk, menggandeng tangan Luhan secara terang-terangan. “Sehun—“

“biarkan mereka tahu..” ucap Sehun dengan tenang. Namun, Luhan ragu. “tapi, dunia melarangnya..” bantah Luhan dengan lembut.

“lebih berbahaya jika salah satu dari kita berganti jenis..” ungkap Sehun. Luhan berfikir, lalu ia mengangguk, menyetujui ucapan Sehun yang menurut Luhan masuk akal.


=== ===


Sehun melangkahkan kakinya dengan santai sambil menggandeng tangan Luhan memasuki apartemen Luhan. Mereka memasuki kamar yang hanya terdapat satu buah kamar tidur. Ragu, itulah yang dirasakan Luhan saat ia dan Sehun memasuki kamar miliknya –milik Luhan-.

Sehun membanting tubuhnya di ranjang. Namun, Luhan diam termenung hanya memperhatikan Sehun yang memejamkan matanya. Tiba-tiba Sehun membuka matanya menoleh ke arah Luhan. “berbaringlah disampingku..” ujar Sehun. Luhan mendekat kearah Sehun.

Luhan duduk di pinggir ranjang. “apa ini tidak berlebihan?” ujar Luhan. Sehun mengedipkan matanya. Ia bangkit, duduk disamping Luhan. “apanya?” ujarnya dengan polos. Luhan mengedipkan matanya berkali-kali. “apa yang kau pikirkan?”

Luhan menggeleng, “tidak, tidak ada..” Sehun mengerutkan keningnya. “Luhan..” lirih Sehun. Sehun menggenggam tangan Luhan. “percayalah padaku..” ucap Sehun. Belum sempat Luhan menjawab, tubuh Luhan di dorong pelan oleh Sehun.

“percayalah padaku.. kita akan terus bersama..”

“Sehun..”


=== ===


Luhan mengerjapkan matanya. Tubuhnya dingin. Ia sadar apa yang ia lakukan semalam. Dia sudah menjadi milik Sehun seutuhnya, begitu pula dengan Sehun. Luhan bangkit namun ia merasakan seseorang memeluk pinggangnya.

Luhan melirik siapa pemilik tangan itu, Sehun. Sehun masih pulas dengan alam mimpinya. Luhan mendengar bunyi ponsel. Ia mencari ponsel Sehun, karna ia tahu itu bunyi ponsel milik Sehun.

Luhan menggapai ponsel Sehun. Melihat siapa sang penelpon, ibu. yang menelfon adalah ibu Sehun. Belum sempat tangan Luhan menggeser layar pada ponsel Sehun untuk mengangkat telfonnya, panggilannya telah dimatikan. Di amatinya layar ponsel Sehun. 39 panggilan tak terjawab.

“Sehun” panggil Luhan. Tangan Luhan menjulur menggoyangkan badan Sehun. Sehun mengerang pelan, namun tak menunjukan bahwa ia telah meninggalkan dunia mimpinya itu. “Sehun, bangunlah..” ujar Luhan. Sehun akhirnya menunjukan kehidupannya. Matanya mengerjap dengan polos.

“ada apa?”

“ibumu menelfon sebanyak 39 kali, Sehun.. telfon ibumu sekarang..”


=== ===


“ibu! Sudahku katakan aku bisa menentukan hidupku sendiri!” bantah Sehun. Berulang kali Sehun berkata seperti itu kepada sang ibu dan berulang kali juga ibunya berkata “temui Eun Soo..temui gadis itu” yah, sudah enam bulan sejak ibu Sehun mengetahui bahwa anaknya –Sehun- tidak menyukai seorang gadis dan memilih lelaki sebagai kekasihnya.

“ibu, percayalah padaku!” tegas Sehun. Ibunya menggeleng, “ibu percaya padamu tapi tidak untuk ini.. kau abnormal..” ucap ibu Sehun.

“ibu! Di dunia ini bukan hanya aku yang mencintai seperti ini, bahkan mereka—“

“dengarkan permintaan ibu! Menikahlah dengannya, Sehun!”

“ibu!”


=== ===


Setahun sudah Sehun dan gadis pilihan ibunya itu menikah. Sehun hanya menganggap gadis itu –Eun Soo- sebagai pembantu rumah tangga. Sehun bersikap dingin dan acuh. Setahun yang lalu, tepat tiga hari setelah Sehun menikah, ibu Sehun meninggal dunia dan itu membuat Sehun beranggapan bahwa gadis yang bersamanya itu pembawa sial.

Sudah bertumpuk surat cerai yang di layangkan Sehun untuk Eun Soo. Namun, tak ada satupun yang di tanda tangani oleh gadis itu. gadis itu hanya berkata “aku di suruh ibumu untuk menjagamu”. Ucapan itu membuat Sehun  frustasi.

“Sehun, minumlah teh ini sebelum—“

“tidak terimakasih” ucap Sehun dingin. “aku ingin bertemu Luhan..” yah, walaupun Sehun dan Eun Soo sudah menikah Sehun tetap menjalin hubungan dengan Luhan walaupun Luhan enggan menjalani hubungan itu.

Eun Soo menggenggam lengan Sehun saat Sehun mulai beranjak “kapan kau berubah? Mencintai.. wanita?” Sehun mendengus. Pertanyaan konyol.

“apakah itu penting? Aku mencintai Luhan, bukan karna Luhan lelaki atau apapun.. aku mencintai Luhan” ungkap Sehun.

“tapi, Luhan lelaki dan kau juga..”

“aku mencintai Luhan bukan karna jenisnya!”


=== ===


“aku mencintaimu Sehun..”

“aku juga mencintaimu Luhan.. percayalah padaku..”

Sehun dan Luhan dua insan itu di terangi cahaya rembulan malam. Jendela kamar Luhan yang di buka membuat cahaya bulan dan angin malam menerpa wajah mereka. Romantis. Itulah gambar keadaan mereka.

Sehun memeluk Luhan dari belakang. Mengikat Luhan untuk jangan pergi, begitupun Luhan yang tak mau pergi dari Sehun walau dia tahu perbuatannya salah. Tapi, satu hal yang tak pernah di ketahui Sehun. Sesuatu yang enam bulan terakhir Luhan sembunyikan dari Sehun. Membuat Luhan tak tega.

“tapi aku tak yakin..” gumam Luhan. Manik matanya menatap bulan yang tengah menyaksikannya dengan Sehun. Sehun melirik Luhan.

“tak yakin? Kenapa? Apa yang salah?” ucap Sehun. Luhan memejamkan matanya, merasakan detak jantungnya yang berdenyut pelan. Sehun mengeratkan pelukkannya, Luhan dapat merasakannya.

“kau akan sakit nantinya.. Sehun..” ucap Luhan pelan. Sehun mendengarnya, namun Sehun hanya diam. Mencerna perkataan Luhan, yang sulit ia mengerti.


=== ===


Tok tok.. ketukan pintu rumah milik Sehun dan Eun Soo. Yah, setidaknya begitulah Eun Soo menyebutnya, lagi pula Eun Soo pun tinggal di rumah Sehun bukan?

Dengan cepat Eun Soo berjalan menuju pintu, berharap si pengetuk pintu adalah suaminya –Sehun-. Eun Soo menarik gagang pintu dan saat pintu terbuka, Eun Soo dapat melihat si pengetuk pintu. Terkejut. Itulah yang Eun Soo rasakan.

“kau—“ ucap Eun Soo tertahan. Si pengetuk pintu itu tersenyum ramah padanya. Luhan. Yah, orang itu Luhan. Berkali-kali Eun Soo mengedipkan matanya tak percaya.

Di depannya ada ‘kekasih’ suaminya. Oh, demi tuhan, jika kekasih suaminya adalah wanita yang cantik bahkan lebih darinya mungkin Eun Soo merelakan Sehun dengan kekasihnya. Tapi, apa yang di lihatnya kini bahkan lebih mengejutkan dari apa yang dipikirkannya tentang Luhan.

Luhan, lelaki itu cantik bahkan melebihi dirinya yang seorang wanita. Eun Soo berfikir, apakah karna Luhan cantik Sehun jadi menyukai Luhan?

“Eun Soo? Oh Eun Soo? Nyonya Oh?” tangan Luhan melambai-lambai di depan penglihatan Eun Soo. Terkejut.

“maaf? Apa yang kau katakan?” ulang Eun Soo. Ia menggaruk tengkuknya canggung. Berfikir, ia berfikir lagi. Apakah Luhan menyamar menjadi lelaki? Dia cantik. Lebih cantik dari yang waktu aku melihatnya dari jauh.

“Eun Soo!” pekikan kecil mengejutkan Eun Soo. Eun Soo mengerjap kaget. Di lihatnya Luhan dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati, suaminya –Sehun- merangkul Luhan. Sejak kapan?

“apa yang kau pikirkan? Ada tamu kenapa tidak di suruh masuk? Dasar bodoh” Eun Soo menunduk meminta maaf.

“ta-tapi.. kenapa kau sudah pulang?”

“bukan urasanmu! Minggir!”


=== ===


Malam hari, dan waktu makan malam. Tak ada yang bisa dibicarakan oleh Eun Soo. Eun Soo hanya bisa mendengar canda tawa dan obrolan Sehun dan Luhan. Jika boleh memilih, Eun Soo hanya ingin mendengarkan dentuman alat makan saja dari pada obrolan Sehun dan Luhan.

Eun Soo menaruh sendoknya. Ia bangkit dan berkata “aku sudah selesai”

Diam. Tak ada sautan dari Sehun, Sehun hanya terus berbicara pada Luhan yang tak terlalu memperhatikannya. Luhan memandang Eun Soo sambil tersenyum. Eun Soo membalas senyum itu dengan senyum kecil.

“Sehun, jangan seperti itu.. aku tahu kau mendengarnya..” ucap Luhan dengan lembut. Sehun diam. Malas untuk menjawab pertanyaan Luhan. Luhan menghentikan aktivitas makannya, menggenggam lengan Sehun dengan lembut

Sehun berhenti, menatap Luhan dengan malas “kumohon, jangan paksa aku.. apa yang salah denganmu? Aku mencintaimu bukan mencintainya” ucap Sehun dengan lirih. Luhan menggeleng.

“merespon bukan berarti mencintai bukan?” ujar Luhan. Sehun menunduk, merenungkan ucapan Luhan yang masuk akal.

“maaf” kata itu keluar dari mulut Sehun dan Luhan bersamaan. Sehun mengangkat kepalanya begitupun Luhan yang langsung menatap Sehun.


=== ===


Malam yang dingin di musim dingin. Menggigil. Itulah yang dirasakan Eun Soo di atas ranjangnya. Ia memeluk tubuhnya sendiri. Alat pemanas yang berada di kamarnya tak berfungsi. Pindah ke kamar Sehun? Oh, pasti dia akan mengganggu dua insan.

Pagi menjeleng, tubuh Eun Soo masih menggigil. Ia meringkuk di atas ranjang. Di naikannya selimut supaya menutupi sekujur tubuhnya.

EUN SOO!

Panggilan yang beralamat pada Eun Soo terdengar. Namun, Eun Soo tetap diam, matanya tak mau membuka merasa enggan untuk melihat sipemanggil itu.

Brak!

“pemalas! Bangun!”

“Sehun, jangan!”

Teriakan Sehun yang membuka pintu serata suara Luhan yang berusaha menghentikan Sehun. Sehun menarik selimut yang menutupi tubuh Eun Soo. “pemalas! Bangun!”

“aku lelah.. lelah” gumam Eun Soo, mungkin lebih terarah pada igauannya. Luhan terkejut melihat Eun Soo. Melihat Eun Soo yang meringkuk kedinginan dan keringat dingin membanjiri Eun Soo.

Luhan melangkah ke arah Eun Soo. Menempelkan punggung tangannya pada kening Eun Soo. “oh astaga Sehun!” pekik Luhan.


=== ===


Sehun memandang dingin ke arah Eun Soo dan Luhan, mungkin hanya Eun Soo. Luhan menyuapi Eun Soo yang lemah. Tadi, saat di periksa oleh Luhan tubuh Eun Soo sangat panas. Sekali-kali Sehun membuang nafasnya gusar.

Sehun menepuk pundak Luhan, membuat Luhan menoleh. Eun Soo menatap datar Sehun. Sehun melirik Eun Soo sekilas, lalu menatap Luhan. Sehun menggeleng dan memutuskan untuk pergi. Tak mau mengganggu Eun Soo.

“untuk apa merawatku?” ujar Eun Soo. Luhan hanya tersenyum kecil. Membuat Eun Soo mengerutkan keningnya. “apa kau perempuan?” pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Eun Soo. Luhan tertawa kencang. Bodoh. Itulah yang diruntuki Eun Soo.

“kau lucu” ucapan riang itu membuat Eun Soo bengong. “kau polos” Eun Soo mengedipkan matanya tak percaya.

“jika kau ingin bicara bahwa aku bodoh tidak apa-apa..” gerutu Eun Soo. Lagi. Luhan tertawa kencang membuat Eun Soo memiringkan kepalanya.

Luhan tampan, karna ketampanannya itu membuatnya cantik..


=== ===


Hari demi hari di jalan oleh Sehun, Luhan, Eun Soo, keluarga kecil yang hidup dengan kurang normal. Dan hari ini, ketidak normalan itu terjadi lebih aneh dari biasanya. Hari ini, hari dimana pernikahan Sehun dan Luhan.

Air mata Eun Soo jatuh, ia merasa gagal. Gagal membuat Sehun menjadi normal dan gagal melaksanakan pesan ibu Sehun. Pesan yang harus selalu menjaga Sehun. Eun Soo dan Sehun memang tidak bercerai, namun Sehun tidak memperdulikan Eun Soo yang telah melarangnya.

“bersedia atau tidak-kah anda Oh Sehun selalu bersama Xi Luhan dalam keadaan bahagia ataupun sedih, sehat ataupun sakit sampai maut yang memisahkan kalian?” ucapan pendeta itu membuat Eun Soo kembali pada masa ia dan Sehun berdiri di altar.

“ya, saya bersedia selalu bersama Xi Luhan dalam keadaan bahagia ataupun sedih, sehat ataupun sakit sampai maut memisahkan kami..” ucapan lantang Sehun yang cepat membuat Eun Soo menangis. Dulu, saat mereka menikah Sehun diam selama beberapa saat.

“anda Xi Luhan, bersedia atau tidak-kah anda selalu bersama Oh Sehun dalam keadaan bahagia maupun sedih, sehat ataupun sakit sampai maut memisahkan kalian?”

Luhan diam. Tak ada jawaban darinya, membuat Eun Soo berhenti menangis dan terheran-heran. Sehun menoleh pada Luhan. Luhan menarik nafasnya dan.. “saya—“

Eun Soo menggenggam kedua tangannya erat, berharap Luhan tidak bersedia. “saya bersedia selalu bersama Oh Sehun dalam keadaan bahagia ataupun sedih, sehat ataupun sakit sampai maut memisahkan kami..” ucapan Luhan yang lirih itu membuat senyum merekah dari bibir Sehun dan membuat Eun Soo lumpuh kembali.

“sekarang, kalian resmi menjadi sepasang insan yang di persatukan di depan tuhan.. semoga tuhan memberkati kalian..”

Seolah dunia telah berputar, hanya Eun Soo saksi satu-satunya di pernikahan Sehun dan Luhan, hanya ia satu-satunya yang melihat persatuan Sehun dan Luhan.

=== ===


Lima bulan berlalu semenjak hari pernikah Sehun dan Luhan. Eun Soo, satu-satunya orang yang di tempatkan sebagai obat nyamuk, dan pembantu rumah tangga. Sudah tiga kali Sehun mengirim surat cerai pada Eun Soo dan Eun Soo hanya menyimpannya.

Sudah dua hari Sehun pergi keluar kota karna ada pekerjaan yang mengharuskan Sehun pergi. Dan tentu saja, di rumah hanya ada Luhan dan Eun Soo. Dan satu hal mengganjal pada Eun Soo dengan wajah Luhan yang kian memucat.

Prang! Dan kini Eun Soo harus membereskan pecahan dari gelas kaca yang di bawa oleh Luhan. “oh maafkan aku Eun Soo.. aku benar-benar—“

“tidak.. sungguh tidak apa-apa..” ucap Eun Soo sambil tersenyum, namun tetap saja Luhan merasa tak enak.

“ada satu hal yang harus kau ketahui..” gumam Luhan dengan lirih. Eun Soo mendongak, mengerutkan keningnya tak mengerti. Luhan tersenyum, namun terukir kesedihan dengan senyumannya.

“aku.. aku terkena.. kanker dan alzhaimer..” ucap Luhan pelan. Sontak Eun Soo menjatuhkan pecahan kaca yang sudah ia rapikan.

“Eun Soo!” pekikan suara Sehun. Eun Soo dan Luhan menoleh ke arah suara. Terdapat Sehun yang memegang koper sedang berjalan ke arahnya. “kalau kau ingin bunuh diri dengan serpihan itu, jangan di sini!” ucapan Sehun tak sepenuhnya di dengar oleh Eun Soo. Suara Luhan masih mengalun di telinganya.

Eun Soo mendongak, melihat Sehun lalu Luhan. Luhan berkata jangan beritahu Sehun tentang itu, maaf dengan gerakan mulutnya. Eun Soo mengangguk, ia akan menutupnya rapat-rapat.

“bagus jika kau mengerti bunuhlah dirimu” ucapan yang pedas itu membuat Eun Soo terlonjak.


=== ===


Hembusan angin malam menerpa Eun Soo. Eun Soo memejamkan matanya, merakan hembusan angin itu menerpa wajahnya. Dingin. Bahkan hatinya lebih dingin dari angin itu. helaian rambut Eun Soopun ikut berterbang kecil mengikuti angin yang menerpanya.

Ia butuh ketenangan. Sangat butuh. Kejadian yang ia alami membuatnya frustasi. Mundur? Dia tidak akan pernah mau mundur dari takdir. Itu mencerminkan bahwa ia memang benar-benar bodoh.

“kau adalah penjaga Sehun selanjutnya, kumohon jaga dia..” Eun Soo membuka matanya. Datar. Mungkin ia lelah dengan takdir cerita kehidupannya ini.

“dia sudah tidur?” ucap Eun Soo. Luhan, orang itu Luhan. Luhan mengangguk walau tak di lihat oleh Eun Soo. “dia mencintaimu..” gumam Eun Soo pelan. Luhan duduk di samping Eun Soo.

“aku tahu itu..” ucap Luhan ringan. Denyut jantung Eun Soo semakin pelan.

“tapi aku mencintainya..” ujar Eun Soo dengan pelan. Luhan tersenyum “aku tahu itu..” balas Luhan. Eun Soo menjatuhkan pandangannya, ia menunduk. Meremas tangannya hingga kukunya menancap pada kulitnya. Air matanya jatuh.

“tapi dia mencintaimu.. Luhan” ucapnya dengan gemetar. Luhan menepuk-nepuk punggung Eun Soo. Eun Soo menangis, menangis di depan Luhan. Biasanya Eun Soo akan menangis di kamarnya. Menangisi takdirnya. Namun, Luhan tahu itu.

“maafkan aku.. biarkan aku bersama Sehun.. aku hanya sementara bersamanya.. penyakit ini akan menghabisi nyawaku secepatnya.. kau harus menjaga Sehun.. ku mohon jangan lari dari garis takdirmu..” Eun Soo berhenti menangis begitu juga tepukan di punggungnya. Luhan mengusap kepala Eun Soo. Mungkin jika orang-orang melihat mereka, mereka adalah sepasang kekasih.

“Luhan..” lirih Eun Soo. Luhan hanya menjawab dengan gumaman. “bisakah kau tarik ucapanmu? Aku tidak bisa berjanji padamu jika kau benar-benar pergi.. aku—aku benar-benar tidak tahu cara menjaga Sehun..”

Luhan menurunkan tangannya dari kepala Eun Soo. Tangan Luhan menggenggam lembut tangan Eun Soo yang dingin. “tidak apa.. asal jangan lari dari takdirmu.. ku mohon..”

Eun Soo menarik tangannya. “aku tidak akan lari. Jika aku lari, aku benar-benar orang bodoh dan pengecut”

Luhan tersenyum “dan di saat, aku lupa pada kalian.. tolong jangan beri tahu Sehun..” Eun Soo mengangguk.


=== ===


Lima bulan berikutnya, penyakit yang di derita Luhan nampaknya sudah mampu membuat Sehun merasa curiga ada yang tak beres. Selama satu bulan belakangan Luhan sering pusing dan lupa akan sesuatu yang Sehun janjikan padanya.

Sehun berlari kecil sambil meneriakan nama Luhan. Hari ini, hari dimana Luhan berulang tahun. Tentu saja, kejutan sedang menunggu Luhan. Namun, orang dicari olehnya tak kunjung keluar. Sehun menggeledah ruangan-demi ruangan di rumah. Namun, tak ada orang.

“kemana Eun Soo dan Luhan?” gumam Sehun. Sehun melirik jam yang menempel pada dinding rumahnya itu. pukul 9. Masih terlalu pagi untuk mereka pergi. Sehun mendenngus.

Sehun memutar balik tubuhnya dan berjalan menuju pintu. Ia menarik daun pintu dan membuka pintu rumahnya. Sehun memicingkan matanya ketika melihat dua orang membuka gerbang rumahnya. Eun Soo dan Luhan. Sehun melihat Luhan yang di tuntun oleh Eun Soo.

Sehun termenung. Berfikir dengan segala kekonyolan yang ia lihat. Eun Soo dan Luhan? Sehun menggeleng. Menakutkan. Yah, menakutkan jika Luhan menyukai Eun Soo.

Luhan dan Eun Soo mendekat pada Sehun atau lebih tepatnya ingin memasuki rumah. Sehun tersenyum pada Luhan. “Selamat ulang tahun..” ucap Sehun. Luhan dan Eun Soo mengerutkan keningnya. Eun Soo berfikir, ini bukan hari ulang tahunku, jadi.. apakah Luhan?

“apa? Siapa yang berulang tahun?” ucap Luhan dengan nada biasa. Tentu Sehun terkejut, mustahil jika Luhan melupakan hari pentingnya. Eun Soo makin bingung, jika Luhan tidak ulang tahu, lalu siapa? Sehun?

“kau—kau melupakannya?” ucap Sehun terbata. Luhan memutar otaknya dan tak menemukan apapun.

Luhan menggeleng “aku tak tahu apapun..” sontak Sehun terkejut. Dari ekspresi yang ditunjukan Sehun, Eun Soo dapat mengetahuinya. Eun Soo menoleh pada Luhan, penyakitnya sudah mulai terlihat.. dan Sehun tak akan pernah tahu sampai waktunya tiba.


=== ===


Hari demi hari, dan bulan demi bulan selih berganti. Penyakit yang di tutupi Luhan mulai beraksi menunjukan pada dunia luar. Sehun. Tentunya dia yang mempunyai tanda tanya besar di dalam otaknya melihat Luhan sangat aneh. Mulai dari sering sakit kepala, dan melupakan hal kecil.

Di ruang kerjanya, Sehun termenung. Memejamkan matanya dan memijat pelipisnya perlahan. Aneh. Sangat aneh jika Luhan pelupa. Bahkan ingatan Luhan jauh lebih kuat dibandingkan Sehun. Sesuatu telah terjadi dan di sembunyikan.

Sehun tersentak ketika mendengar pintu kamar terbuka –ruang kerja Sehun dalam kamarnya-. Ia diam, ingin tahu apa yang selanjutnya terjadi.

Luhan.. Luhan..

Seseorang memanggil, dan Sehun tahu siapa pemilik suara itu. Eun Soo. Sehun bangkit, berjalan lebih dekat ke arah pintu yang terbuka sedikit. Sehun mengintip. Melihat Eun Soo yang memberi  Luhan obat.

Apa ini? Dan apa yang sedang terjadi? Itulah kata-kata yang memutari otak Sehun.


=== ===

Luhan berlari menuju kamar mandi. Memuntahkan seluruh isi perutnya. Kepala pening dan perut sering sakit. Penyakit yang di derita Luhan makin lama makin buruk. Bahkan sekarang penglihatan Luhan berkurang dan ingatan Luhan makin parah.

Luhan kini mulai lupa dengan siapa Sehun, kejadian yang kemarin bahkan dibingung kenapa ada Sehun yang notebanenya ia tidak kenal. Bahkan kadang Luhan bingung mengapa ia berada bersama Sehun. Hanya seorang yang di ingat Luhan, Eun Soo. Eun Soo selalu berusaha membuatt Luhan ingat dengan segala hal, walau akhirnya Luhan akan menghilangkan memori itu.

Luhan bersandar pada dinding kamar mandi. Menyalakan shower dan membasahkan dirinya dengan air dingin itu. mandi ditengah malam? Oh tentu tidak boleh. Darah segar mengalir dari hidung Luhan, bercampur dengan air yang mengalirinya.

Luhan menunduk, melihat tetesan air yang berwarnaa merah. Luhan mengepalkan tangannya. “aargghhhh!!!”

Dug dug dug!

“LUHAN! KAU KENAPA!” gedoran serta teriakan yang berasal dari luar kamar mandi itu terdengar. Sehun. Luhan terduduk dilantai yang dingin. Lagi. Luhan berteriak membuat Sehun panik.

“EUN SOO!” teriakan Sehun memanggil Eun Soo membuat Luhan berdiri dan berjalan dengan terhuyung menuju pintu kamar mandi. Luhan membukanya.

Sontak Sehun terkejut melihat Luhan yang membuka pintu. Luhan tersenyum dan berkata “dimana—Eun Soo?” bruk~

Luhan ambruk di pelukan Sehun. Sehun memeluk Luhan dan merasakan suhu badannya. Panas. Sehun membawa Luhan keranjang, mengganti  pakaian Luhan. Namun ia berfikir, hubungan antara Luhan dan Eun Soo apa?


=== ===


EUN SOO!

Dengan langkah terburu Eun Soo menghampiri Sehun. Aneh. Sungguh aneh. Mengapa Sehun meneriakan namanya lagi setelah tengah malam Sehun meneriakan namanya dan saat ia menghampiri Sehun, Sehun mengusirnya.

“Sehun, ada ap—“ belum sempat Eun Soo menanyakan apa yang terjadi. Sehun telah mendorong Eun Soo sehingga Eun Soo menabrak dinding dan terjatuh. “argghh~”

“dimana Luhan?!” teriak Sehun. Eun Soo tak menjawab. Sehun merendahkan tubuhnya, ia mengangkat kepala Eun Soo. “aku bertanya padamu, dimana LUHAN?!” teriak Sehun teepat pada wajah Eun Soo.

“a—aku.. aku tidak tahu.. sungguh”  ucap Eun Soo. Jawaban Eun Soo tentu  belum  membuat Sehun puas. Sehun mendorong kepala Eun Soo hingga terbentur pada dinding.

“lalu apa hubunganmu dengan Luhan?!” nada suara Sehun meninggi. Eun Soo menggeleng, merasa tertekan. “JAWAB!”

“TIDAK ADA!”

“KAU BOHONG!”

“AKU TIDAK BOHONG!” deru nafas mereka beradu. Sehun diam, merasa lelah untuk berdebat. “Sehun.. Alzhaimer dan kanker.. berada ditubuhnya..” gumam Eun Soo. Diam. Sehun masih mencerna perkataan Eun Soo yang menurutnya konyol.

“kau... pasti bohong~” lirih Sehun. Eun Soo menatap sendu Sehun. Sehun mundur dengan teratur.

“Sehun~”

“ti—tidak! Kau pasti berbohong! Kau pembohong!”


=== ===


Lima bulan telah berlalu, Luhan belum di temukan, padahal surat kabar telah di penhi dengan informasi orang hilang. Eun Soo melakukan pencarian sendiri, sedangkan Sehun hanya berdiam diri di kamarnya. Mata sembab, rambut acak-acakan, dan tertawa-menangis sendiri. Gila.

Saat sekarang, Sehun hanya tertawa-tertawa sendiri melihat foto Luhan dan dirinya. Ia meraba foto yang terbungkus dalam bingkai foto itu. air mata jatuh dari matanya. Menyedihkan..

Ia membanting foto itu dan tertawa sendiri. Kemudian, ia mengambil fotonya dan mengambil serpihan kaca. “kau jahat!” ucap Sehun. Ia merobek foto dengan serpihan kaca, lalu ia mengarahkan serpihan kaca itu kenadinya.

BRAK! “SEHUN! LUHAN!”

Sret~~ bruk!

“SEHUN!”


=== ===


Diary,

Kedua insan yang memang di takdirkan berjodoh, ini gila. Sangat gila. Bahkan ini sungguh sulit untuk di masukan kedalam akal. Jika aku boleh menjadi salah satu dari mereka, aku mau, aku bersedia.

Ikatan janji yang mereka lantunkan juga terbukti ‘maut memisahkan’. Hah, mereka tak terpisahkan. Mereka di tentang di dunia, bersatu diam-diam, dan sekarang.. apakah mereka siap bertanggung jawab di depan tuhan?

Aku bahkan belum menyaksikan kisah ini secara nyata.. namun, aku bisa membuktikannya..
Kisah ini belum pernah kutemui sebelumnyaa.. namun, ini nyata pada kehidupanku..

Tertanda,
Eun Soo.



Eun Soo menutup buku diarynya, lalu menyimpan buku diary itu pada tumpukan barang-barang yang sudah tak ia gunakan. Ia melirik jam yang menepel pada dinding, pukul 4 sore. Eun Soo bergegas pergi dari rumah.

Angin sore menerpa wajahnya. Rambutnya berterbang kecil karna di hampas angin. ia berhenti tepat didepan dua gundukan. Terdapat tulisan, Sehun dann Luhan. Air mata Eun Soo jatuh.

“Luhan, Sehun.. bagaimana kabar kalian? Dua tahun sudah kita tak bertemu.. Sehun.. surat  ceraimu sudah kutanda tangani.. jadi kapan bia kuberikan padamu?” Eun Soo menghapus kasar air mata yang jatuh “hah, ini gila!” gumam Eun Soo.

“Luhan.. maaf aku tak bisa menjaga Sehun.. maaf ak tak bisa menjalankan pesanmu.. maaf Luhan maaf..” ucap Eun Soo.

Maaf.. karna telah menjadi orang ketiga bagi kalian..


=== END ===


Finished! Fiuuhh~~
I can finally post this ff :D sorry if the title and the content is different, I've been trying to connect u-u when there is an error sorry ..
and for my other ff, I quickly finish ..


Thanks've read :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar