@SarDhiA || Real Life || OC - Sehun –
Luhan || PG || Drama – Angst – Romance || Slash || Oneshoot
TATA TERTIB: R-C-L AND DON’T BE PLAGIATORS!!
WARNING
TYPO ANYWHERE!!
Disclamer:
Kisah ini, tak pernah ku temui
sebelumnya.. namun, ini nyata pada kehidupanku..
=== ===
Seorang lelaki melangkahkan kakinya
dengan riang. Angin yang menerpanya membuat helaian rambutnya berterbangan
kecil. Wajah putih, tinggi, dan diidolakan, itulah dia Oh Sehun. Dia mengangkat
sebelah tangannya melambai pada sosok seorang lelaki, Xi Luhan. Pria berdarah
China yang selalu dekat dengan Oh Sehun selama kurang lebih 1 tahun.
Sehun melangkah dengan cepat,
menghampiri Luhan yang duduk di bangku taman. Sehun memeluk Luhan. “maafkan
aku, lama menunggu?” ujar Sehun saat mereka melepas pelukan mereka.
“tidak, aku baru datang.. sekitar lima
menit yang lalu mungkin..” ungkap Luhan sambil mengukir senyum pada wajahnya.
Sehun mengangguk, menggandeng tangan Luhan secara terang-terangan. “Sehun—“
“biarkan mereka tahu..” ucap Sehun
dengan tenang. Namun, Luhan ragu. “tapi, dunia melarangnya..” bantah Luhan
dengan lembut.
“lebih berbahaya jika salah satu dari
kita berganti jenis..” ungkap Sehun. Luhan berfikir, lalu ia mengangguk,
menyetujui ucapan Sehun yang menurut Luhan masuk akal.
=== ===
Sehun melangkahkan kakinya dengan santai
sambil menggandeng tangan Luhan memasuki apartemen Luhan. Mereka memasuki kamar
yang hanya terdapat satu buah kamar tidur. Ragu, itulah yang dirasakan Luhan
saat ia dan Sehun memasuki kamar miliknya –milik Luhan-.
Sehun membanting tubuhnya di ranjang.
Namun, Luhan diam termenung hanya memperhatikan Sehun yang memejamkan matanya.
Tiba-tiba Sehun membuka matanya menoleh ke arah Luhan. “berbaringlah
disampingku..” ujar Sehun. Luhan mendekat kearah Sehun.
Luhan duduk di pinggir ranjang. “apa ini
tidak berlebihan?” ujar Luhan. Sehun mengedipkan matanya. Ia bangkit, duduk
disamping Luhan. “apanya?” ujarnya dengan polos. Luhan mengedipkan matanya
berkali-kali. “apa yang kau pikirkan?”
Luhan menggeleng, “tidak, tidak ada..”
Sehun mengerutkan keningnya. “Luhan..” lirih Sehun. Sehun menggenggam tangan
Luhan. “percayalah padaku..” ucap Sehun. Belum sempat Luhan menjawab, tubuh
Luhan di dorong pelan oleh Sehun.
“percayalah padaku.. kita akan terus
bersama..”
“Sehun..”
=== ===
Luhan mengerjapkan matanya. Tubuhnya
dingin. Ia sadar apa yang ia lakukan semalam. Dia sudah menjadi milik Sehun
seutuhnya, begitu pula dengan Sehun. Luhan bangkit namun ia merasakan seseorang
memeluk pinggangnya.
Luhan melirik siapa pemilik tangan itu,
Sehun. Sehun masih pulas dengan alam mimpinya. Luhan mendengar bunyi ponsel. Ia
mencari ponsel Sehun, karna ia tahu itu bunyi ponsel milik Sehun.
Luhan menggapai ponsel Sehun. Melihat
siapa sang penelpon, ibu. yang menelfon adalah ibu Sehun. Belum sempat tangan
Luhan menggeser layar pada ponsel Sehun untuk mengangkat telfonnya,
panggilannya telah dimatikan. Di amatinya layar ponsel Sehun. 39 panggilan tak
terjawab.
“Sehun” panggil Luhan. Tangan Luhan
menjulur menggoyangkan badan Sehun. Sehun mengerang pelan, namun tak menunjukan
bahwa ia telah meninggalkan dunia mimpinya itu. “Sehun, bangunlah..” ujar
Luhan. Sehun akhirnya menunjukan kehidupannya. Matanya mengerjap dengan polos.
“ada apa?”
“ibumu menelfon sebanyak 39 kali,
Sehun.. telfon ibumu sekarang..”
=== ===
“ibu! Sudahku katakan aku bisa
menentukan hidupku sendiri!” bantah Sehun. Berulang kali Sehun berkata seperti
itu kepada sang ibu dan berulang kali juga ibunya berkata “temui Eun Soo..temui
gadis itu” yah, sudah enam bulan sejak ibu Sehun mengetahui bahwa anaknya
–Sehun- tidak menyukai seorang gadis dan memilih lelaki sebagai kekasihnya.
“ibu, percayalah padaku!” tegas Sehun.
Ibunya menggeleng, “ibu percaya padamu tapi tidak untuk ini.. kau abnormal..”
ucap ibu Sehun.
“ibu! Di dunia ini bukan hanya aku yang
mencintai seperti ini, bahkan mereka—“
“dengarkan permintaan ibu! Menikahlah
dengannya, Sehun!”
“ibu!”
=== ===
Setahun sudah Sehun dan gadis pilihan
ibunya itu menikah. Sehun hanya menganggap gadis itu –Eun Soo- sebagai pembantu
rumah tangga. Sehun bersikap dingin dan acuh. Setahun yang lalu, tepat tiga
hari setelah Sehun menikah, ibu Sehun meninggal dunia dan itu membuat Sehun
beranggapan bahwa gadis yang bersamanya itu pembawa sial.
Sudah bertumpuk surat cerai yang di layangkan
Sehun untuk Eun Soo. Namun, tak ada satupun yang di tanda tangani oleh gadis
itu. gadis itu hanya berkata “aku di suruh ibumu untuk menjagamu”. Ucapan itu
membuat Sehun frustasi.
“Sehun, minumlah teh ini sebelum—“
“tidak terimakasih” ucap Sehun dingin.
“aku ingin bertemu Luhan..” yah, walaupun Sehun dan Eun Soo sudah menikah Sehun
tetap menjalin hubungan dengan Luhan walaupun Luhan enggan menjalani hubungan
itu.
Eun Soo menggenggam lengan Sehun saat
Sehun mulai beranjak “kapan kau berubah? Mencintai.. wanita?” Sehun mendengus.
Pertanyaan konyol.
“apakah itu penting? Aku mencintai
Luhan, bukan karna Luhan lelaki atau apapun.. aku mencintai Luhan” ungkap
Sehun.
“tapi, Luhan lelaki dan kau juga..”
“aku mencintai Luhan bukan karna
jenisnya!”
=== ===
“aku mencintaimu Sehun..”
“aku juga mencintaimu Luhan.. percayalah
padaku..”
Sehun dan Luhan dua insan itu di terangi
cahaya rembulan malam. Jendela kamar Luhan yang di buka membuat cahaya bulan
dan angin malam menerpa wajah mereka. Romantis. Itulah gambar keadaan mereka.
Sehun memeluk Luhan dari belakang.
Mengikat Luhan untuk jangan pergi, begitupun Luhan yang tak mau pergi dari
Sehun walau dia tahu perbuatannya salah. Tapi, satu hal yang tak pernah di
ketahui Sehun. Sesuatu yang enam bulan terakhir Luhan sembunyikan dari Sehun.
Membuat Luhan tak tega.
“tapi aku tak yakin..” gumam Luhan.
Manik matanya menatap bulan yang tengah menyaksikannya dengan Sehun. Sehun
melirik Luhan.
“tak yakin? Kenapa? Apa yang salah?”
ucap Sehun. Luhan memejamkan matanya, merasakan detak jantungnya yang berdenyut
pelan. Sehun mengeratkan pelukkannya, Luhan dapat merasakannya.
“kau akan sakit nantinya.. Sehun..” ucap
Luhan pelan. Sehun mendengarnya, namun Sehun hanya diam. Mencerna perkataan
Luhan, yang sulit ia mengerti.
=== ===
Tok tok.. ketukan pintu rumah milik
Sehun dan Eun Soo. Yah, setidaknya begitulah Eun Soo menyebutnya, lagi pula Eun
Soo pun tinggal di rumah Sehun bukan?
Dengan cepat Eun Soo berjalan menuju
pintu, berharap si pengetuk pintu adalah suaminya –Sehun-. Eun Soo menarik
gagang pintu dan saat pintu terbuka, Eun Soo dapat melihat si pengetuk pintu.
Terkejut. Itulah yang Eun Soo rasakan.
“kau—“ ucap Eun Soo tertahan. Si pengetuk
pintu itu tersenyum ramah padanya. Luhan. Yah, orang itu Luhan. Berkali-kali
Eun Soo mengedipkan matanya tak percaya.
Di depannya ada ‘kekasih’ suaminya. Oh,
demi tuhan, jika kekasih suaminya adalah wanita yang cantik bahkan lebih
darinya mungkin Eun Soo merelakan Sehun dengan kekasihnya. Tapi, apa yang di
lihatnya kini bahkan lebih mengejutkan dari apa yang dipikirkannya tentang
Luhan.
Luhan, lelaki itu cantik bahkan melebihi
dirinya yang seorang wanita. Eun Soo berfikir, apakah karna Luhan cantik Sehun jadi menyukai Luhan?
“Eun Soo? Oh Eun Soo? Nyonya Oh?” tangan
Luhan melambai-lambai di depan penglihatan Eun Soo. Terkejut.
“maaf? Apa yang kau katakan?” ulang Eun
Soo. Ia menggaruk tengkuknya canggung. Berfikir, ia berfikir lagi. Apakah Luhan menyamar menjadi lelaki? Dia
cantik. Lebih cantik dari yang waktu aku melihatnya dari jauh.
“Eun Soo!” pekikan kecil mengejutkan Eun
Soo. Eun Soo mengerjap kaget. Di lihatnya Luhan dan betapa terkejutnya ia
ketika mendapati, suaminya –Sehun- merangkul Luhan. Sejak kapan?
“apa yang kau pikirkan? Ada tamu kenapa
tidak di suruh masuk? Dasar bodoh” Eun Soo menunduk meminta maaf.
“ta-tapi.. kenapa kau sudah pulang?”
“bukan urasanmu! Minggir!”
=== ===
Malam hari, dan waktu makan malam. Tak
ada yang bisa dibicarakan oleh Eun Soo. Eun Soo hanya bisa mendengar canda tawa
dan obrolan Sehun dan Luhan. Jika boleh memilih, Eun Soo hanya ingin
mendengarkan dentuman alat makan saja dari pada obrolan Sehun dan Luhan.
Eun Soo menaruh sendoknya. Ia bangkit
dan berkata “aku sudah selesai”
Diam. Tak ada sautan dari Sehun, Sehun
hanya terus berbicara pada Luhan yang tak terlalu memperhatikannya. Luhan
memandang Eun Soo sambil tersenyum. Eun Soo membalas senyum itu dengan senyum
kecil.
“Sehun, jangan seperti itu.. aku tahu
kau mendengarnya..” ucap Luhan dengan lembut. Sehun diam. Malas untuk menjawab
pertanyaan Luhan. Luhan menghentikan aktivitas makannya, menggenggam lengan
Sehun dengan lembut
Sehun berhenti, menatap Luhan dengan
malas “kumohon, jangan paksa aku.. apa yang salah denganmu? Aku mencintaimu
bukan mencintainya” ucap Sehun dengan lirih. Luhan menggeleng.
“merespon bukan berarti mencintai
bukan?” ujar Luhan. Sehun menunduk, merenungkan ucapan Luhan yang masuk akal.
“maaf” kata itu keluar dari mulut Sehun dan
Luhan bersamaan. Sehun mengangkat kepalanya begitupun Luhan yang langsung
menatap Sehun.
=== ===
Malam yang dingin di musim dingin.
Menggigil. Itulah yang dirasakan Eun Soo di atas ranjangnya. Ia memeluk
tubuhnya sendiri. Alat pemanas yang berada di kamarnya tak berfungsi. Pindah ke
kamar Sehun? Oh, pasti dia akan mengganggu dua insan.
Pagi menjeleng, tubuh Eun Soo masih
menggigil. Ia meringkuk di atas ranjang. Di naikannya selimut supaya menutupi
sekujur tubuhnya.
EUN SOO!
Panggilan yang beralamat pada Eun Soo
terdengar. Namun, Eun Soo tetap diam, matanya tak mau membuka merasa enggan
untuk melihat sipemanggil itu.
Brak!
“pemalas! Bangun!”
“Sehun, jangan!”
Teriakan Sehun yang membuka pintu serata
suara Luhan yang berusaha menghentikan Sehun. Sehun menarik selimut yang
menutupi tubuh Eun Soo. “pemalas! Bangun!”
“aku lelah.. lelah” gumam Eun Soo,
mungkin lebih terarah pada igauannya. Luhan terkejut melihat Eun Soo. Melihat
Eun Soo yang meringkuk kedinginan dan keringat dingin membanjiri Eun Soo.
Luhan melangkah ke arah Eun Soo.
Menempelkan punggung tangannya pada kening Eun Soo. “oh astaga Sehun!” pekik
Luhan.
=== ===
Sehun memandang dingin ke arah Eun Soo
dan Luhan, mungkin hanya Eun Soo. Luhan menyuapi Eun Soo yang lemah. Tadi, saat
di periksa oleh Luhan tubuh Eun Soo sangat panas. Sekali-kali Sehun membuang
nafasnya gusar.
Sehun menepuk pundak Luhan, membuat
Luhan menoleh. Eun Soo menatap datar Sehun. Sehun melirik Eun Soo sekilas, lalu
menatap Luhan. Sehun menggeleng dan memutuskan untuk pergi. Tak mau mengganggu
Eun Soo.
“untuk apa merawatku?” ujar Eun Soo.
Luhan hanya tersenyum kecil. Membuat Eun Soo mengerutkan keningnya. “apa kau
perempuan?” pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut Eun Soo. Luhan tertawa
kencang. Bodoh. Itulah yang diruntuki Eun Soo.
“kau lucu” ucapan riang itu membuat Eun
Soo bengong. “kau polos” Eun Soo mengedipkan matanya tak percaya.
“jika kau ingin bicara bahwa aku bodoh
tidak apa-apa..” gerutu Eun Soo. Lagi. Luhan tertawa kencang membuat Eun Soo
memiringkan kepalanya.
Luhan
tampan, karna ketampanannya itu membuatnya cantik..
=== ===
Hari demi hari di jalan oleh Sehun,
Luhan, Eun Soo, keluarga kecil yang hidup dengan kurang normal. Dan hari ini,
ketidak normalan itu terjadi lebih aneh dari biasanya. Hari ini, hari dimana
pernikahan Sehun dan Luhan.
Air mata Eun Soo jatuh, ia merasa gagal.
Gagal membuat Sehun menjadi normal dan gagal melaksanakan pesan ibu Sehun.
Pesan yang harus selalu menjaga Sehun. Eun Soo dan Sehun memang tidak bercerai,
namun Sehun tidak memperdulikan Eun Soo yang telah melarangnya.
“bersedia atau tidak-kah anda Oh Sehun
selalu bersama Xi Luhan dalam keadaan bahagia ataupun sedih, sehat ataupun
sakit sampai maut yang memisahkan kalian?” ucapan pendeta itu membuat Eun Soo
kembali pada masa ia dan Sehun berdiri di altar.
“ya, saya bersedia selalu bersama Xi
Luhan dalam keadaan bahagia ataupun sedih, sehat ataupun sakit sampai maut
memisahkan kami..” ucapan lantang Sehun yang cepat membuat Eun Soo menangis.
Dulu, saat mereka menikah Sehun diam selama beberapa saat.
“anda Xi Luhan, bersedia atau tidak-kah
anda selalu bersama Oh Sehun dalam keadaan bahagia maupun sedih, sehat ataupun
sakit sampai maut memisahkan kalian?”
Luhan diam. Tak ada jawaban darinya,
membuat Eun Soo berhenti menangis dan terheran-heran. Sehun menoleh pada Luhan.
Luhan menarik nafasnya dan.. “saya—“
Eun Soo menggenggam kedua tangannya
erat, berharap Luhan tidak bersedia. “saya bersedia selalu bersama Oh Sehun
dalam keadaan bahagia ataupun sedih, sehat ataupun sakit sampai maut memisahkan
kami..” ucapan Luhan yang lirih itu membuat senyum merekah dari bibir Sehun dan
membuat Eun Soo lumpuh kembali.
“sekarang, kalian resmi menjadi sepasang
insan yang di persatukan di depan tuhan.. semoga tuhan memberkati kalian..”
Seolah dunia telah berputar, hanya Eun
Soo saksi satu-satunya di pernikahan Sehun dan Luhan, hanya ia satu-satunya
yang melihat persatuan Sehun dan Luhan.
=== ===
Lima bulan berlalu semenjak hari
pernikah Sehun dan Luhan. Eun Soo, satu-satunya orang yang di tempatkan sebagai
obat nyamuk, dan pembantu rumah tangga. Sudah tiga kali Sehun mengirim surat
cerai pada Eun Soo dan Eun Soo hanya menyimpannya.
Sudah dua hari Sehun pergi keluar kota
karna ada pekerjaan yang mengharuskan Sehun pergi. Dan tentu saja, di rumah
hanya ada Luhan dan Eun Soo. Dan satu hal mengganjal pada Eun Soo dengan wajah
Luhan yang kian memucat.
Prang! Dan kini Eun Soo harus
membereskan pecahan dari gelas kaca yang di bawa oleh Luhan. “oh maafkan aku
Eun Soo.. aku benar-benar—“
“tidak.. sungguh tidak apa-apa..” ucap
Eun Soo sambil tersenyum, namun tetap saja Luhan merasa tak enak.
“ada satu hal yang harus kau ketahui..”
gumam Luhan dengan lirih. Eun Soo mendongak, mengerutkan keningnya tak
mengerti. Luhan tersenyum, namun terukir kesedihan dengan senyumannya.
“aku.. aku terkena.. kanker dan alzhaimer..”
ucap Luhan pelan. Sontak Eun Soo menjatuhkan pecahan kaca yang sudah ia
rapikan.
“Eun Soo!” pekikan suara Sehun. Eun Soo
dan Luhan menoleh ke arah suara. Terdapat Sehun yang memegang koper sedang
berjalan ke arahnya. “kalau kau ingin bunuh diri dengan serpihan itu, jangan di
sini!” ucapan Sehun tak sepenuhnya di dengar oleh Eun Soo. Suara Luhan masih
mengalun di telinganya.
Eun Soo mendongak, melihat Sehun lalu
Luhan. Luhan berkata jangan beritahu
Sehun tentang itu, maaf dengan gerakan mulutnya. Eun Soo mengangguk, ia
akan menutupnya rapat-rapat.
“bagus jika kau mengerti bunuhlah
dirimu” ucapan yang pedas itu membuat Eun Soo terlonjak.
=== ===
Hembusan angin malam menerpa Eun Soo.
Eun Soo memejamkan matanya, merakan hembusan angin itu menerpa wajahnya.
Dingin. Bahkan hatinya lebih dingin dari angin itu. helaian rambut Eun Soopun
ikut berterbang kecil mengikuti angin yang menerpanya.
Ia butuh ketenangan. Sangat butuh.
Kejadian yang ia alami membuatnya frustasi. Mundur? Dia tidak akan pernah mau
mundur dari takdir. Itu mencerminkan bahwa ia memang benar-benar bodoh.
“kau adalah penjaga Sehun selanjutnya,
kumohon jaga dia..” Eun Soo membuka matanya. Datar. Mungkin ia lelah dengan
takdir cerita kehidupannya ini.
“dia sudah tidur?” ucap Eun Soo. Luhan,
orang itu Luhan. Luhan mengangguk walau tak di lihat oleh Eun Soo. “dia
mencintaimu..” gumam Eun Soo pelan. Luhan duduk di samping Eun Soo.
“aku tahu itu..” ucap Luhan ringan.
Denyut jantung Eun Soo semakin pelan.
“tapi aku mencintainya..” ujar Eun Soo
dengan pelan. Luhan tersenyum “aku tahu itu..” balas Luhan. Eun Soo menjatuhkan
pandangannya, ia menunduk. Meremas tangannya hingga kukunya menancap pada
kulitnya. Air matanya jatuh.
“tapi dia mencintaimu.. Luhan” ucapnya
dengan gemetar. Luhan menepuk-nepuk punggung Eun Soo. Eun Soo menangis,
menangis di depan Luhan. Biasanya Eun Soo akan menangis di kamarnya. Menangisi
takdirnya. Namun, Luhan tahu itu.
“maafkan aku.. biarkan aku bersama
Sehun.. aku hanya sementara bersamanya.. penyakit ini akan menghabisi nyawaku
secepatnya.. kau harus menjaga Sehun.. ku mohon jangan lari dari garis
takdirmu..” Eun Soo berhenti menangis begitu juga tepukan di punggungnya. Luhan
mengusap kepala Eun Soo. Mungkin jika orang-orang melihat mereka, mereka adalah
sepasang kekasih.
“Luhan..” lirih Eun Soo. Luhan hanya
menjawab dengan gumaman. “bisakah kau tarik ucapanmu? Aku tidak bisa berjanji
padamu jika kau benar-benar pergi.. aku—aku benar-benar tidak tahu cara menjaga
Sehun..”
Luhan menurunkan tangannya dari kepala
Eun Soo. Tangan Luhan menggenggam lembut tangan Eun Soo yang dingin. “tidak
apa.. asal jangan lari dari takdirmu.. ku mohon..”
Eun Soo menarik tangannya. “aku tidak
akan lari. Jika aku lari, aku benar-benar orang bodoh dan pengecut”
Luhan tersenyum “dan di saat, aku lupa
pada kalian.. tolong jangan beri tahu Sehun..” Eun Soo mengangguk.
=== ===
Lima bulan berikutnya, penyakit yang di
derita Luhan nampaknya sudah mampu membuat Sehun merasa curiga ada yang tak
beres. Selama satu bulan belakangan Luhan sering pusing dan lupa akan sesuatu
yang Sehun janjikan padanya.
Sehun berlari kecil sambil meneriakan
nama Luhan. Hari ini, hari dimana Luhan berulang tahun. Tentu saja, kejutan
sedang menunggu Luhan. Namun, orang dicari olehnya tak kunjung keluar. Sehun
menggeledah ruangan-demi ruangan di rumah. Namun, tak ada orang.
“kemana Eun Soo dan Luhan?” gumam Sehun.
Sehun melirik jam yang menempel pada dinding rumahnya itu. pukul 9. Masih
terlalu pagi untuk mereka pergi. Sehun mendenngus.
Sehun memutar balik tubuhnya dan
berjalan menuju pintu. Ia menarik daun pintu dan membuka pintu rumahnya. Sehun
memicingkan matanya ketika melihat dua orang membuka gerbang rumahnya. Eun Soo
dan Luhan. Sehun melihat Luhan yang di tuntun oleh Eun Soo.
Sehun termenung. Berfikir dengan segala
kekonyolan yang ia lihat. Eun Soo dan Luhan? Sehun menggeleng. Menakutkan. Yah,
menakutkan jika Luhan menyukai Eun Soo.
Luhan dan Eun Soo mendekat pada Sehun
atau lebih tepatnya ingin memasuki rumah. Sehun tersenyum pada Luhan. “Selamat
ulang tahun..” ucap Sehun. Luhan dan Eun Soo mengerutkan keningnya. Eun Soo
berfikir, ini bukan hari ulang tahunku,
jadi.. apakah Luhan?
“apa? Siapa yang berulang tahun?” ucap
Luhan dengan nada biasa. Tentu Sehun terkejut, mustahil jika Luhan melupakan
hari pentingnya. Eun Soo makin bingung, jika
Luhan tidak ulang tahu, lalu siapa? Sehun?
“kau—kau melupakannya?” ucap Sehun
terbata. Luhan memutar otaknya dan tak menemukan apapun.
Luhan menggeleng “aku tak tahu apapun..”
sontak Sehun terkejut. Dari ekspresi yang ditunjukan Sehun, Eun Soo dapat
mengetahuinya. Eun Soo menoleh pada Luhan, penyakitnya
sudah mulai terlihat.. dan Sehun tak akan pernah tahu sampai waktunya tiba.
=== ===
Hari demi hari, dan bulan demi bulan
selih berganti. Penyakit yang di tutupi Luhan mulai beraksi menunjukan pada
dunia luar. Sehun. Tentunya dia yang mempunyai tanda tanya besar di dalam
otaknya melihat Luhan sangat aneh. Mulai dari sering sakit kepala, dan
melupakan hal kecil.
Di ruang kerjanya, Sehun termenung.
Memejamkan matanya dan memijat pelipisnya perlahan. Aneh. Sangat aneh jika
Luhan pelupa. Bahkan ingatan Luhan jauh lebih kuat dibandingkan Sehun. Sesuatu
telah terjadi dan di sembunyikan.
Sehun tersentak ketika mendengar pintu
kamar terbuka –ruang kerja Sehun dalam kamarnya-. Ia diam, ingin tahu apa yang
selanjutnya terjadi.
Luhan.. Luhan..
Seseorang memanggil, dan Sehun tahu
siapa pemilik suara itu. Eun Soo. Sehun bangkit, berjalan lebih dekat ke arah
pintu yang terbuka sedikit. Sehun mengintip. Melihat Eun Soo yang memberi Luhan obat.
Apa
ini? Dan apa yang sedang terjadi? Itulah kata-kata yang memutari otak
Sehun.
=== ===
Luhan berlari menuju kamar mandi.
Memuntahkan seluruh isi perutnya. Kepala pening dan perut sering sakit.
Penyakit yang di derita Luhan makin lama makin buruk. Bahkan sekarang
penglihatan Luhan berkurang dan ingatan Luhan makin parah.
Luhan kini mulai lupa dengan siapa
Sehun, kejadian yang kemarin bahkan dibingung kenapa ada Sehun yang notebanenya
ia tidak kenal. Bahkan kadang Luhan bingung mengapa ia berada bersama Sehun.
Hanya seorang yang di ingat Luhan, Eun Soo. Eun Soo selalu berusaha membuatt
Luhan ingat dengan segala hal, walau akhirnya Luhan akan menghilangkan memori
itu.
Luhan bersandar pada dinding kamar
mandi. Menyalakan shower dan membasahkan dirinya dengan air dingin itu. mandi
ditengah malam? Oh tentu tidak boleh. Darah segar mengalir dari hidung Luhan,
bercampur dengan air yang mengalirinya.
Luhan menunduk, melihat tetesan air yang
berwarnaa merah. Luhan mengepalkan tangannya. “aargghhhh!!!”
Dug dug dug!
“LUHAN! KAU KENAPA!” gedoran serta
teriakan yang berasal dari luar kamar mandi itu terdengar. Sehun. Luhan
terduduk dilantai yang dingin. Lagi. Luhan berteriak membuat Sehun panik.
“EUN SOO!” teriakan Sehun memanggil Eun
Soo membuat Luhan berdiri dan berjalan dengan terhuyung menuju pintu kamar
mandi. Luhan membukanya.
Sontak Sehun terkejut melihat Luhan yang
membuka pintu. Luhan tersenyum dan berkata “dimana—Eun Soo?” bruk~
Luhan ambruk di pelukan Sehun. Sehun
memeluk Luhan dan merasakan suhu badannya. Panas. Sehun membawa Luhan
keranjang, mengganti pakaian Luhan.
Namun ia berfikir, hubungan antara Luhan
dan Eun Soo apa?
=== ===
EUN SOO!
Dengan langkah terburu Eun Soo
menghampiri Sehun. Aneh. Sungguh aneh. Mengapa Sehun meneriakan namanya lagi
setelah tengah malam Sehun meneriakan namanya dan saat ia menghampiri Sehun,
Sehun mengusirnya.
“Sehun, ada ap—“ belum sempat Eun Soo
menanyakan apa yang terjadi. Sehun telah mendorong Eun Soo sehingga Eun Soo
menabrak dinding dan terjatuh. “argghh~”
“dimana Luhan?!” teriak Sehun. Eun Soo
tak menjawab. Sehun merendahkan tubuhnya, ia mengangkat kepala Eun Soo. “aku
bertanya padamu, dimana LUHAN?!” teriak Sehun teepat pada wajah Eun Soo.
“a—aku.. aku tidak tahu.. sungguh” ucap Eun Soo. Jawaban Eun Soo tentu belum
membuat Sehun puas. Sehun mendorong kepala Eun Soo hingga terbentur pada
dinding.
“lalu apa hubunganmu dengan Luhan?!”
nada suara Sehun meninggi. Eun Soo menggeleng, merasa tertekan. “JAWAB!”
“TIDAK ADA!”
“KAU BOHONG!”
“AKU TIDAK BOHONG!” deru nafas mereka
beradu. Sehun diam, merasa lelah untuk berdebat. “Sehun.. Alzhaimer dan
kanker.. berada ditubuhnya..” gumam Eun Soo. Diam. Sehun masih mencerna
perkataan Eun Soo yang menurutnya konyol.
“kau... pasti bohong~” lirih Sehun. Eun
Soo menatap sendu Sehun. Sehun mundur dengan teratur.
“Sehun~”
“ti—tidak! Kau pasti berbohong! Kau
pembohong!”
=== ===
Lima bulan telah berlalu, Luhan belum di
temukan, padahal surat kabar telah di penhi dengan informasi orang hilang. Eun
Soo melakukan pencarian sendiri, sedangkan Sehun hanya berdiam diri di
kamarnya. Mata sembab, rambut acak-acakan, dan tertawa-menangis sendiri. Gila.
Saat sekarang, Sehun hanya
tertawa-tertawa sendiri melihat foto Luhan dan dirinya. Ia meraba foto yang
terbungkus dalam bingkai foto itu. air mata jatuh dari matanya. Menyedihkan..
Ia membanting foto itu dan tertawa
sendiri. Kemudian, ia mengambil fotonya dan mengambil serpihan kaca. “kau
jahat!” ucap Sehun. Ia merobek foto dengan serpihan kaca, lalu ia mengarahkan
serpihan kaca itu kenadinya.
BRAK! “SEHUN! LUHAN!”
Sret~~ bruk!
“SEHUN!”
=== ===
Diary,
Kedua insan yang memang di takdirkan berjodoh, ini gila.
Sangat gila. Bahkan ini sungguh sulit untuk di masukan kedalam akal. Jika aku
boleh menjadi salah satu dari mereka, aku mau, aku bersedia.
Ikatan janji yang mereka lantunkan juga terbukti ‘maut
memisahkan’. Hah, mereka tak terpisahkan. Mereka di tentang di dunia, bersatu
diam-diam, dan sekarang.. apakah mereka siap bertanggung jawab di depan tuhan?
Aku bahkan belum menyaksikan kisah ini secara nyata..
namun, aku bisa membuktikannya..
Kisah ini belum pernah kutemui sebelumnyaa.. namun, ini
nyata pada kehidupanku..
Tertanda,
Eun Soo.
Eun Soo menutup buku diarynya, lalu
menyimpan buku diary itu pada tumpukan barang-barang yang sudah tak ia gunakan.
Ia melirik jam yang menepel pada dinding, pukul 4 sore. Eun Soo bergegas pergi
dari rumah.
Angin sore menerpa wajahnya. Rambutnya
berterbang kecil karna di hampas angin. ia berhenti tepat didepan dua gundukan.
Terdapat tulisan, Sehun dann Luhan. Air mata Eun Soo jatuh.
“Luhan, Sehun.. bagaimana kabar kalian?
Dua tahun sudah kita tak bertemu.. Sehun.. surat ceraimu sudah kutanda tangani.. jadi kapan
bia kuberikan padamu?” Eun Soo menghapus kasar air mata yang jatuh “hah, ini
gila!” gumam Eun Soo.
“Luhan.. maaf aku tak bisa menjaga
Sehun.. maaf ak tak bisa menjalankan pesanmu.. maaf Luhan maaf..” ucap Eun Soo.
Maaf..
karna telah menjadi orang ketiga bagi kalian..
=== END ===
Finished! Fiuuhh~~
I can finally post this ff :D sorry if
the title and the content is different, I've been trying to connect u-u when
there is an error sorry ..
and for my other ff, I quickly finish ..
Thanks've read :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar