@SarDhia || Can You Notice Me? || Seung
Hyun – Jung Eun Sup || T || Drama – Hurt || Ficlet
TATA TERTIB: R-C-L (Read-Comment-Like) DON’T BE SILDERS AND PLAGIATORS!!
WARNING!!
TYPO ANYWHERE!!!!
SAYA BENCI PLAGIAT!! CERITA
MILIK SAYA! KESAMAAN TOKOH DAN SEDIKIT ALUR CERITA ADA KESAMAAN MOHON MAAF
KARNA ITU TIDAK SENGAJA!
Cuap-Cuap: ff ini buat temanku sama
seseorang yang dia suka :D SUMPAH ini ff ga tau gua nyambung aja atau memang
gak nyambung sama sekali -_- entahlah dapet feelnya atau nggak yang jelas ini
ff selesai satu jam-an lah ._,
Happy Reading guysJ
=== ===
-All P.O.V Sung Hyun-
Falling In Love.
Jatuh Cinta.
Semua manusia pasti merasakan hal itu,
merasakan debaran jantung yang berdetak tak menentu ketika melihat seseorang
yang mereka cintai, tersenyum sendiri ketika seseorang menyebut nama ‘itu’,
salah tingkah jika berada di dekatnya. Yah, kurang lebih seperti itu.
Aku, aku merasakan itu. merasakan semua
itu kecuali satu. Aku tak pernah berada di dekatnya, karna aku terasingkan, ia
tak mengetahuiku, tak mengetahui kehadiranku, dan sepertinya ia juga tak mau
tahu tentang ku, tentang siapa pengagum rahasianya yang selama ini mengiriminya
surat yang aku masukan ke dalam lokernya.
Kali ini, aku hanya memandanginya dari
atap sekolah yang tertuju pada lapangan. Aku memandangnya dengan tatapan sendu,
tak bisakah ia tahu aku menyukainya? Bahkan ia terlihat cuek, seakan tak pernah
terjadi apapun.
Mungkin hanya aku yang terlalu berharap
bahwa ia akan tahu bahwa aku menyukainya. Dan hanya aku yang rela di anggap ‘kampungan’
karna mengiriminya surat yang dimasukan ke lokernya.
Aku menghela nafas, lekas pergi dari
tempat persembunyianku. Melangkahkan kaki ku pada lokernya –lagi-. Yah,
rutinitas yang kulakukan ketika istirahat. Aku mengendap-endap, melihat
sekitar. Kemudian berani melangkah lebih dekat pada lokernya.
Brak!
Ah sial!
“ah, aku sungguh minta maaf.. maaf aku
harus buru-buru!” teriaknyaa sambil berjalan mundur. Aku mendengus, sial! Ketika
aku ingin mengambil surat yang terlepas dari tanganku aku terlonjak ketika melihat
sepatu seseorang. Seseorang yang sudah sangat ku kenal.
“sedang apa kau?”
Matilah kau Hyunie! Aku segera bangkit
dengan wajah tertunduk. Oh sungguh tamatlah riwayatku. Ya memang aku ingin dia
menyadariku, namun tidak seperti ini.
“aku bertanya padamu.. dan itu..” dia
menunjuk surat yang ku genggam. Aku akan mati aku akan mati! Aku menghirup
udara sangat banyak.
“a—aku—inii—“
“eum, tidak masalah”
“ne?”
“apakah kau melihat orangnya?”
“apa?”
“apakah kau lihat siapa orang yang akan
menaruh surat itu? pasti ia sangat terkejut.. ah, bolehkah berikan surat itu
padaku?”
Aku tercengang, jadi dia mengira bahwa
ada orang lain yang akan memasukan surat
ini dan aku melihat orang itu? haha. Syukurlah aku masih selamat. Aku mengulurkan
tanganku memberikan suratnya. Apakah ini tidak gila? Aku memberinya surat? Secara
langsung?
“gomapta.. aah iya, bisa tolong bantu
aku?”
“eum, apa?”
“tolong bantu aku mencari orang yang
mengirimkan surat ini, eo?”
Skak! Bagaimana bisa aku mencari orang
yang mengirimkannya surat? Sedangkan pelakunya adalah aku? ah, ini sungguh
diluar kepala.
“hey! kau maukan?”
“ah? Eum, ye”
“siapa namamu?”
“Seung Hyun.. panggil Hyun”
“ah, aku Jung Eun Sup.. panggil saja
Jung Eun.. bangapseumnnida Hyunie-ssi”
Yah, dari saat ini aku berteman. Aku dekat
dan aku melangkah mulai menunjukan diriku yang selama ini bersembunyi dibalik
bayangan hitamnya, tak berani keluar. Namun, bisakah ia menyadari kehadiranku
lebih dari saling mengenal?
=== ===
Bulan sudah berganti dan sekarang musim
gugur. Aku duduk pada bangku taman dibawah pohon pinus. Ku hirup udara segar
ini, aku terlalu gugup. Aku harus berterus terang padanya, pada seseorang yang
ku sukai. aku tahu, pasti dia akan menjauhiku atau apapun itu, aku siap
mengambil resikonya. Namun, ada yang membuatku lebih penasaran lagi.
Aku
juga ada yang ingin ku sampaikan..
Dia ingin berbicara tentang apa? Mungkinkah
dia sudah tahu aku berbohong? Mungkinkah ia akan membenciku? Atau mungkinkah
dia akan bertanya padaku tentang mengapa aku menyembunyikan kenyataanku?
Ah, aku bisa gila! Aku menggelengkan
kepalaku, menyingkirkan pikiran-pikiran gila yang mengalir di otakku. Aku merasa
ada tepukan dibahuku, aku mendongak melihat siapa orang yang telah menepuk bahuku.
“Jung Eun?”
“lama menunggu?” tanyanya. Aku menggeleng,
membantah pertanyaannya. Dia mengangguk. Aku mengamati wajahnya, tidak ada yang
aneh, tapi dia agak lebih bahagia dari sebelumnya.
“hey! Hyunie-ya? Hey!”
“eh?” telapak tangannya mendarat
dikeningku. Deg deg deg. Oh ayolah, hentikan dia bisa membuatku mati jantungan
karna hal sepele seperti ini.
“tidak panas” gumamnya pelan. Jadi dia
mengira suhu badanku panas, jadi dia meledekku?
“Yak!”
“hahaha.. ayo kita jalan..” ucapnya
sambil menarik tanganku. Kaget? Oh tentu saja..
“jalan?”
“eum, seperti pasangan kekasih.. hahaha”
Mungkin wajahku seperti kepeting rebus
yang berwarna merah, dan kenapa udara sekitar seperti sangat panas. Ah, kenapa
denganku dan kenapa dengannya? Mungkinkah memang benar dia telah mengetahuiku,
mengetahui bahwa akulah orang dibalik surat-surat yang berada di lokernya. Baiklah,
aku urungkan niatku untuk berbicara padanya.
=== ===
Terpaan angin dingin menampar kecil
wajahku. Tubuhku menggigil, aku hanya dapat mengeratkan jaketku, aku tak
menyangka jika di musim gugurpun pada malam hari masih sangat dingin. Aku menengadah
ke atas, melihat langit malam yang sangat sepi.
Mungkinkah mendung? Seharusnya malam ini
banyak bintang dan di terangi sinar bulan, bukan sepi dan dingin. aku menaruh
tanganku tepat di dadaku, merasakan denyut jantung yang sedari tadi berdenyut
sangat kencang. Jung Eun. Mungkin hanya dia yang membuat jantungku berpacu
cepat.
“Hyunie-ya! Maaf lama” ujarnya sambil
menyerahkan teh panas padaku. Berada di dekatnya lagi membuatku hangat. Aku berharap
aku tak jauh darinya.
“terimakasih, Jung Eun.” Ucapku ringan,
entah kenapa, aku mulai merasa takut ia pergi, merasa takut ia tak memanggilku
lagi. Oh sungguh ini berlebihan.
“Hyunie-ya” gumamnya pelan. Aku menoleh
padanya, tatapannya lurus pada teh panas yang ia pegang. “aku sudah bilang
bukan jika aku ingin berbicara sesuatu? Dan kau bilang kau juga ingin
berbicara padaku?” ucapnya sambil menoleh
padaku.
“eum, tapi kau duluan saja. Kau mau
bicara apa?”
“sebelumnya terimakasih, telah mau
membantuku.. yah walaupun kau tidak dapat mengetahui siapa yang mengirimnya
tapi aku ucapkan terimakasih..” aku tersentak. Aku menggaruk kepalakku tak gatal.
“maafkan aku.. aku—aku—“
“tidak apa.. namun aku sudah tahu siapa
orang yang selama ini mengirimkan surat ke lokerku—“ entah kenapa detak
jantungku melemah, seharusnya detak jantungku cepat kenapa sedangkan ini lemah?
Kenapa tubuhku tidak panas melainkan dingin?
“—dia.. kau—“ dia menunjukku? Dia tahu
bahwa aku pelakunya? Bagaimana bisa?
“ne?”
“kau berbaliklah.. dia ada di
belakangmu?”
Aku terkejut, tubuhku bergetar menahan
sakit. Aku harus berusaha tersenyum. aku berbalik dan ternyata memang terdapat
wanita. Cantik. Kenapa bisa dia? Kenapa dia tidak berfikir akulah yang mengirim
surat-surat itu?
“annyeong~” sapanya. Aku hanya tersenyum
paksa.
“namanya Jung Hee.. Jung Eun Hee..
bukankah namanya hampir sama denganku? Haha” ucapnya dan hanya ku balas dengan tawa hambar. Oh tuhan,
kuatkan aku. aku mengepalkan tanganku,
menahan segalanya.
Ingin aku meninjunya, memukulnya,
meneriakan bahwa akulah pelaku sesungguhnya. Apa dia tidak menyadari
kehadiranku? Meyadari bahwa akulah yang berada di bayangannya? Aku menarik
nafas panjang. Aku ingin menangis, aku harus lari.
“aku harus pulang” ucapku singkat sambil
berjalan cepat menghindari teriakannya yang memanggil namaku, menyuruhku untuk
berhenti. Namun, aku tak bisa, aku ingin menangis ketika melihat mereka.
Aku merasakan air mataku sudah turun
mengalir mengaliri wajahku. Dan juga hujan yang sudah membasahi bumi, oh bahkan
bumipun tahu aku sedang menangis. Jadi benar, jika ada sesuatu yang akan
terjadi, itu sebabnya malam ini dingin?
Bodoh bodoh bodoh! Andai saja aku lebih
berani untuk menyatakan bahwa aku menyukainya, andai saja saat aku mengambil
surat yang terjatuh dan dilihat olehnya aku berkata bahwa aku lah pelakunya. Kenapa?
Kenapa aku sangat bodoh!
Tak bisakah dia merasakan bayangan
keduanya? Tak bisakah ia menyadariku yang menyukainya? Tak bisakah ia membuka
matanya untuk melihatku? Tak bisakah dia melakukan itu? tak bisakah? Apakah itu
sulit?
“Agassi!!”
CCKIT!!!
Brak!
Aku mendengar banyak orang
mengerumuniku, mendengar suara kericuhan orang-orang dan suara mobil yang aku
yakini itu suara ambulance. Apa yang kulakukan? Kenapa mataku memaksaku untuk
menutup? Kenapa jantungku mulai tak berasa tak berdetak, kenapa pendengaranku
mulai menurun? aku mulai tak merasakan.. apapun.
Jung
Eun.. bisakah kau menyadari kehadiranku?
=== END ===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar