Kamis, 12 Desember 2013

[Ficlet] Can You Notice Me?



@SarDhia || Can You Notice Me? || Seung Hyun – Jung Eun Sup || T || Drama – Hurt || Ficlet


TATA TERTIB: R-C-L (Read-Comment-Like) DON’T BE SILDERS AND PLAGIATORS!!


WARNING!! TYPO ANYWHERE!!!!


SAYA BENCI PLAGIAT!! CERITA MILIK SAYA! KESAMAAN TOKOH DAN SEDIKIT ALUR CERITA ADA KESAMAAN MOHON MAAF KARNA ITU TIDAK SENGAJA!



Cuap-Cuap: ff ini buat temanku sama seseorang yang dia suka :D SUMPAH ini ff ga tau gua nyambung aja atau memang gak nyambung sama sekali -_- entahlah dapet feelnya atau nggak yang jelas ini ff selesai satu jam-an lah ._,

Happy Reading guysJ



=== ===



-All P.O.V Sung Hyun-


Falling In Love.

Jatuh Cinta.

Semua manusia pasti merasakan hal itu, merasakan debaran jantung yang berdetak tak menentu ketika melihat seseorang yang mereka cintai, tersenyum sendiri ketika seseorang menyebut nama ‘itu’, salah tingkah jika berada di dekatnya. Yah, kurang lebih seperti itu.

Aku, aku merasakan itu. merasakan semua itu kecuali satu. Aku tak pernah berada di dekatnya, karna aku terasingkan, ia tak mengetahuiku, tak mengetahui kehadiranku, dan sepertinya ia juga tak mau tahu tentang ku, tentang siapa pengagum rahasianya yang selama ini mengiriminya surat yang aku masukan ke dalam lokernya.

Kali ini, aku hanya memandanginya dari atap sekolah yang tertuju pada lapangan. Aku memandangnya dengan tatapan sendu, tak bisakah ia tahu aku menyukainya? Bahkan ia terlihat cuek, seakan tak pernah terjadi apapun.

Mungkin hanya aku yang terlalu berharap bahwa ia akan tahu bahwa aku menyukainya. Dan hanya aku yang rela di anggap ‘kampungan’ karna mengiriminya surat yang dimasukan ke lokernya.

Aku menghela nafas, lekas pergi dari tempat persembunyianku. Melangkahkan kaki ku pada lokernya –lagi-. Yah, rutinitas yang kulakukan ketika istirahat. Aku mengendap-endap, melihat sekitar. Kemudian berani melangkah lebih dekat pada lokernya.

Brak!

Ah sial!

“ah, aku sungguh minta maaf.. maaf aku harus buru-buru!” teriaknyaa sambil berjalan mundur. Aku mendengus, sial! Ketika aku ingin mengambil surat yang terlepas dari tanganku aku terlonjak ketika melihat sepatu seseorang. Seseorang yang sudah sangat ku kenal.

“sedang apa kau?”

Matilah kau Hyunie! Aku segera bangkit dengan wajah tertunduk. Oh sungguh tamatlah riwayatku. Ya memang aku ingin dia menyadariku, namun tidak seperti ini.

“aku bertanya padamu.. dan itu..” dia menunjuk surat yang ku genggam. Aku akan mati aku akan mati! Aku menghirup udara sangat banyak.

“a—aku—inii—“

“eum, tidak masalah”

“ne?”

“apakah kau melihat orangnya?”

“apa?”

“apakah kau lihat siapa orang yang akan menaruh surat itu? pasti ia sangat terkejut.. ah, bolehkah berikan surat itu padaku?”

Aku tercengang, jadi dia mengira bahwa ada orang lain yang akan  memasukan surat ini dan aku melihat orang itu? haha. Syukurlah aku masih selamat. Aku mengulurkan tanganku memberikan suratnya. Apakah ini tidak gila? Aku memberinya surat? Secara langsung?

“gomapta.. aah iya, bisa tolong bantu aku?”

“eum, apa?”

“tolong bantu aku mencari orang yang mengirimkan surat ini, eo?”

Skak! Bagaimana bisa aku mencari orang yang mengirimkannya surat? Sedangkan pelakunya adalah aku? ah, ini sungguh diluar kepala.

“hey! kau maukan?”

“ah? Eum, ye”

“siapa namamu?”

“Seung Hyun.. panggil Hyun”

“ah, aku Jung Eun Sup.. panggil saja Jung Eun.. bangapseumnnida Hyunie-ssi”

Yah, dari saat ini aku berteman. Aku dekat dan aku melangkah mulai menunjukan diriku yang selama ini bersembunyi dibalik bayangan hitamnya, tak berani keluar. Namun, bisakah ia menyadari kehadiranku lebih dari saling mengenal?


=== ===


Bulan sudah berganti dan sekarang musim gugur. Aku duduk pada bangku taman dibawah pohon pinus. Ku hirup udara segar ini, aku terlalu gugup. Aku harus berterus terang padanya, pada seseorang yang ku sukai. aku tahu, pasti dia akan menjauhiku atau apapun itu, aku siap mengambil resikonya. Namun, ada yang membuatku lebih penasaran lagi.


Aku juga ada yang ingin ku sampaikan..


Dia ingin berbicara tentang apa? Mungkinkah dia sudah tahu aku berbohong? Mungkinkah ia akan membenciku? Atau mungkinkah dia akan bertanya padaku tentang mengapa aku menyembunyikan kenyataanku?

Ah, aku bisa gila! Aku menggelengkan kepalaku, menyingkirkan pikiran-pikiran gila yang mengalir di otakku. Aku merasa ada tepukan dibahuku, aku mendongak melihat siapa orang yang telah menepuk bahuku.

“Jung Eun?”

“lama menunggu?” tanyanya. Aku menggeleng, membantah pertanyaannya. Dia mengangguk. Aku mengamati wajahnya, tidak ada yang aneh, tapi dia agak lebih bahagia dari sebelumnya.

“hey! Hyunie-ya? Hey!”

“eh?” telapak tangannya mendarat dikeningku. Deg deg deg. Oh ayolah, hentikan dia bisa membuatku mati jantungan karna hal sepele seperti ini.

“tidak panas” gumamnya pelan. Jadi dia mengira suhu badanku panas, jadi dia meledekku?

“Yak!”

“hahaha.. ayo kita jalan..” ucapnya sambil menarik tanganku. Kaget? Oh tentu saja..

“jalan?”

“eum, seperti pasangan kekasih.. hahaha”

Mungkin wajahku seperti kepeting rebus yang berwarna merah, dan kenapa udara sekitar seperti sangat panas. Ah, kenapa denganku dan kenapa dengannya? Mungkinkah memang benar dia telah mengetahuiku, mengetahui bahwa akulah orang dibalik surat-surat yang berada di lokernya. Baiklah, aku urungkan niatku untuk berbicara padanya.


=== ===



Terpaan angin dingin menampar kecil wajahku. Tubuhku menggigil, aku hanya dapat mengeratkan jaketku, aku tak menyangka jika di musim gugurpun pada malam hari masih sangat dingin. Aku menengadah ke atas, melihat langit malam yang sangat sepi.

Mungkinkah mendung? Seharusnya malam ini banyak bintang dan di terangi sinar bulan, bukan sepi dan dingin. aku menaruh tanganku tepat di dadaku, merasakan denyut jantung yang sedari tadi berdenyut sangat kencang. Jung Eun. Mungkin hanya dia yang membuat jantungku berpacu cepat.

“Hyunie-ya! Maaf lama” ujarnya sambil menyerahkan teh panas padaku. Berada di dekatnya lagi membuatku hangat. Aku berharap aku tak jauh darinya.

“terimakasih, Jung Eun.” Ucapku ringan, entah kenapa, aku mulai merasa takut ia pergi, merasa takut ia tak memanggilku lagi. Oh sungguh ini berlebihan.

“Hyunie-ya” gumamnya pelan. Aku menoleh padanya, tatapannya lurus pada teh panas yang ia pegang. “aku sudah bilang bukan jika aku ingin berbicara sesuatu? Dan kau bilang kau juga ingin berbicara  padaku?” ucapnya sambil menoleh padaku.

“eum, tapi kau duluan saja. Kau mau bicara apa?”

“sebelumnya terimakasih, telah mau membantuku.. yah walaupun kau tidak dapat mengetahui siapa yang mengirimnya tapi aku ucapkan terimakasih..” aku tersentak. Aku menggaruk kepalakku tak  gatal.

“maafkan aku.. aku—aku—“

“tidak apa.. namun aku sudah tahu siapa orang yang selama ini mengirimkan surat ke lokerku—“ entah kenapa detak jantungku melemah, seharusnya detak jantungku cepat kenapa sedangkan ini lemah? Kenapa tubuhku tidak panas melainkan dingin?

“—dia.. kau—“ dia menunjukku? Dia tahu bahwa aku pelakunya? Bagaimana bisa?

“ne?”

“kau berbaliklah.. dia ada di belakangmu?”

Aku terkejut, tubuhku bergetar menahan sakit. Aku harus berusaha tersenyum. aku berbalik dan ternyata memang terdapat wanita. Cantik. Kenapa bisa dia? Kenapa dia tidak berfikir akulah yang mengirim surat-surat itu?

“annyeong~” sapanya. Aku hanya tersenyum paksa.

“namanya Jung Hee.. Jung Eun Hee.. bukankah namanya hampir sama denganku? Haha” ucapnya dan hanya  ku balas dengan tawa hambar. Oh tuhan, kuatkan aku. aku  mengepalkan tanganku, menahan segalanya.

Ingin aku meninjunya, memukulnya, meneriakan bahwa akulah pelaku sesungguhnya. Apa dia tidak menyadari kehadiranku? Meyadari bahwa akulah yang berada di bayangannya? Aku menarik nafas panjang. Aku ingin menangis, aku harus lari.

“aku harus pulang” ucapku singkat sambil berjalan cepat menghindari teriakannya yang memanggil namaku, menyuruhku untuk berhenti. Namun, aku tak bisa, aku ingin menangis ketika melihat mereka.

Aku merasakan air mataku sudah turun mengalir mengaliri wajahku. Dan juga hujan yang sudah membasahi bumi, oh bahkan bumipun tahu aku sedang menangis. Jadi benar, jika ada sesuatu yang akan terjadi, itu sebabnya malam ini dingin?

Bodoh bodoh bodoh! Andai saja aku lebih berani untuk menyatakan bahwa aku menyukainya, andai saja saat aku mengambil surat yang terjatuh dan dilihat olehnya aku berkata bahwa aku lah pelakunya. Kenapa? Kenapa aku sangat bodoh!

Tak bisakah dia merasakan bayangan keduanya? Tak bisakah ia menyadariku yang menyukainya? Tak bisakah ia membuka matanya untuk melihatku? Tak bisakah dia melakukan itu? tak bisakah? Apakah itu sulit?

“Agassi!!”


CCKIT!!!

Brak!



Aku mendengar banyak orang mengerumuniku, mendengar suara kericuhan orang-orang dan suara mobil yang aku yakini itu suara ambulance. Apa yang kulakukan? Kenapa mataku memaksaku untuk menutup? Kenapa jantungku mulai tak berasa tak berdetak, kenapa pendengaranku mulai menurun? aku  mulai tak merasakan.. apapun.


Jung Eun.. bisakah kau menyadari kehadiranku?




=== END === 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar