Selasa, 23 Juli 2013

[Oneshot] Dad, I'm Sorry..



Author: @SarDhiA| Title: Dad, I’m Sorry..| Cast: Lee Hyuk Jae, Lee Eun Bin –his Child’s-| Cameo: Kim ahjumma and other| Genre: Angst, Family, Romance| Rating: T, Kleenex Warning!!| Length: Oneshot
                         
TATA TERTIB: R-C-L  (Read-Comment-Like) Don’t Be Silders and plagiators!

WARNING!!! TYPO ANYWHERE!!!



&Dad, I’m Sorry&
                                                            

Sinar matahari memaksa menerobos masuk ke kamar seorang pria yang kini masih terbang di dunia mimpi. Sesekali pria itu menggeliat karna merasa ada sesuatu yang menggerakannya. Seorang anak kecil berperawakan mirip sepertinya tetap setia membangunkannya.

“appa! Ireona! Palli ireona!” serunya. Hyuk Jae sedikit menggerakan badannya dan hampir membuat anak kecil itu jatuh terjungkang dari kasur. Jam sudah menunjukan jam 7:00 pagi itu artinya anak tu sudah kurang lebih satu jam membangunkan pria itu, dan setengah jam lagi ia akan terlambat ke kantor dan juga dengan anak kecil yang sudah berpakaian sekolah. “appa! Ireona!”

Hyuk Jae bangun dan menyingkapkan selimutnya. Hyuk Jae mendelik kesal pada anak kecil itu lalu melihat ke arah jam dinding kamarnya. Ia terbelalak kaget “Eun Bin! Kenapa tidak membangunkan appa dari tadi, hah?!” teriak marah Hyuk Jae. Anak kecil itu beringsut turun dari kasur Hyuk Jae sambil menunduk.

“aku sudah.. membangunkan appa dari tadi.. sungguh..” ujarnya takut-takut. Hyuk Jae mendengus lalu secepat kilat turun dari kasur. “alasan saja.. aku tahu kau berbohong..” ujar Huk Jae sambil memasuki kamar mandi dan BLAM! Hyuk Jae membanting pintu kamar mandi.

Eun Bin anak dari Hyuk Jae itu hanya menahan tangisnya. Ibunya? Ibunya keluar kota karna pekerjaan menuntutnya. Selama ini ibunya tak pernah tau kejadian yang selama ini Eun Bin dapatkan dari sang ayah. Ia tinggal dengan satu pembantu rumah tangga yang setia menemani Eun Bin dan menjadi tempat Eun Bin menangis, tertawa, dan menceritakan pengalamannya.

“appa, mianhae..” lirihnya. Ia berjalan keluar dengan lesu. Pembantunya, Kim Ahjumma menghampiri Eun Bin.

“Eun Bin-ah, kajja sarapan sayang..” ajak Kim Ahjumma. Eun Bin menggeleng. Ia mendongakkan kepalanya “ahjumma, kenapa appa jahat? Semua yang Eun Bin lakukan selalu salah dimata appa.. Eun Bin juga sudah sering kali minta maaf pada appa.. tapi kenapa appa tidak mau memaafkan Eun Bin? Kata eomma kita harus saling memaafkan, tapi kenapa appa tidak?” kata-kata polos itu meluncur bak permainan anak-anak. Kim Ahjumma hanya diam dan tersenyum. Mengusap kepala Eun Bin penuh sayang. Anak malang.

“appa mungkin sedang banyak pekerjaan, jadi dia sering marah-marah..” ujar Kim ahjumma mencoba menghibur, tetapi Eun Bin menggeleng tegas.

“ahjumma sering berbicara seperti itu, tapi nyatanya appa tidak seperti itu..” ujar Eun Bin polos. Kim ahjumma mati kutu tak bisa menjawab apa-apa.

“kajja, sekarang kita sar—“

Cklek..

Pintu kamar Hyuk Jae terbuka, itu tandanya Hyuk Jae sudah siap untuk berangkat ke kantor. Hyuk Jae keluar terburu-buru sambil memegangi ponselnya yang terus berdering. Tanpa memperdulikan sekitar ia langsung cepat keluar dari rumah. Sementara Eun Bin dan Kim ahjumma diam mematung melihat Hyuk Jae.

Detik keemudian bunyi mobil terdengar dan itu menandakan Hyuk Jae telah berangkat tanpa memperdulikan Eun Bin. Hyuk Jae, dimanakah perasaanmu? Dia rela bangun subuh dan telah menyiapkan dirinya dari subuh dan sekarang Eun Bin ia tinggal?

“ahjumma..” lirih Eun Bin. Wajahnya kini memerah menahan tangis. Kim ahjumma tersenyum dan mengusap wajah Eun Bin. “berangkat dengan ahjumma eo?” tanya Kim ahjumma. Eun Bin tersenyum dan mengangguk.

“ahjumma ambilkan roti untuk di makan di jalan..” ujar Kim ahjumma lalu pergi mengambil roti. “ini.. kajja..”


&Dad, I’m Sorry&


“Eun Bin-ah, annyeong~” sapa seorang dua bocah laki-laki menghampiri Eun Bin yang berjalan sambil menunduk. Kenapa? Karna ia enggan melihat sekumpulan wali murid yang mengantar teman-temannya. Sedangkan ia?

“ne, annyeong~” jawab Eun Bin lesu.

“Eun Bin, dimana ibumu? Aku belum pernah melihat ibumu..” ujar seorang temannya. Eun Bin menoleh pada temannya itu. “ibuku sibuk..” gumam Eun Bin.

“kalau ayahmu? Aku juga belum pernah melihat ayahmu..” ujar seorang temannya lagi. Eun Bin mendengus. “ayahku juga sibuk..” jawab Eun Bin.

“hahahaa, itu hanya alasanmu saja kan?” cibir temannya.

“kau tidak punya orang tuakan?” cibir temannya yang satu lagi. Eun Bin mendelik tajam pada kedua temannya yang mengoloknya.

“aku punya!!” teriak Eun Bin. Tetapi, teman-temannya masih terus mengolok Eun Bin.

“Eun Bin tidak punya orang tua.. Eun Bin tidak punya orang tua! Hahaha” mereka mengolok Eun Bin. Eun Bin merah padam.

“AKU PUNYA ORANG TUA!! HIKKS!!” teriak Eun  Bin yang menjadikan ia pusat perhatian. Ia berlari menuju kelasnya sambil menangis.

“HAHAHAHA! Eun Bin tidak punya orang tua!!”


&Dad, I’m Sorry&


“besok ada pentas seni untuk kalian, meliputi hari ayah, jadi ayah kalian harus datang ya?” ujar guru yang mengajar Eun Bin. Eun Bin termenung, appa pasti tidak bisa. Eun Bin mengangkat tangannya.

“seon..seonsaengnim.. Eun Bin besok izin ya?” ujar Eun Bin gemetaran. Guru itu menatap heran Eun Bin. “waeyo , Eun Bin-ah?” tanya guru itu dengan lembut. Eun Bin menunduk.

“Eun Binkan tidak punya orang tua, seonsaengnim!” seru seorang anak kecil yang tadi mengolok Eun Bin. Eun Bin menoleh ke arah temannya.

“aku punya orangtua kok! Besok akan ku perlihatkan! Appaku tampan!” sunggut Eun Bin. Temannya itu hanya tertawa menyindir.

“baiklah! Eun Bin tidak ada masalahkan?” Eun Bin mengangguk lesu saat di tanya oleh gurunya. Eun Bin memucat. “baiklah, sampai bertemu besok..”

“ne seonsaengnim!”

Anak-anak kecil itupun mulai beranjak keluar. Kecuali Eun Bin, Eun Bin duduk diam sambil menunduk. Sang guru yang masih melihat Eun Bin duduk diam itupun menghampiri Eun Bin.

“apa ada masalah?” tanya sang guru. Eun Bin mendongak dan mendapati gurunya ada di depannya. Eun Bin menggeleng.

“aniyo..” ujar Eun Bin singkat. Gurunya hanya tersenyum “ayahmu tak bisa datang? Kau bisa membawa fotonya dan minta di rekamkan..” ujar guru itu sambil mengusap kepala Eun Bin. “teruslah bujuk ayahmu, seonsaengnim yakin ayahmu bisa luluh Eun Bin-aa..” ujar guru itu sambil mencubit pipi Eun Bin pelan. Eun Bin merekahkan senyumnya dan mengangguk “nah, sekarang pulang dan bujuklah ayahmu, eum?”

“eum..” Eun Bin mengangguk.

“Eun Bin-aa!”

“eo? Ahjumma..” ujar Eun Bin yang kaget karna namanya di sebut. Kim ahjumma datang menghampiri kelas Eun Bin karna Eun Bin belum keluar. Guru dan Eun Bin berjalan bergandengan sampai di depan Kim ahjumma.

“aigo, Eun Bin-aa.. ahjumma sangat khawatir sayang..” ujar Kim ahjumma menatap lesu Eun Bin.

“tadi, seonsaengnim menemani Eun Bin sebentar ahjumma..” ujaar Eun Bin polos. Kim ahjumma bernafas lega.

“gamsahamnida Eun Bin seonsaengnim..” ujar Kim ahjumma sambil membungkuk.

“ah, tidak usah seperti itu..”

“kalau begitu kami permisi.. sekali lagi terima kasih..”

“ah ne..”


&Dad, I’m Sorry&


“ahjumma.. aku takut..” ujar Eun Bin sambil menggenggam erat ujung baju piamanya. Eun Bin ingin mengatakan pada Hyuk Jae bahwa besok ia harus datang ke sekolah.

“Eun Bin-aa, fighting!” ujar Kim ahjumma memberi dukungan. Eun Bin mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya.

Tok! Tok!

Eun Bin mengetuk kamar Hyuk Jae, tapi tak ada sautan. Ia memberanikan diri masuk ke dalam kamar sang ayah. Di edarkannya pandangannya ke seluruh tempat, tetapi ayahnya tidak ada. Ia melangkah lebih dalam dan melihat ruang kerja ayahnya terbuka. Ia melangkah menuju ruang kerja ayahnya.

Kepala kecilnya menyembul kedalam. Ia  melihat ayahnya yang berkutat dengan laptop dengan serius. Dengan takut Eun Bin melangkah mendekat ke arah ayahnya.

Ddrrtt.. baru saja Eun Bin mau membuka mulutnya Hyuk Jae mengangkat telfon dan Eun Bin, tentu mengurungkan niatnya.

“ah, bagaimana tuan Park?”

‘tuan Lee saya terima project anda.. besok jam tujuh kita rapat, bagaimana?’

“ah tentu saja.. sampai bertemu besok..”

Hyuk Jae menaruh ponselnya. Eun Bin menarik nafas panjang. Tetapi, belum Eun Bin membuka suara, suara Hyuk Jae terdengar lebih dulu.

“aku sibuk jika ingin bicara besok saja” ujar Hyuk Jae dingin. Ia juga masih menghadap ke arah laptopnya.

“ta..tapi—“

“pergilah” ujar Hyuk Jae singkat. Eun Bin mengepalkan tangannya. “appa.. mianhae.. aku akan tetapi di sini dan berbicara pada appa.. appa lanjutkanlah pekerjaan appa..” ujar Eun Bin. Hening. Hyuk Jae tidak membalas ucapan Eun Bin. Ia tetap menatap laptopnya.

“appa, mianhae.. besok di sekolah akan mengadakan hari ayah dan murid-murid akan memberikan penampilan untuk ayahnya.. termasuk aku.. aku juga ingin appa di sana.. melihatku menampilkan yang terbaik untuk appa.. jadi, kumohon appa datang..” ujar Eun Bin sambil menunduk. Hyuk Jae mendengus kesal. “appa, mianhae..”

“keluarlah, kau sudah selesai bukan?” ujar Hyuk Jae datar. Eun Bin mengangguk walau tak terlihat oleh Hyuk Jae.

“tapi, apakah appa datang?” tanya Eun Bin.

“aku sibuk. Tidak bisa.”

“tapi—“

“aku bilang aku sibuk!” ujar Hyuk Jae menaikan intonasinya dan menatap marah Eun Bin. Eun Bin mundur dua langkah karena kaget “apa kau sekarang tuli? Tidak bisa mendengar? Atau sekarang kau lumpuh?”

“ap..appa..” ujar Eun Bin tersendat. Air matanya sudah di pelupuk matanya.

“aku bilang keluar! Dan aku sibuk!” ujar Hyuk Jae sambil bangkit dan menarik Eun Bin keluar dari kamarnya.

Ckleek..

“Eun Bin—Tuan Lee..” ucapan Kim ahjumma terhenti ketika melihat yang keluar bukan Eun Bin sendiri.

“ini! Urusi dia! Suruh dia tidur! Jangan ganggu aku!” ujar Hyuk Jae sambil sedikit mendorong pelan Eun Bin. Blam! Ia membanting pintu kamarnya dan menguncinya.

Kim ahjumma memandang sendu Eun Bin yang terisak pelan. Kim ahjumma menggandeng Eun Bin membimbing Eun Bin menuju kamarnya.


&Dad, I’m Sorry&


“hiks.. hiks..”

“Eun Bin-aa, uljimma.. sudah sudah..”

Yah, saat sampai di kamar dan Eun Bin yang dipeluk Kim ahjumma Eun Bin langsung menangis. Ia menangis tak henti-hentinya. Kim ahjummapun ikut menangis melihat Eun Bin.

“eomma bogoshipo!! Napeun appa!! Eomma!!” jerit Eun Bin. Kim ahjumma mengelus kepala Eun Bin.

“sudah sudah.. ssttt.. uljimma.. nanti appa dengar nanti di marahi lagi..” ujar Kim ahjumma. Detik kemudian Eun Bin meredakan tangisnya meski masih terisak-isak. “nah, uljimma.. sekarang tidur..” ujar Kim ahjumma sambil mengiring Eun Bin tidur. Eun Bin berbaring masih terisak. Ia memejamkan matanya, hanya matanya. Ia tak benar-benar tidur

Hening. Suasana menjadi hening, tak ada isak tangis dari Eun Bin. Kim ahjummapun mematikan lampu dan pergi keluar dari kamar Eun Bin.

Selepas Kim ahjumma pergi, Eun Bin membuka matanya perlahan. Gelap. Ia mendengus dan turun dari kasur menyalakan lampu yang saklarnya tinggi. Ia menarik kursi belajarnya. Kemudian ia berdiri di atas kursi dan menyalakan lampu.

Buk!

“aduh.. sakit..” gumam Eun Bin karna terjatuh. Ia bangkit dan menarik kursi itu ketempatnya. Ia mengambil buku dan alat tulis. Ia menyiapkan pertunjukannya demi Hyuk Jae, demi penampilan yang terbaik untuk sang ayah.


&Dad, I’m Sorry&


Dengan wajah pucat Eun Bin keluar dari kamarnya pukul setengah 7. Kim ahjumma melihat Eun Bin khawatir. Sangat jarang Eun Bin kelua kamar setengah 7, paling lama jam 6 dia sudah keluar.

Eun Bin menghampiri Kim ahjumma yang tengah mengolesi roti dengan selay. Kim ahjmma menghentikan kegiatannya. Eun Bin duduk dan mengedarkan pandanngannya, mencari sang ayah.

“sudah berangkat.. baru saja berangkat..” ujar Kim ahjumma. Eun Bin mendongak ke arah Kim ahjumma. Kim ahjumma memberi Eun Bin roti yang di beri selay. Eun Bin mengambilnya memakannya dengan lesu. “kau sakit? Wajahmu pucat, ada mata panda di wajahmu..”

Eun Bin menggeleng “gwaenchana, ahjumma..” ujar Eun Bin lesu. Baru saja Kim ahjumma ingin memegang dahi Eun Bin, Eun Bin sudah bergerak turun dari kursi masih dengan memakan roti. Kim ahjumma memandang lesu Eun Bin.

Eun Bin berjalan menuju foto yang terpajang di dinding. Foto Hyuk Jae dan dirinya yang berumur tiga tahun. Foto yang masih ada cinta di sana, kejadian itu sudah berlalu, sekitar satu setengah tahun. Eun Bin tersenyum melihat fotonya.

“ahjumma~ bisakah ambilkan foto itu?” lirih Eun Bin sambil menunjuk foto yang tergantung di dinding. Kim ahjumma menghampiri lebih dekat Eun Bin. Berdiri di sampingnya sambil melihat foto yang di tunjuk Eun Bin.

“untuk apa?”

“kata seonsaengnim jika appa tak bisa datang, aku boleh membawa foto appa..” ujar Eun Bin sambil mengulas senyum. Kim ahjumma ikut tersenyum.

“tapi, kenapa foto yang ini?” tanya Kim ahjumma. “hanya foto ini yang bagus...” ujar Eun Bin.

“karna ada kau di sanakan Eun Bin-aa? hahahaa..” ujar Kim ahjumma lebih mencairkan suasana.

“haha, ani.. karna kalau ku lihat foto appa semuanya terlalu formal.. memakai jas, bersalaman dengan bos-bos.. dan juga—“ Eun Bin memutuskan ucapannya. Kim ahjumma menunggu kelajutan ucapan Eun Bin “masih ada cinta disana..” ujar Eun Bin sambil tersenyum kecut.

“Eun Bin-aa..” lirih Kim ahjumma.

“ahjumma, ambilkan eo?” ujar Eun Bin, lalu ia menju ke meja makan mengambil air untuk minum. “kenapa kepalaku pusing sekali?” gumamnya sambil menggelengkan kepalanya.

“Eun Bin-aa, ini fotonya..” Eun Bin memandang foto itu aneh. “waeyo?”

“ahjumma, kenapa tidak ada bingkainya?” tanya Eun Bin polos. Kim ahjumma terkekeh kecil. “badanmu dengan bingkai besaran bingkai Eun Bin-aa.. hahaa..”

“ahjumma!!”  ujar Eun Bin sambil menggembungkan pipinya. “uhuk! Uhuk!”

“Eun Bin-aa.. gwaenchana?” ujar Kim ahjumma panik. Eun Bin hanya mengangguk. “ahjumma, rekamkan tampilanku ne? Nanti bisa di lihat eomma dan appa..”

“siap bos!” ucap Kim ahjumma sambil hormat kepada Eun Bin. Eun Bin hanya tertawa, tanpa Kim ahjumma sadari Eun Bin tertawa sambil menahan rasa sakit pada kepalanya. “sekarang kita pergi?”  Eun Bin mengangguk lalu menyambar tasnya.


&Dad, I’m Sorry&


“nah selanjutnya Lee Eun Bin~” nama Eun Bin di sebut untuk menampilkan penampilannya. Eun Bin menoleh ke arah belakang. Tempat wali murid menyaksikan aksi anak-anaknya.

“Eun Bin fighting!” ujar Kim ahjumma walaupun pelan. Eun Bin mengangguk dan bangkit. Ia berjalan dengan gugup sambil memeluk foto.

Kini, ia sudah berdiri di depan. wajah pucatnya kini bertambah pucat. Ia melihat sekelilingnya. Ia menjadi sorotan. Gugup. Itulah yang ia rasakan. Ia memperlihatkan fotonya.

Eun Bin menutup matanya dan menarik nafas dalam. Seketika wajah ibunya dan suara sang ibu terlintas.

Jika suatu saat Eun Bin maju kedepan anggap saja di sana hanya ada eomma appa Kim ahjumma.. arro?

“eomma~” lirihnya. Detik kemudian ia membuka matanya, ia siap. Seketika di hadapannya hanya ada ibunya, ayahnya –Hyuk Jae-, dan Kim ahjumma. Eun Bin mengembangkan senyumnya.

“aku tidak punya apa-apa untuk di persembahkan.. semalaman aku memikirkan apa yang harus aku tampilkan.. aku hanya akan bercerita sedikit—“

Eun Bin menceritakan tentang sang ayah, Hyuk Jae. Ia dengan lancar mengatakan bahagia memiliki ayah seperti Hyuk Jae. Tetapi, Eun  Bin yang sedari tadi menahan rasa sakit sudah pada finalnya. Pandangannya buram. Tidak ada ibu dan ayahnya, yang ada hanya teman-temannya, orang tua teman-temannya dan Kim ahjumma yang merekam.

Bruk!

“EUN BIN!!”


&Dad, I’m Sorry&


Di waktu yang sama, namun tempat yang berbeda. Hyuk Jae, pengusaha sukses itu melangkahkan kakinya memasuki club no. 1 di negaranya. Dengan kemeja putih yang berantakan dua kancing atas terbuka, balutan jeans dan rambut acak-acakan memberi kesan bahwa ia belum beristri dan mempunyai anak.

Ramai. Yah, tempat itu ramai karna banyak yang sama dengan Hyuk Jae. Melepas penat dengan cara hura-hura seperti itu. Hyuk Jae melangkahkan kakinya ketempat minuman-minuman berakokhol itu. para wanita jalang melihat Hyuk Jae dengan genit. Tapi, Hyuk Jae masih mengingat dia mempunyai istri.

“seperti biasa.. tapi kali ini pakai vokado..” ujar Hyuk Jae sambil menjentikan jarinya.

“ingin mabuk berat? Ini bahkan masih siang..”

“melepas penat”

“haha, arraseo..”

Bartender itupun mengambil minuman yangg di inginkan Hyuk Jae. Sambil menunggu Hyuk Jae mengedarkan pandangannya. Ia mengerling pada seorang perempuan dan membuat perempuan itu tersipu malu. Hyuk Jae hanya tersenyum dalam hati karna bisa menjahili perempuan.

“ini dia tuan Lee..”

“gomapseumnida” balas Hyuk Jae. Betender itu kembali pada tugasnya.

“mau di temani?” Hyuk Jae melirik. Perempuan yang tadi ia jahili. Hyuk Jae hanya mengangguk membuat perempuan itu tersenyum dan duduk di samping Hyuk Jae.

Jauh dari keadaan, ponsel yang Hyuk Jae tinggalkan di mobilnya terus berdering. Ponsel itu terus memperlihatkan nama –Kim Ahjumma-.


&Dad, I’m Sorry&


Sosok berbaju serba putih keluar dari ruangan. Kim ahjumma dengan sigap berdiri. Sosok itu berjalan mendekat ke arah Kim ahjumma.

“uisanim, bagaimana keadaannya? Apakah tidak apa-apa?” ujar Kim ahjumma panik. Dokter itu hanya tersenyum kecil.

“tenang, dia tipes.. apakah semalaman ia tidak tidur? Dia sangat lelah itu juga sebabnya dia terserang tipes..” ujar dokter itu. Kim ahjumma diam,

Semalaman aku memikirkan apa yang harus aku tampilkan..

“apakah orang tuanya sudah di hubungi?” tanya dokter itu membuat Kim ahjumma tersadar lagi. “ah, ye? Ah belum, orang tuanya sibuk..” ujar Kim ahjumma cepat.

“ah sudah saya duga.. jika orang tuanya sudah datang tolong sampaikan untuk ke ruangan saya.. permisi..” ujar dokter itu sambil pergi. Kim ahjummapun melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan dimana seorang bocah laki-laki terbaring dengan infusan tertancap pada tangannya. Eun Bin bocah itu sangat malang.

Kim ahjumma menarik kursi supaya lebih dekat dengan ranjang Eun Bin. Kim ahjumma mengelus wajahnya. Malang, sangat malang.

“Eun Bin-aa, kau malang sekali sayang..” gumam Kim ahjumma. Kim ahjumma mengelus kepala Eun Bin penuh sayang. Baru saja Kim ahjumma mau meneteskan air matanya. Eun Bin membuka matanya.

“ahjumma, Eun Bin dimana?” ujar Eun Bin dengan suara purau. “apa yang terjadi?”

“kau sakit.. kenapa kau nakal sekali? Kalau sakit seharusnya bilang kepada ahjumma..” ujar Kim ahjumma berpura-pura marah. Eun Bin menundukan pandangannya.

“nanti appa marah jika Eun Bin sakit.. nanti appa tidak mau memaafkan Eun Bin..” ujar Eun Bin polos. Kim ahjumma sekali lagi tersentuh dengan ucapan Eun Bin. Kini habis benteng pertahanan Kim ahjumma. Kim ahjumma menangis di depan Eun Bin.

Tes~

Eun Bin merasakan air jatuh pada tangannya. Ia menoleh dan melihat Kim ahjumma menangis. Mengusap air mata Kim ahjumma dengan lembut. Persis seperti apa yang di lakukan Kim ahjumma jika Eun Bin menangis ketika merindukan ibunya dan di marahi ayahnya.

“ahjumma, apakah aku sangat nakal sehingga membuat ahjumma menangis?” pertanyaan yang sangat polos. Kim ahjumma menarik Eun Bin kedalam pelukannya “ahjumma~” lirih Eun Bin.

Kim ahjumma melepas pelukannya pada Eun Bin dan menghapus air matanya. “ahjumma pulang sebentar eo? Mau mengambil pakaian Eun Bin..”

“wae? Apakah ini hotel? Tapi tempat ini seperti tempat waktu eomma sakit dan menginap di sini..” ujar Eun Bin sambil menelusuri pandangannya.

“ini hotel khusus orang sakit seperti Eun Bin..” ujar Kim ahjumma sambil menepuk pelan kepala Eun Bin. Eun Bin mengangguk. “ahjumma akan kembali..”


&Dad, I’m Sorry&


Hyuk Jae di bopong oleh seorang laki-laki yang seumuran dengannya. Mereka masuk ke dalam rumah Hyuk Jae. Di letakannya Hyuk Jae di sofa rumahnya.

“hah, kau hampir di kuras oleh perempuan saat kau mabuk.. hah, untung jika kau menyentuhnya ini sama sekali tidak! Dan untung aku tahu kalau kau di sana..” ujar teman Hyuk Jae, Donghae.

“hah, hik.. aku ini sedang penat..” ujar Hyuk Jae sempoyongan, Hyuk Jae ada di batas mabuk dan tidak.

“penat atau tidak kau tetap pergi ke sana, bodoh!” ujar Donghae sambil mendecak kesal. Kemudian Donghae bangkit “aku minta minum Hyuk..”

“mm..” gumam Hyuk Jae.

Donghae melangkah menuju dapur Hyuk Jae. Ia berjalan mendekat ke arah kulkas. Ia terhenti ketika melihat note tertempel.

Tuan Lee saya dan Eun Bin pergi sebentar.. makanan untuk Tuan sudah saya siapkan,
Hanya tinggal di panaskan..

Tertanda –Kim Ahjumma-

“pantas saja sepi..” gumam Donghae lalu mengambil botol air mineral. Ia berjalan menuju sofa yang di duduki Hyuk Jae “hah, dia benar-benar mabuk..” cibir Donghae. Ia melempar kunci mobil Hyuk Jae di meja. Ia mengambil kertas note, dan menuliskan sesuatu. Setelah selesai ia tempel di samping kunci mobil Hyuk Jae.

Mobil mu masih di club, jika sudah baikan suruh anak buahmu mengambil mobilmu!
Jangan terus mabuk, kau menyusahkanku.

Tertanda –Lee Dong Hae-.


&Dad, I’m Sorry&


Hyuk Jae perlahan membuka matanya. Kepalanya pusing seperti ada berton-ton benda hinggap di kepalanya. Ia memaksa untuk bangkit dan sedikit berjalan dengan terhuyung. Ia menuju dapur dan mendekat ke arah kulkas. Ia terhenti ketika melihat note tertempel. Tulisannya kabur. Hyuk Jae menggelengkan kepalanya dan menyipitkan pandangannya.

Detik kemudian ia tersenyum sinis “tidak kembali juga tidak apa” gumamnya. Ia merampas note itu dan membuangnya ke tempat sampah. Kemudian ia membuka kulkas dan mengambil air mineral.

Ia berjalan dengan santai sekarang setelah meminum air mineral walupun ia masih sedikit pusing. Ia berjalan menuju sofa yang tadi ia tiduri. Ia meraba sofanya, mencari sesuatu.

“ponselku dimana?”

Kemudian ia teringat jika ponselnya ada di mobilnya. Segera ia berlari menuju garasi dan.. kosong. Dia di bawa oleh siapa kalau begitu? Ia berlari masuk dan melihat kunci mobilnya dan note. Ia membaca dan ia mendesah keras sambil mengacak rambutnya “Lee Donghae bodoh!”

Kemudian ia berlari menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Sebelum ia menuju kamarnya, ia melewati kamar anaknya, anaknya? Cih, dia bahkan tidak peduli. Ia diam dan menunduk, kemudian ia menggeleng dan melanjutkan jalannya.

Ia berendam dengan air hangat. Telah satu jam ia habiskan di kamar mandi. Matanya terpejam. Hyuk Jae, bangunlah jangan mati di sana. Hyuk Jae menenggelamkan dirinya. Entah kenapa wajah Eun Bin dan Ha Bin –istrinya- terlintas. Ia bangun.

“aarrrggg!!” ia mengerang dengan keras. Kemudian ia mengambil handuk dan melilitkannya di pinggang. Ia keluar dari kamar mandi. Memakai baju dan turun ke bawah berniat mengambil mobilnya. Tapi, tunggu bagaimana caranya ia menghubungi bawahannya? Ah, Hyuk Jae apakah ia bodoh? Bahkan ia mempunyai telfon rumah.

“ah, telfon!” ia berjalan menuju telfon dan menekan beberapa digit angka telfon bawahannya.

“yoboseo? Ke rumahku segera, ada tugas untukmu!” ujar Hyuk Jae dingin.

Kemudian ia menutup telfonnya. Ia berjalan menuju ruang keluarga. Ia menyadari ada yang aneh. Foto? Kenapa ada satu foto yang hilang. Tapi, Hyuk Jae tak begitu meyakini ada yang hilang jadi ia hanya menganggapnya angin lalu.

Ting tong..

Hyuk Jae kaget mendengar bunyi bel. Segera ia berlari menuju pintu “cepat sekali” gumamnya. Ia membuka pintu dan mendapati anak buahnya.

“tolong ambilkan mobilku di club no.1.. cepat.. ah, ini kuncinya..” ujar Hyuk Jae sambil memberikan kunci mobilnya.

“baiklah..”


&Dad, I’m Sorry&


Setengah jam berlalu, Hyuk Jae mulai bosan. Ia juga telah memakan makanan yang telah di sediakan Kim ahjumma. Ia telah memutar channel berkali-kali. Keadaan rumah sangat sepi. Biasanya Hyuk Jae akan marah dan seorang anak kecil itu akan terus meminta maaf padanya. Sadis. Itulah ia, Hyuk Jae.

Ting tong..

Dengan cepat Hyuk Jae berlari menuju pintu rumahnya. Ia membuka  pintu dan mendapatkan anak buahnya. Hyuk Jae mendengus kesal.

“kenapa lama sekali?”

“mianhata sajangnim.. macet di jalan.. ini kuncinya..” ujar anak buahnya sambil menyerahkan kunci mobil pada Hyuk Jae. Hyuk Jaee hanya mendengus lalu menutup pintu rumahnya.

Ia berjalan menuju ruang yang tadi ia tempati. Ia mematikan tv dan AC yang berada di ruangan itu. kemudian ia beralih melihat ke arah jam dinding, baru pukul setengah delapan. Apakah ia harus tidur?

Ia berjalan menuju kamar anaknya, entah dorongan apa. Ia melangkah masuk ke dalam kamar anaknya itu. nuansa biru dan putih, foto-foto terpajang rapi. Hyuk Jae sedikit mengulum senyum. Ia berjalan menuju meja belajar Eun Bin. Mobil-mobil mainan terpajang pada rak atas.

Appa, mobil tamia keluaran terbaru oke?

Hyuk Jae tersenyum mengingat itu. mobil-mobilan pertama yang Eun Bin rengekan. Dengan luluhnya Hyuk Jae membelikannya sehingga di marahi Ha Bin, sang istri karna Eun Bin tak mau belajar. Ia beralih pada foto yang terpajang di sebelah mobil tamia.

Appa, foto aku dan mobil baru ini yaa..

Lagi, Hyuk Jae tersenyum. Apa yang salah dengannya? Kenapa tiba-tiba ia merindukan anaknya? Ia tak sengaja melihat buku seperti buku harian. Ia mengambil buku itu dan membukanya.

-Hari ini, eomma pergi.. pergi meninggalkanku, appa dan Kim ahjumma..
Eomma kenapa tega?-

Hyuk Jae ingin menangis rasanya, empat bulan yang lalu. Ha Bin pergi meninggalkannya dan anaknya karna tuntutan pekerjaan. Dan saat itu Eun Bin menangis sejadi-jadinya.

Eomma, kajimma! Eomma! Hikss..

Hyuk Jae tersenyum miris. Kemudian ia membuka halaman berikutnya. Terbelalak itulah yang ia lihat. Ia melihat gambar anaknya. Tertulis di sana ‘appa’, ‘eomma’, ‘Kim ahjumma’, dan Eun Bin selamanya bersama. Hyuk Jae membuka halaman berikutnya.

-Hari ini appa memarahiku terus, apakah aku nakal?
Appa, mianhae.-.

Hyuk Jae merasakan ada yang menghujam jantungnya. Entah kenapa rasanya berat sekali. Ia membuka halaman berikutnya, di sana hanya tertulis ‘APPA MIANHAE’. Hyuk Jae membuka halaman berikutnya tulisannya sama. Hyuk Jae terus membukanya sampai tulisan itu terhenti.

-APPA MIANHAE..
Aku tahu aku selalu menyusahkan appa.. tapi kali ini aku benar-benar sakit..
Padahal aku terus meminta maaf..-

Hyuk Jae merasa amat terpukul. “Eun Bin-aa..” Hyuk Jae membuka halaman berikutnya.

Sudah dua bulan eomma pergi dan appa terus memarahiku karna aku bertanya kapan eomma pulang..
Eomma bogoshipo, appa mianhae L

Appa, kapan eomma pulang? Aku merindukannya..

Sudah ku bilang aku tidak tahu!

Hiks.. mianhae appa..

Ingatan masa yang sudah berlalu kini terulang di memorinya. Ia tak sanggup jadi ia langsung melewati beberapa lembar dan terhenti pada tulisan yang membuatnya seakan mau pingsan. Kejadian semalam saat Eun Bin memintanya mendatangi sekolahnya.

-Apakah aku memang anak nakal? Aku hanya meminta appa datang, karna aku tak mau teman-temanku mengolokku tak mempunyai orang tua.. aku punya eomma yang cantik dan baik, aku punya appa yang tampan dan bijak sana! Aku hanya ingin menunjukan itu.. aku menyayangi kedua orang tuaku.. tapi, appa, sepertinya ia tak menyayangiku lagi..-

appa, mianhae.. besok di sekolah akan mengadakan hari ayah dan murid-murid akan memberikan penampilan untuk ayahnya.. termasuk aku.. aku juga ingin appa di sana.. melihatku menampilkan yang terbaik untuk appa.. jadi, kumohon appa datang..

aku sibuk. Tidak bisa

Hyuk Jae menjatuhkan buku hariannya. Ia berlari keluar kamar Eun Bin menuju ruang keluarga, foto hilang? Hyuk Jae menyusuri laci-laci. Tidak ada foto ia dan Eun Bin. “dia menggunakan foto itu.. rekaman! Yah rekaman!”

Hyuk Jae berlari mencari camera. Ia yakin pasti di rekam oleh Kim ahjumma. Ia menyusuri seluruh laci di rumahnya. Satu-satunya tempat yang belum ia susuri adalah laci di kamar Eun Bin. Hyuk Jae melangkah mantap masuk ke kamar Eun Bin.

Dapat. Ia dapat cameranya. Ia mulai mencari rekamannya. Dapat. Ia dapat apa yang ia inginkan. Play.

“aku tidak punya apa-apa untuk di persembahkan.. semalaman aku memikirkan apa yang harus aku tampilkan.. aku hanya akan bercerita sedikit.. ini appaku, dia tampan bukan? Aku senang mempunyai appa sepertinya.. walaupun kadang aku sering di marahi.. dan appa juga lebih mencintai pekerjaannya.. tapi aku cukup senang masih tinggal di rumahnya.. appaku orang yang hebat.. ia sering berjabat tangan dengan bos-bos perusahaan terkenal.. appa mengajariku tentang semua hal..appa.. aku akan senang jika appa di sini.. melihatku menceritakan sedikit tentangmu.. appa mianhae~”

Bruk!

“EUN BIN-aa!”

Hyuk Jae terdiam. Tangannya gemetaran. Ia menjatuhkan kameranya. Ia merosot jatuh ke bawah. Anaknya kenapa? Apakah ini sebabnya Kim ahjumma dan Eun Bin tidak pulang? Berbagai pertanyaan ada di otaknya.

Ia berlari menuju mobilnya. Ia mengambil ponselnya dan ada 5 pesan masuk dan 20 panggilan tak terjawab dari Kim ahjumma. 4 pesan dari rekan kerja dan sms yang satu lagi dari Kim ahjumma.

From: Kim Ahjumma
Tuan Lee, jika kau melihat pesan ini dan jika PINTU HATIMU TERBUKA, tolong lihat keadaan Eun Bin.. ia sakit.. di rumah sakit Seoul, lantai 2 kamar 04..

Hyuk Jae segera masuk dalam mobil dan melupakan rumahnya. Toh ia bisa menyuruh satpam perumahannya menjaga rumahnya selagi ia pergi.


&Dad, I’m Sorry&


“ahjumma, appa tidak tahukan jika aku ada disini?” tanya Eun Bin polos. Kim ahjumma hanya menggeleng. Eun Bin bernafas lega. “untunglah nanti, appa marah jika—“

Brak!

Eun Bin dan Kim ahjumma melihat ke arah pintu, terlihat Hyuk Jae yang terengah-engah menatap lesu Eun Bin. Eun Bin menunduk tak berani melihat tatapan sang ayah. Hyuk Jae berjalan maju. Kim ahjumma sudah sigap melawan jika Hyuk Jae memarahi Eun Bin. Namun salah, Hyuk Jae memeluk erat Eun Bin.

“appa~” lirih Eun Bin. Ia tak menyangka jika ayahnya memeluknya dengan erat. Kim ahjummapun juga sama kagetnya bukan hanya melihat Hyuk Jae yang memeluk Eun Bin tetapi ia juga melihat Hyuk Jae menangis. “appa~ mianhae..”

Hyuk Jae tetap tak bergeming, malah ia mengeratkan pelukannya dan terdengar isakan. Ia mengendurkan pelukannya dan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Eun Bin. Hyuk Jae mengusap wajah Eun Bin. Eun Bin juga sama, ia mengusap air mata Hyuk Jae sambil tersenyum.

“kau anak nakal~” lirih Hyuk Jae. Eun Bin kaget dan menunduk “appa mianhae~”

“kenapa kau sakit eo? Kau nakal sekali!” ujar Hyuk Jae bergetar. Ia tidak marah, sungguh ia tidak marah. Eun Bin menahan tangisnya. Kim ahjumma hanya menatap haru pemandangan didepannya ini.

“Appa~ aku—“

“mianhae.. appa.. appa benar-benar minta maaf..” ujar Hyuk Jae. Eun Bin mendongak dan menatap ayahnya. air mata  Hyuk Jae terus mengalir deras. “appa~”

Hyuk Jae memeluk Eun Bin erat. “jangan sakit sayang.. karna sakitmu adalah sakit appa~ maafkan appa.. maafkan appa sayang~ appa sangat menyayangimu~ Eun Bin-aa.. Lee Eun Bin..”

“jinjjayo?”

“ne, appa jeongmalyo~” ujar Hyuk Jae sambil mengelus kepala Eun Bin penuh kasih sayang.


-kesalahan yang pernah kubuat.. kesalahan yang akan selalu ku ingat sebagai pelajaran di hari kedepan.. Eun Bin.. adalah cintaku terbesar.. aku Lee Hyuk Jae akan selalu menyayangi anak ku-




&END&

1 komentar:

  1. sardi, kau harus bertanggung jawab. karna ff ini membuatku menangis
    #eaakkk

    BalasHapus