Author: @SarDhiA| Title: Dad, I’m
Sorry..| Cast: Lee Hyuk Jae, Lee Eun Bin –his Child’s-| Cameo: Kim ahjumma and
other| Genre: Angst, Family, Romance| Rating: T, Kleenex Warning!!| Length: Oneshot
TATA TERTIB: R-C-L (Read-Comment-Like) Don’t Be Silders and plagiators!
WARNING!!!
TYPO ANYWHERE!!!
&Dad, I’m
Sorry&
Sinar matahari memaksa menerobos masuk
ke kamar seorang pria yang kini masih terbang di dunia mimpi. Sesekali pria itu
menggeliat karna merasa ada sesuatu yang menggerakannya. Seorang anak kecil
berperawakan mirip sepertinya tetap setia membangunkannya.
“appa! Ireona! Palli ireona!” serunya.
Hyuk Jae sedikit menggerakan badannya dan hampir membuat anak kecil itu jatuh
terjungkang dari kasur. Jam sudah menunjukan jam 7:00 pagi itu artinya anak tu
sudah kurang lebih satu jam membangunkan pria itu, dan setengah jam lagi ia
akan terlambat ke kantor dan juga dengan anak kecil yang sudah berpakaian
sekolah. “appa! Ireona!”
Hyuk Jae bangun dan menyingkapkan
selimutnya. Hyuk Jae mendelik kesal pada anak kecil itu lalu melihat ke arah
jam dinding kamarnya. Ia terbelalak kaget “Eun Bin! Kenapa tidak membangunkan
appa dari tadi, hah?!” teriak marah Hyuk Jae. Anak kecil itu beringsut turun
dari kasur Hyuk Jae sambil menunduk.
“aku sudah.. membangunkan appa dari
tadi.. sungguh..” ujarnya takut-takut. Hyuk Jae mendengus lalu secepat kilat turun
dari kasur. “alasan saja.. aku tahu kau berbohong..” ujar Huk Jae sambil
memasuki kamar mandi dan BLAM! Hyuk Jae membanting pintu kamar mandi.
Eun Bin anak dari Hyuk Jae itu hanya
menahan tangisnya. Ibunya? Ibunya keluar kota karna pekerjaan menuntutnya.
Selama ini ibunya tak pernah tau kejadian yang selama ini Eun Bin dapatkan dari
sang ayah. Ia tinggal dengan satu pembantu rumah tangga yang setia menemani Eun
Bin dan menjadi tempat Eun Bin menangis, tertawa, dan menceritakan
pengalamannya.
“appa, mianhae..” lirihnya. Ia berjalan
keluar dengan lesu. Pembantunya, Kim Ahjumma menghampiri Eun Bin.
“Eun Bin-ah, kajja sarapan sayang..”
ajak Kim Ahjumma. Eun Bin menggeleng. Ia mendongakkan kepalanya “ahjumma,
kenapa appa jahat? Semua yang Eun Bin lakukan selalu salah dimata appa.. Eun
Bin juga sudah sering kali minta maaf pada appa.. tapi kenapa appa tidak mau
memaafkan Eun Bin? Kata eomma kita harus saling memaafkan, tapi kenapa appa
tidak?” kata-kata polos itu meluncur bak permainan anak-anak. Kim Ahjumma hanya
diam dan tersenyum. Mengusap kepala Eun Bin penuh sayang. Anak malang.
“appa mungkin sedang banyak pekerjaan,
jadi dia sering marah-marah..” ujar Kim ahjumma mencoba menghibur, tetapi Eun
Bin menggeleng tegas.
“ahjumma sering berbicara seperti itu,
tapi nyatanya appa tidak seperti itu..” ujar Eun Bin polos. Kim ahjumma mati
kutu tak bisa menjawab apa-apa.
“kajja, sekarang kita sar—“
Cklek..
Pintu kamar Hyuk Jae terbuka, itu
tandanya Hyuk Jae sudah siap untuk berangkat ke kantor. Hyuk Jae keluar
terburu-buru sambil memegangi ponselnya yang terus berdering. Tanpa
memperdulikan sekitar ia langsung cepat keluar dari rumah. Sementara Eun Bin
dan Kim ahjumma diam mematung melihat Hyuk Jae.
Detik keemudian bunyi mobil terdengar
dan itu menandakan Hyuk Jae telah berangkat tanpa memperdulikan Eun Bin. Hyuk
Jae, dimanakah perasaanmu? Dia rela bangun subuh dan telah menyiapkan dirinya
dari subuh dan sekarang Eun Bin ia tinggal?
“ahjumma..” lirih Eun Bin. Wajahnya kini
memerah menahan tangis. Kim ahjumma tersenyum dan mengusap wajah Eun Bin.
“berangkat dengan ahjumma eo?” tanya Kim ahjumma. Eun Bin tersenyum dan
mengangguk.
“ahjumma ambilkan roti untuk di makan di
jalan..” ujar Kim ahjumma lalu pergi mengambil roti. “ini.. kajja..”
&Dad, I’m
Sorry&
“Eun Bin-ah, annyeong~” sapa seorang dua
bocah laki-laki menghampiri Eun Bin yang berjalan sambil menunduk. Kenapa?
Karna ia enggan melihat sekumpulan wali murid yang mengantar teman-temannya.
Sedangkan ia?
“ne, annyeong~” jawab Eun Bin lesu.
“Eun Bin, dimana ibumu? Aku belum pernah
melihat ibumu..” ujar seorang temannya. Eun Bin menoleh pada temannya itu.
“ibuku sibuk..” gumam Eun Bin.
“kalau ayahmu? Aku juga belum pernah
melihat ayahmu..” ujar seorang temannya lagi. Eun Bin mendengus. “ayahku juga
sibuk..” jawab Eun Bin.
“hahahaa, itu hanya alasanmu saja kan?”
cibir temannya.
“kau tidak punya orang tuakan?” cibir
temannya yang satu lagi. Eun Bin mendelik tajam pada kedua temannya yang
mengoloknya.
“aku punya!!” teriak Eun Bin. Tetapi,
teman-temannya masih terus mengolok Eun Bin.
“Eun Bin tidak punya orang tua.. Eun Bin
tidak punya orang tua! Hahaha” mereka mengolok Eun Bin. Eun Bin merah padam.
“AKU PUNYA ORANG TUA!! HIKKS!!” teriak
Eun Bin yang menjadikan ia pusat
perhatian. Ia berlari menuju kelasnya sambil menangis.
“HAHAHAHA! Eun Bin tidak punya orang
tua!!”
&Dad, I’m
Sorry&
“besok ada pentas seni untuk kalian, meliputi
hari ayah, jadi ayah kalian harus datang ya?” ujar guru yang mengajar Eun Bin.
Eun Bin termenung, appa pasti tidak
bisa. Eun Bin mengangkat tangannya.
“seon..seonsaengnim.. Eun Bin besok izin
ya?” ujar Eun Bin gemetaran. Guru itu menatap heran Eun Bin. “waeyo , Eun
Bin-ah?” tanya guru itu dengan lembut. Eun Bin menunduk.
“Eun Binkan tidak punya orang tua,
seonsaengnim!” seru seorang anak kecil yang tadi mengolok Eun Bin. Eun Bin
menoleh ke arah temannya.
“aku punya orangtua kok! Besok akan ku
perlihatkan! Appaku tampan!” sunggut Eun Bin. Temannya itu hanya tertawa
menyindir.
“baiklah! Eun Bin tidak ada masalahkan?”
Eun Bin mengangguk lesu saat di tanya oleh gurunya. Eun Bin memucat. “baiklah,
sampai bertemu besok..”
“ne seonsaengnim!”
Anak-anak kecil itupun mulai beranjak
keluar. Kecuali Eun Bin, Eun Bin duduk diam sambil menunduk. Sang guru yang
masih melihat Eun Bin duduk diam itupun menghampiri Eun Bin.
“apa ada masalah?” tanya sang guru. Eun
Bin mendongak dan mendapati gurunya ada di depannya. Eun Bin menggeleng.
“aniyo..” ujar Eun Bin singkat. Gurunya
hanya tersenyum “ayahmu tak bisa datang? Kau bisa membawa fotonya dan minta di
rekamkan..” ujar guru itu sambil mengusap kepala Eun Bin. “teruslah bujuk
ayahmu, seonsaengnim yakin ayahmu bisa luluh Eun Bin-aa..” ujar guru itu sambil
mencubit pipi Eun Bin pelan. Eun Bin merekahkan senyumnya dan mengangguk “nah,
sekarang pulang dan bujuklah ayahmu, eum?”
“eum..” Eun Bin mengangguk.
“Eun Bin-aa!”
“eo? Ahjumma..” ujar Eun Bin yang kaget
karna namanya di sebut. Kim ahjumma datang menghampiri kelas Eun Bin karna Eun
Bin belum keluar. Guru dan Eun Bin berjalan bergandengan sampai di depan Kim
ahjumma.
“aigo, Eun Bin-aa.. ahjumma sangat
khawatir sayang..” ujar Kim ahjumma menatap lesu Eun Bin.
“tadi, seonsaengnim menemani Eun Bin
sebentar ahjumma..” ujaar Eun Bin polos. Kim ahjumma bernafas lega.
“gamsahamnida Eun Bin seonsaengnim..”
ujar Kim ahjumma sambil membungkuk.
“ah, tidak usah seperti itu..”
“kalau begitu kami permisi.. sekali lagi
terima kasih..”
“ah ne..”
&Dad, I’m
Sorry&
“ahjumma.. aku takut..” ujar Eun Bin
sambil menggenggam erat ujung baju piamanya. Eun Bin ingin mengatakan pada Hyuk
Jae bahwa besok ia harus datang ke sekolah.
“Eun Bin-aa, fighting!” ujar Kim ahjumma
memberi dukungan. Eun Bin mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya.
Tok! Tok!
Eun Bin mengetuk kamar Hyuk Jae, tapi
tak ada sautan. Ia memberanikan diri masuk ke dalam kamar sang ayah. Di
edarkannya pandangannya ke seluruh tempat, tetapi ayahnya tidak ada. Ia
melangkah lebih dalam dan melihat ruang kerja ayahnya terbuka. Ia melangkah
menuju ruang kerja ayahnya.
Kepala kecilnya menyembul kedalam.
Ia melihat ayahnya yang berkutat dengan
laptop dengan serius. Dengan takut Eun Bin melangkah mendekat ke arah ayahnya.
Ddrrtt.. baru saja Eun Bin mau membuka
mulutnya Hyuk Jae mengangkat telfon dan Eun Bin, tentu mengurungkan niatnya.
“ah, bagaimana tuan Park?”
‘tuan
Lee saya terima project anda.. besok jam tujuh kita rapat, bagaimana?’
“ah tentu saja.. sampai bertemu besok..”
Hyuk Jae menaruh ponselnya. Eun Bin
menarik nafas panjang. Tetapi, belum Eun Bin membuka suara, suara Hyuk Jae
terdengar lebih dulu.
“aku sibuk jika ingin bicara besok saja”
ujar Hyuk Jae dingin. Ia juga masih menghadap ke arah laptopnya.
“ta..tapi—“
“pergilah” ujar Hyuk Jae singkat. Eun
Bin mengepalkan tangannya. “appa.. mianhae.. aku akan tetapi di sini dan
berbicara pada appa.. appa lanjutkanlah pekerjaan appa..” ujar Eun Bin. Hening.
Hyuk Jae tidak membalas ucapan Eun Bin. Ia tetap menatap laptopnya.
“appa, mianhae.. besok di sekolah akan
mengadakan hari ayah dan murid-murid akan memberikan penampilan untuk ayahnya..
termasuk aku.. aku juga ingin appa di sana.. melihatku menampilkan yang terbaik
untuk appa.. jadi, kumohon appa datang..” ujar Eun Bin sambil menunduk. Hyuk
Jae mendengus kesal. “appa, mianhae..”
“keluarlah, kau sudah selesai bukan?”
ujar Hyuk Jae datar. Eun Bin mengangguk walau tak terlihat oleh Hyuk Jae.
“tapi, apakah appa datang?” tanya Eun
Bin.
“aku sibuk. Tidak bisa.”
“tapi—“
“aku bilang aku sibuk!” ujar Hyuk Jae
menaikan intonasinya dan menatap marah Eun Bin. Eun Bin mundur dua langkah
karena kaget “apa kau sekarang tuli? Tidak bisa mendengar? Atau sekarang kau
lumpuh?”
“ap..appa..” ujar Eun Bin tersendat. Air
matanya sudah di pelupuk matanya.
“aku bilang keluar! Dan aku sibuk!” ujar
Hyuk Jae sambil bangkit dan menarik Eun Bin keluar dari kamarnya.
Ckleek..
“Eun Bin—Tuan Lee..” ucapan Kim ahjumma
terhenti ketika melihat yang keluar bukan Eun Bin sendiri.
“ini! Urusi dia! Suruh dia tidur! Jangan
ganggu aku!” ujar Hyuk Jae sambil sedikit mendorong pelan Eun Bin. Blam! Ia
membanting pintu kamarnya dan menguncinya.
Kim ahjumma memandang sendu Eun Bin yang
terisak pelan. Kim ahjumma menggandeng Eun Bin membimbing Eun Bin menuju
kamarnya.
&Dad, I’m
Sorry&
“hiks.. hiks..”
“Eun Bin-aa, uljimma.. sudah sudah..”
Yah, saat sampai di kamar dan Eun Bin
yang dipeluk Kim ahjumma Eun Bin langsung menangis. Ia menangis tak
henti-hentinya. Kim ahjummapun ikut menangis melihat Eun Bin.
“eomma bogoshipo!! Napeun appa!!
Eomma!!” jerit Eun Bin. Kim ahjumma mengelus kepala Eun Bin.
“sudah sudah.. ssttt.. uljimma.. nanti
appa dengar nanti di marahi lagi..” ujar Kim ahjumma. Detik kemudian Eun Bin
meredakan tangisnya meski masih terisak-isak. “nah, uljimma.. sekarang tidur..”
ujar Kim ahjumma sambil mengiring Eun Bin tidur. Eun Bin berbaring masih
terisak. Ia memejamkan matanya, hanya matanya. Ia tak benar-benar tidur
Hening. Suasana menjadi hening, tak ada
isak tangis dari Eun Bin. Kim ahjummapun mematikan lampu dan pergi keluar dari
kamar Eun Bin.
Selepas Kim ahjumma pergi, Eun Bin
membuka matanya perlahan. Gelap. Ia mendengus dan turun dari kasur menyalakan lampu
yang saklarnya tinggi. Ia menarik kursi belajarnya. Kemudian ia berdiri di atas
kursi dan menyalakan lampu.
Buk!
“aduh.. sakit..” gumam Eun Bin karna
terjatuh. Ia bangkit dan menarik kursi itu ketempatnya. Ia mengambil buku dan
alat tulis. Ia menyiapkan pertunjukannya demi Hyuk Jae, demi penampilan yang
terbaik untuk sang ayah.
&Dad, I’m
Sorry&
Dengan wajah pucat Eun Bin keluar dari
kamarnya pukul setengah 7. Kim ahjumma melihat Eun Bin khawatir. Sangat jarang
Eun Bin kelua kamar setengah 7, paling lama jam 6 dia sudah keluar.
Eun Bin menghampiri Kim ahjumma yang
tengah mengolesi roti dengan selay. Kim ahjmma menghentikan kegiatannya. Eun
Bin duduk dan mengedarkan pandanngannya, mencari sang ayah.
“sudah berangkat.. baru saja
berangkat..” ujar Kim ahjumma. Eun Bin mendongak ke arah Kim ahjumma. Kim
ahjumma memberi Eun Bin roti yang di beri selay. Eun Bin mengambilnya
memakannya dengan lesu. “kau sakit? Wajahmu pucat, ada mata panda di wajahmu..”
Eun Bin menggeleng “gwaenchana,
ahjumma..” ujar Eun Bin lesu. Baru saja Kim ahjumma ingin memegang dahi Eun
Bin, Eun Bin sudah bergerak turun dari kursi masih dengan memakan roti. Kim
ahjumma memandang lesu Eun Bin.
Eun Bin berjalan menuju foto yang
terpajang di dinding. Foto Hyuk Jae dan dirinya yang berumur tiga tahun. Foto
yang masih ada cinta di sana, kejadian itu sudah berlalu, sekitar satu setengah
tahun. Eun Bin tersenyum melihat fotonya.
“ahjumma~ bisakah ambilkan foto itu?”
lirih Eun Bin sambil menunjuk foto yang tergantung di dinding. Kim ahjumma
menghampiri lebih dekat Eun Bin. Berdiri di sampingnya sambil melihat foto yang
di tunjuk Eun Bin.
“untuk apa?”
“kata seonsaengnim jika appa tak bisa
datang, aku boleh membawa foto appa..” ujar Eun Bin sambil mengulas senyum. Kim
ahjumma ikut tersenyum.
“tapi, kenapa foto yang ini?” tanya Kim
ahjumma. “hanya foto ini yang bagus...” ujar Eun Bin.
“karna ada kau di sanakan Eun Bin-aa?
hahahaa..” ujar Kim ahjumma lebih mencairkan suasana.
“haha, ani.. karna kalau ku lihat foto
appa semuanya terlalu formal.. memakai jas, bersalaman dengan bos-bos.. dan
juga—“ Eun Bin memutuskan ucapannya. Kim ahjumma menunggu kelajutan ucapan Eun
Bin “masih ada cinta disana..” ujar Eun Bin sambil tersenyum kecut.
“Eun Bin-aa..” lirih Kim ahjumma.
“ahjumma, ambilkan eo?” ujar Eun Bin,
lalu ia menju ke meja makan mengambil air untuk minum. “kenapa kepalaku pusing
sekali?” gumamnya sambil menggelengkan kepalanya.
“Eun Bin-aa, ini fotonya..” Eun Bin
memandang foto itu aneh. “waeyo?”
“ahjumma, kenapa tidak ada bingkainya?”
tanya Eun Bin polos. Kim ahjumma terkekeh kecil. “badanmu dengan bingkai
besaran bingkai Eun Bin-aa.. hahaa..”
“ahjumma!!” ujar Eun Bin sambil menggembungkan pipinya.
“uhuk! Uhuk!”
“Eun Bin-aa.. gwaenchana?” ujar Kim
ahjumma panik. Eun Bin hanya mengangguk. “ahjumma, rekamkan tampilanku ne?
Nanti bisa di lihat eomma dan appa..”
“siap bos!” ucap Kim ahjumma sambil
hormat kepada Eun Bin. Eun Bin hanya tertawa, tanpa Kim ahjumma sadari Eun Bin
tertawa sambil menahan rasa sakit pada kepalanya. “sekarang kita pergi?” Eun Bin mengangguk lalu menyambar tasnya.
&Dad, I’m
Sorry&
“nah selanjutnya Lee Eun Bin~” nama Eun
Bin di sebut untuk menampilkan penampilannya. Eun Bin menoleh ke arah belakang.
Tempat wali murid menyaksikan aksi anak-anaknya.
“Eun Bin fighting!” ujar Kim ahjumma
walaupun pelan. Eun Bin mengangguk dan bangkit. Ia berjalan dengan gugup sambil
memeluk foto.
Kini, ia sudah berdiri di depan. wajah
pucatnya kini bertambah pucat. Ia melihat sekelilingnya. Ia menjadi sorotan.
Gugup. Itulah yang ia rasakan. Ia memperlihatkan fotonya.
Eun Bin menutup matanya dan menarik
nafas dalam. Seketika wajah ibunya dan suara sang ibu terlintas.
Jika
suatu saat Eun Bin maju kedepan anggap saja di sana hanya ada eomma appa Kim
ahjumma.. arro?
“eomma~” lirihnya. Detik kemudian ia
membuka matanya, ia siap. Seketika di hadapannya hanya ada ibunya, ayahnya
–Hyuk Jae-, dan Kim ahjumma. Eun Bin mengembangkan senyumnya.
“aku tidak punya apa-apa untuk di
persembahkan.. semalaman aku memikirkan apa yang harus aku tampilkan.. aku
hanya akan bercerita sedikit—“
Eun Bin menceritakan tentang sang ayah,
Hyuk Jae. Ia dengan lancar mengatakan bahagia memiliki ayah seperti Hyuk Jae.
Tetapi, Eun Bin yang sedari tadi menahan
rasa sakit sudah pada finalnya. Pandangannya buram. Tidak ada ibu dan ayahnya,
yang ada hanya teman-temannya, orang tua teman-temannya dan Kim ahjumma yang
merekam.
Bruk!
“EUN BIN!!”
&Dad, I’m
Sorry&
Di waktu yang sama, namun tempat yang
berbeda. Hyuk Jae, pengusaha sukses itu melangkahkan kakinya memasuki club no.
1 di negaranya. Dengan kemeja putih yang berantakan dua kancing atas terbuka,
balutan jeans dan rambut acak-acakan memberi kesan bahwa ia belum beristri dan
mempunyai anak.
Ramai. Yah, tempat itu ramai karna
banyak yang sama dengan Hyuk Jae. Melepas penat dengan cara hura-hura seperti
itu. Hyuk Jae melangkahkan kakinya ketempat minuman-minuman berakokhol itu.
para wanita jalang melihat Hyuk Jae dengan genit. Tapi, Hyuk Jae masih
mengingat dia mempunyai istri.
“seperti biasa.. tapi kali ini pakai
vokado..” ujar Hyuk Jae sambil menjentikan jarinya.
“ingin mabuk berat? Ini bahkan masih
siang..”
“melepas penat”
“haha, arraseo..”
Bartender itupun mengambil minuman yangg
di inginkan Hyuk Jae. Sambil menunggu Hyuk Jae mengedarkan pandangannya. Ia mengerling
pada seorang perempuan dan membuat perempuan itu tersipu malu. Hyuk Jae hanya
tersenyum dalam hati karna bisa menjahili perempuan.
“ini dia tuan Lee..”
“gomapseumnida” balas Hyuk Jae. Betender
itu kembali pada tugasnya.
“mau di temani?” Hyuk Jae melirik.
Perempuan yang tadi ia jahili. Hyuk Jae hanya mengangguk membuat perempuan itu
tersenyum dan duduk di samping Hyuk Jae.
Jauh dari keadaan, ponsel yang Hyuk Jae
tinggalkan di mobilnya terus berdering. Ponsel itu terus memperlihatkan nama
–Kim Ahjumma-.
&Dad, I’m
Sorry&
Sosok berbaju serba putih keluar dari
ruangan. Kim ahjumma dengan sigap berdiri. Sosok itu berjalan mendekat ke arah
Kim ahjumma.
“uisanim, bagaimana keadaannya? Apakah
tidak apa-apa?” ujar Kim ahjumma panik. Dokter itu hanya tersenyum kecil.
“tenang, dia tipes.. apakah semalaman ia
tidak tidur? Dia sangat lelah itu juga sebabnya dia terserang tipes..” ujar
dokter itu. Kim ahjumma diam,
Semalaman
aku memikirkan apa yang harus aku tampilkan..
“apakah orang tuanya sudah di hubungi?”
tanya dokter itu membuat Kim ahjumma tersadar lagi. “ah, ye? Ah belum, orang
tuanya sibuk..” ujar Kim ahjumma cepat.
“ah sudah saya duga.. jika orang tuanya
sudah datang tolong sampaikan untuk ke ruangan saya.. permisi..” ujar dokter
itu sambil pergi. Kim ahjummapun melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan
dimana seorang bocah laki-laki terbaring dengan infusan tertancap pada
tangannya. Eun Bin bocah itu sangat malang.
Kim ahjumma menarik kursi supaya lebih
dekat dengan ranjang Eun Bin. Kim ahjumma mengelus wajahnya. Malang, sangat
malang.
“Eun Bin-aa, kau malang sekali sayang..”
gumam Kim ahjumma. Kim ahjumma mengelus kepala Eun Bin penuh sayang. Baru saja
Kim ahjumma mau meneteskan air matanya. Eun Bin membuka matanya.
“ahjumma, Eun Bin dimana?” ujar Eun Bin
dengan suara purau. “apa yang terjadi?”
“kau sakit.. kenapa kau nakal sekali?
Kalau sakit seharusnya bilang kepada ahjumma..” ujar Kim ahjumma berpura-pura
marah. Eun Bin menundukan pandangannya.
“nanti appa marah jika Eun Bin sakit..
nanti appa tidak mau memaafkan Eun Bin..” ujar Eun Bin polos. Kim ahjumma
sekali lagi tersentuh dengan ucapan Eun Bin. Kini habis benteng pertahanan Kim
ahjumma. Kim ahjumma menangis di depan Eun Bin.
Tes~
Eun Bin merasakan air jatuh pada
tangannya. Ia menoleh dan melihat Kim ahjumma menangis. Mengusap air mata Kim
ahjumma dengan lembut. Persis seperti apa yang di lakukan Kim ahjumma jika Eun
Bin menangis ketika merindukan ibunya dan di marahi ayahnya.
“ahjumma, apakah aku sangat nakal
sehingga membuat ahjumma menangis?” pertanyaan yang sangat polos. Kim ahjumma
menarik Eun Bin kedalam pelukannya “ahjumma~” lirih Eun Bin.
Kim ahjumma melepas pelukannya pada Eun
Bin dan menghapus air matanya. “ahjumma pulang sebentar eo? Mau mengambil
pakaian Eun Bin..”
“wae? Apakah ini hotel? Tapi tempat ini
seperti tempat waktu eomma sakit dan menginap di sini..” ujar Eun Bin sambil
menelusuri pandangannya.
“ini hotel khusus orang sakit seperti
Eun Bin..” ujar Kim ahjumma sambil menepuk pelan kepala Eun Bin. Eun Bin
mengangguk. “ahjumma akan kembali..”
&Dad, I’m
Sorry&
Hyuk Jae di bopong oleh seorang
laki-laki yang seumuran dengannya. Mereka masuk ke dalam rumah Hyuk Jae. Di
letakannya Hyuk Jae di sofa rumahnya.
“hah, kau hampir di kuras oleh perempuan
saat kau mabuk.. hah, untung jika kau menyentuhnya ini sama sekali tidak! Dan
untung aku tahu kalau kau di sana..” ujar teman Hyuk Jae, Donghae.
“hah, hik.. aku ini sedang penat..” ujar
Hyuk Jae sempoyongan, Hyuk Jae ada di batas mabuk dan tidak.
“penat atau tidak kau tetap pergi ke
sana, bodoh!” ujar Donghae sambil mendecak kesal. Kemudian Donghae bangkit “aku
minta minum Hyuk..”
“mm..” gumam Hyuk Jae.
Donghae melangkah menuju dapur Hyuk Jae.
Ia berjalan mendekat ke arah kulkas. Ia terhenti ketika melihat note tertempel.
Tuan Lee saya dan Eun Bin pergi
sebentar.. makanan untuk Tuan sudah saya siapkan,
Hanya tinggal di panaskan..
Tertanda –Kim Ahjumma-
“pantas saja sepi..” gumam Donghae lalu
mengambil botol air mineral. Ia berjalan menuju sofa yang di duduki Hyuk Jae
“hah, dia benar-benar mabuk..” cibir Donghae. Ia melempar kunci mobil Hyuk Jae
di meja. Ia mengambil kertas note, dan menuliskan sesuatu. Setelah selesai ia
tempel di samping kunci mobil Hyuk Jae.
Mobil mu masih di club, jika
sudah baikan suruh anak buahmu mengambil mobilmu!
Jangan terus mabuk, kau
menyusahkanku.
Tertanda –Lee Dong Hae-.
&Dad, I’m
Sorry&
Hyuk Jae perlahan membuka matanya.
Kepalanya pusing seperti ada berton-ton benda hinggap di kepalanya. Ia memaksa
untuk bangkit dan sedikit berjalan dengan terhuyung. Ia menuju dapur dan
mendekat ke arah kulkas. Ia terhenti ketika melihat note tertempel. Tulisannya
kabur. Hyuk Jae menggelengkan kepalanya dan menyipitkan pandangannya.
Detik kemudian ia tersenyum sinis “tidak
kembali juga tidak apa” gumamnya. Ia merampas note itu dan membuangnya ke
tempat sampah. Kemudian ia membuka kulkas dan mengambil air mineral.
Ia berjalan dengan santai sekarang
setelah meminum air mineral walupun ia masih sedikit pusing. Ia berjalan menuju
sofa yang tadi ia tiduri. Ia meraba sofanya, mencari sesuatu.
“ponselku dimana?”
Kemudian ia teringat jika ponselnya ada
di mobilnya. Segera ia berlari menuju garasi dan.. kosong. Dia di bawa oleh
siapa kalau begitu? Ia berlari masuk dan melihat kunci mobilnya dan note. Ia
membaca dan ia mendesah keras sambil mengacak rambutnya “Lee Donghae bodoh!”
Kemudian ia berlari menuju kamarnya
untuk membersihkan diri. Sebelum ia menuju kamarnya, ia melewati kamar anaknya,
anaknya? Cih, dia bahkan tidak peduli. Ia diam dan menunduk, kemudian ia
menggeleng dan melanjutkan jalannya.
Ia berendam dengan air hangat. Telah
satu jam ia habiskan di kamar mandi. Matanya terpejam. Hyuk Jae, bangunlah
jangan mati di sana. Hyuk Jae menenggelamkan dirinya. Entah kenapa wajah Eun
Bin dan Ha Bin –istrinya- terlintas. Ia bangun.
“aarrrggg!!” ia mengerang dengan keras.
Kemudian ia mengambil handuk dan melilitkannya di pinggang. Ia keluar dari
kamar mandi. Memakai baju dan turun ke bawah berniat mengambil mobilnya. Tapi,
tunggu bagaimana caranya ia menghubungi bawahannya? Ah, Hyuk Jae apakah ia
bodoh? Bahkan ia mempunyai telfon rumah.
“ah, telfon!” ia berjalan menuju telfon
dan menekan beberapa digit angka telfon bawahannya.
“yoboseo? Ke rumahku segera, ada tugas
untukmu!” ujar Hyuk Jae dingin.
Kemudian ia menutup telfonnya. Ia
berjalan menuju ruang keluarga. Ia menyadari ada yang aneh. Foto? Kenapa ada
satu foto yang hilang. Tapi, Hyuk Jae tak begitu meyakini ada yang hilang jadi
ia hanya menganggapnya angin lalu.
Ting tong..
Hyuk Jae kaget mendengar bunyi bel.
Segera ia berlari menuju pintu “cepat sekali” gumamnya. Ia membuka pintu dan
mendapati anak buahnya.
“tolong ambilkan mobilku di club no.1..
cepat.. ah, ini kuncinya..” ujar Hyuk Jae sambil memberikan kunci mobilnya.
“baiklah..”
&Dad, I’m
Sorry&
Setengah jam berlalu, Hyuk Jae mulai
bosan. Ia juga telah memakan makanan yang telah di sediakan Kim ahjumma. Ia
telah memutar channel berkali-kali. Keadaan rumah sangat sepi. Biasanya Hyuk
Jae akan marah dan seorang anak kecil itu akan terus meminta maaf padanya.
Sadis. Itulah ia, Hyuk Jae.
Ting tong..
Dengan cepat Hyuk Jae berlari menuju
pintu rumahnya. Ia membuka pintu dan
mendapatkan anak buahnya. Hyuk Jae mendengus kesal.
“kenapa lama sekali?”
“mianhata sajangnim.. macet di jalan..
ini kuncinya..” ujar anak buahnya sambil menyerahkan kunci mobil pada Hyuk Jae.
Hyuk Jaee hanya mendengus lalu menutup pintu rumahnya.
Ia berjalan menuju ruang yang tadi ia
tempati. Ia mematikan tv dan AC yang berada di ruangan itu. kemudian ia beralih
melihat ke arah jam dinding, baru pukul setengah delapan. Apakah ia harus
tidur?
Ia berjalan menuju kamar anaknya, entah
dorongan apa. Ia melangkah masuk ke dalam kamar anaknya itu. nuansa biru dan
putih, foto-foto terpajang rapi. Hyuk Jae sedikit mengulum senyum. Ia berjalan
menuju meja belajar Eun Bin. Mobil-mobil mainan terpajang pada rak atas.
Appa,
mobil tamia keluaran terbaru oke?
Hyuk Jae tersenyum mengingat itu.
mobil-mobilan pertama yang Eun Bin rengekan. Dengan luluhnya Hyuk Jae
membelikannya sehingga di marahi Ha Bin, sang istri karna Eun Bin tak mau
belajar. Ia beralih pada foto yang terpajang di sebelah mobil tamia.
Appa,
foto aku dan mobil baru ini yaa..
Lagi, Hyuk Jae tersenyum. Apa yang salah
dengannya? Kenapa tiba-tiba ia merindukan anaknya? Ia tak sengaja melihat buku
seperti buku harian. Ia mengambil buku itu dan membukanya.
-Hari ini, eomma pergi.. pergi
meninggalkanku, appa dan Kim ahjumma..
Eomma kenapa tega?-
Hyuk Jae ingin menangis rasanya, empat bulan
yang lalu. Ha Bin pergi meninggalkannya dan anaknya karna tuntutan pekerjaan.
Dan saat itu Eun Bin menangis sejadi-jadinya.
Eomma,
kajimma! Eomma! Hikss..
Hyuk Jae tersenyum miris. Kemudian ia
membuka halaman berikutnya. Terbelalak itulah yang ia lihat. Ia melihat gambar
anaknya. Tertulis di sana ‘appa’, ‘eomma’, ‘Kim ahjumma’, dan Eun Bin selamanya
bersama. Hyuk Jae membuka halaman berikutnya.
-Hari ini appa memarahiku terus, apakah
aku nakal?
Appa, mianhae.-.
Hyuk Jae merasakan ada yang menghujam
jantungnya. Entah kenapa rasanya berat sekali. Ia membuka halaman berikutnya,
di sana hanya tertulis ‘APPA MIANHAE’. Hyuk Jae membuka halaman berikutnya
tulisannya sama. Hyuk Jae terus membukanya sampai tulisan itu terhenti.
-APPA MIANHAE..
Aku tahu aku selalu menyusahkan appa..
tapi kali ini aku benar-benar sakit..
Padahal aku terus meminta maaf..-
Hyuk Jae merasa amat terpukul. “Eun
Bin-aa..” Hyuk Jae membuka halaman berikutnya.
Sudah dua bulan eomma pergi dan appa
terus memarahiku karna aku bertanya kapan eomma pulang..
Eomma bogoshipo, appa mianhae L
Appa,
kapan eomma pulang? Aku merindukannya..
Sudah
ku bilang aku tidak tahu!
Hiks..
mianhae appa..
Ingatan masa yang sudah berlalu kini
terulang di memorinya. Ia tak sanggup jadi ia langsung melewati beberapa lembar
dan terhenti pada tulisan yang membuatnya seakan mau pingsan. Kejadian semalam
saat Eun Bin memintanya mendatangi sekolahnya.
-Apakah aku memang anak nakal? Aku hanya
meminta appa datang, karna aku tak mau teman-temanku mengolokku tak mempunyai
orang tua.. aku punya eomma yang cantik dan baik, aku punya appa yang tampan
dan bijak sana! Aku hanya ingin menunjukan itu.. aku menyayangi kedua orang
tuaku.. tapi, appa, sepertinya ia tak menyayangiku lagi..-
appa,
mianhae.. besok di sekolah akan mengadakan hari ayah dan murid-murid akan
memberikan penampilan untuk ayahnya.. termasuk aku.. aku juga ingin appa di
sana.. melihatku menampilkan yang terbaik untuk appa.. jadi, kumohon appa
datang..
aku
sibuk. Tidak bisa
Hyuk Jae menjatuhkan buku hariannya. Ia
berlari keluar kamar Eun Bin menuju ruang keluarga, foto hilang? Hyuk Jae
menyusuri laci-laci. Tidak ada foto ia dan Eun Bin. “dia menggunakan foto itu..
rekaman! Yah rekaman!”
Hyuk Jae berlari mencari camera. Ia
yakin pasti di rekam oleh Kim ahjumma. Ia menyusuri seluruh laci di rumahnya.
Satu-satunya tempat yang belum ia susuri adalah laci di kamar Eun Bin. Hyuk Jae
melangkah mantap masuk ke kamar Eun Bin.
Dapat. Ia dapat cameranya. Ia mulai
mencari rekamannya. Dapat. Ia dapat apa yang ia inginkan. Play.
“aku
tidak punya apa-apa untuk di persembahkan.. semalaman aku memikirkan apa yang
harus aku tampilkan.. aku hanya akan bercerita sedikit.. ini appaku, dia tampan
bukan? Aku senang mempunyai appa sepertinya.. walaupun kadang aku sering di marahi..
dan appa juga lebih mencintai pekerjaannya.. tapi aku cukup senang masih
tinggal di rumahnya.. appaku orang yang hebat.. ia sering berjabat tangan
dengan bos-bos perusahaan terkenal.. appa mengajariku tentang semua hal..appa..
aku akan senang jika appa di sini.. melihatku menceritakan sedikit tentangmu..
appa mianhae~”
Bruk!
“EUN
BIN-aa!”
Hyuk Jae terdiam. Tangannya gemetaran.
Ia menjatuhkan kameranya. Ia merosot jatuh ke bawah. Anaknya kenapa? Apakah ini
sebabnya Kim ahjumma dan Eun Bin tidak pulang? Berbagai pertanyaan ada di
otaknya.
Ia berlari menuju mobilnya. Ia mengambil
ponselnya dan ada 5 pesan masuk dan 20 panggilan tak terjawab dari Kim ahjumma.
4 pesan dari rekan kerja dan sms yang satu lagi dari Kim ahjumma.
From: Kim Ahjumma
Tuan Lee, jika kau melihat pesan ini dan
jika PINTU HATIMU TERBUKA, tolong lihat keadaan Eun Bin.. ia sakit.. di rumah
sakit Seoul, lantai 2 kamar 04..
Hyuk Jae segera masuk dalam mobil dan
melupakan rumahnya. Toh ia bisa menyuruh satpam perumahannya menjaga rumahnya
selagi ia pergi.
&Dad, I’m
Sorry&
“ahjumma, appa tidak tahukan jika aku
ada disini?” tanya Eun Bin polos. Kim ahjumma hanya menggeleng. Eun Bin
bernafas lega. “untunglah nanti, appa marah jika—“
Brak!
Eun Bin dan Kim ahjumma melihat ke arah pintu,
terlihat Hyuk Jae yang terengah-engah menatap lesu Eun Bin. Eun Bin menunduk
tak berani melihat tatapan sang ayah. Hyuk Jae berjalan maju. Kim ahjumma sudah
sigap melawan jika Hyuk Jae memarahi Eun Bin. Namun salah, Hyuk Jae memeluk
erat Eun Bin.
“appa~” lirih Eun Bin. Ia tak menyangka
jika ayahnya memeluknya dengan erat. Kim ahjummapun juga sama kagetnya bukan
hanya melihat Hyuk Jae yang memeluk Eun Bin tetapi ia juga melihat Hyuk Jae
menangis. “appa~ mianhae..”
Hyuk Jae tetap tak bergeming, malah ia
mengeratkan pelukannya dan terdengar isakan. Ia mengendurkan pelukannya dan
mensejajarkan wajahnya dengan wajah Eun Bin. Hyuk Jae mengusap wajah Eun Bin.
Eun Bin juga sama, ia mengusap air mata Hyuk Jae sambil tersenyum.
“kau anak nakal~” lirih Hyuk Jae. Eun
Bin kaget dan menunduk “appa mianhae~”
“kenapa kau sakit eo? Kau nakal sekali!”
ujar Hyuk Jae bergetar. Ia tidak marah, sungguh ia tidak marah. Eun Bin menahan
tangisnya. Kim ahjumma hanya menatap haru pemandangan didepannya ini.
“Appa~ aku—“
“mianhae.. appa.. appa benar-benar minta
maaf..” ujar Hyuk Jae. Eun Bin mendongak dan menatap ayahnya. air mata Hyuk Jae terus mengalir deras. “appa~”
Hyuk Jae memeluk Eun Bin erat. “jangan
sakit sayang.. karna sakitmu adalah sakit appa~ maafkan appa.. maafkan appa
sayang~ appa sangat menyayangimu~ Eun Bin-aa.. Lee Eun Bin..”
“jinjjayo?”
“ne, appa jeongmalyo~” ujar Hyuk Jae
sambil mengelus kepala Eun Bin penuh kasih sayang.
-kesalahan yang
pernah kubuat.. kesalahan yang akan selalu ku ingat sebagai pelajaran di hari
kedepan.. Eun Bin.. adalah cintaku terbesar.. aku Lee Hyuk Jae akan selalu
menyayangi anak ku-
&END&
sardi, kau harus bertanggung jawab. karna ff ini membuatku menangis
BalasHapus#eaakkk